Ekuinoks dan Purnama Akan Menyambagi Gorontalo

Konten Media Partner
19 Maret 2019 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrari matahari tenggelam. Foto @pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrari matahari tenggelam. Foto @pixabay.com
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Ekuinoks akan menyambangi Gorontalo pada 21 Maret dan 23 September tahun ini. Fenomena itu dibenarkan Wahyu Guru Imantoko, Kepala Seksi Data dan Informasi, Stasiun Meteorologi, BMKG Kelas I, Djalaludin Gorontalo, Selasa (19/3).
ADVERTISEMENT
“Ekuinoks adalah pergerakan semu matahari atau rotasi bumi yang berputar mengelilingi matahari. Pada saat itu posisi matahari akan melintasi tepat digaris khatulistiwa. Ekuinoks sendiri adalah fenomena lumrah yang terjadi selama dua kali setiap tahunnya," katanya.
Dia mengungkapkan, saat fenomena tersebut terjadi, semua tempat yang memiliki lintang tinggi di dunia akan merasakan waktu yang terbagi sempurna. Yakni 12 jam saat siang dan 12 jam saat malam. Di Indonesia hal tersebut adalah hal yang biasa karena kita merasakannya setiap hari.
“Hal yang unik yang akan dirasakan bagi wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa, termasuk Gorontalo, ketika matahari berada tepat diatas kepala. Maka kita tidak akan bisa melihat bayangan kita,” katanya.
Dia melanjutkan jika Fenomena ekuinoks, tidak terlalu berdampak signifikan terhadap suhu panas matahari.
ADVERTISEMENT
“BMKG sendiri telah memperkirakan untuk suhu yang ada di Gorontalo selama bulan maret ini, yang paling rendah mencapai 24 derajat celsius, sementara untuk suhu maksimal akan mencapai 33 derajat celsius, suhu tersebut masih di batas normal untuk wilayah Gorontalo," ungkapnya.
Terkait dengan fenomena ekuinoks yang akan terjadi 21 Maret nanti, dia menegaskan jika hal tersebut tidak akan mempengaruhi suhu panas matahari yang ada di wilayah Gorontalo.
Selain fenomena ekuinoks, kita juga bisa menikmati pemandangan bulan purnama pada 21 Maret nanti. “Karena bulan pada waktu tersebut lebih dekat dengan bumi dan kita akan melihat bulan yang lebih besar dari biasanya. Jika tidak terhalangi awan, kita bisa menikmati kedua fenomena alam tersebut,” tutup Wahyu.
ADVERTISEMENT
---
Reporter : Renal Husa
Editor : Febriandy Abidin