Ilabulo, Kuliner Khas Raja di Gorontalo

Konten Media Partner
14 Mei 2019 20:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilabulo dengan cita rasa pedas menjadi salah satu Makanan Khas Raja Gorontalo. Selasa (14/5). (Foto: Burdu/banthayoid)
zoom-in-whitePerbesar
Ilabulo dengan cita rasa pedas menjadi salah satu Makanan Khas Raja Gorontalo. Selasa (14/5). (Foto: Burdu/banthayoid)
ADVERTISEMENT
Banthayo.id, Gorontalo – Selain cita rasa, makanan khas Gorontalo memiliki kisah menarik. Salah satunya Ilabulo, makanan yang disebut dapat membawa perdamaian pada masa peperangan kerajaan.
ADVERTISEMENT
Sekilas, bentuknya seperti Pepes, kuliner asal Provinsi Jawa Barat. Namun, sangat berbeda jika mengetahui isinya.
Salah seorang pedagang Ilabulo di Kota Gorontalo. (foto:Rahmat Ali/banthayoid)
Maryam Ibrahim, salah seorang pembuat Ilabulo, mengatakan makanan itu terbuat dari campuran sagu yang sudah diberi berbagai macam bumbu istimewa, yang terdiri dari hati, ampela, dan daging ayam cincang, bahkan telur ayam. Ilabulo dibungkus menggunakan daun pisang. Setelah disiapkan, tinggal dimasak dengan cara dibakar atau digoreng.
"Kalau dilihat dari luarnya memang menyerupai Pepes, namun di Gorontalo, Ilabulo memiliki keunikan tersendiri. Dari teksturnya yang sedikit kenyal, dengan rasa pedas sangat menambah kesedapan rasa Ilabulo,” kata Maryam.
Batok kelapa kering menjadi bahan yang dipakai untuk memasak Ilabulo. (Foto:Rahmat Ali/banthayoid)
Di bulan Ramadan, makanan khas satu ini bisa ditemui sebagai street food di beberapa pusat penjualan jajanan makanan yang ada di Kota Gorontalo. Banyak pula pedagang yang menjual Ilabulo sebagai menu berbuka puasa. Dengan berbagai varian harga, Rp 5.000-7.500 per bungkusnya.
ADVERTISEMENT
"Biasanya saya membeli Ilabulo yang dibakar, dan anak-anak juga suka dengan makanan ini,” ungkap Fitria Paputungan, yang dijumpai saat membeli Ilabulo.
Kisah Klasik Ilabulo
Karim Laia (60), seorang tokoh Lembaga Adat Kota Gorontalo, bercerita bahwa Ilabulo merupakan makanan yang sudah ada sejak dulu.
Indonesia terkenal dengan kebiasaan memasak menggunakan dedaunan untuk membungkus makanan. Hingga kini, metode masak itu masih eksis.
“Sejak nenek moyang memang masyarakat paling menyukai makanan yang dibungkus di daun pisang saat dimasak. Dan rasanya itu berbeda dengan makanan yang disajikan tanpa dibungkus,” tutur Karim.
Aromanya yang khas menarik minat masyarakat untuk menikmati Ilabulo yang di jual di pinggiran Jalan Kota Gorontalalo. (Foto:Rahmat Ali/banthayoid)
Menurut Karim, makanan ini sering disajikan pada masa kerajaan, yang sejak itu dikenal dengan sebutan “Totombowata” atau yang artinya "bersatu padu". Kenikmatan Ilabulo bisa membawa perdamaian jika ada pertikaian di masa kerajaan.
ADVERTISEMENT
“Karena waktu itu makanan ini terbilang langka, dan hanya dimiliki oleh satu kerajaan,” jelas Karim.
Menurut cerita, dulu sedang terjadi konflik antara Kerajaan Hulonthalangi dan Limutu. Di selang waktu, seorang juru masak Kerajaan Hulonthalangi menyajikan makanan ini ke sang raja. Dengan keistimewaan rasa dari Ilabulo, sang raja pun melarang rakyat hingga pengikutnya untuk mencicipi makanan ini selain dirinya.
Ilabulo dengan bentuk panjang di bungkus menggunakan daun pisang. (Foto:Rahmat Ali/banthayoid)
“Informasi keberadaan makanan khas tersebut didengar oleh Raja Limutu dan memerintahkan pengikutnya untuk menghentikan serangan kepada pihak Hulothalangi. Dengan tujuan agar Raja Limutu bisa mencicipi Ilabulo yang hanya bisa dijumpai di Kerajaan Hulonthalangi. Sehingga terciptanya kerja sama antara dua kerajaan tersebut,” tutup Karim.
----
Reporter: Rahmat Ali
Editor: Febriandy Abidin