Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Jumlah Pengangguran di Gorontalo Mencapai 23.809 Jiwa
16 November 2019 14:37 WIB

ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2019 menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh para pencari kerja. Untuk sebagian dari mereka, menjadi pegawai memberikan kepastian penghasilan. Apalagi untuk mereka yang baru saja menamatkan studi pendidikan tinggi, akan berbondong-bondong melamar CPNS.
ADVERTISEMENT
Penerimaan CPNS sudah dibuka secara resmi pada 11 November kemarin. Hal tersebut sesuai yang diumumkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Tjahjo Kumolo, dalam siaran persnya mengungkapkan bahwa rekrutmen kali ini dibuka pada 68 kementerian dan 462 pemerintah daerah. Sedangkan Gorontalo mendapatkan alokasi formasi CPNS sebanyak 757.
Dibukanya pendaftaran CPNS dengan alokasi hampir seribu orang, akan menjadi angin segar untuk pengurangan pengangguran di Gorontalo, walaupun tidak terlalu signifikan.
Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang ketenagakerjaan di Provinsi Gorontalo per Agustus 2019, menyebutkan jumlah pengangguran di daerah itu mencapai 23.809 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sejak bulan Februari 2019, yang berada di angka 21.899 orang.
ADVERTISEMENT
Sedangkan jika dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), pada Februari 2019, persentase TPT sebesar 3,47 persen. Angka ini kemudian naik menjadi 4,06 persen pada Agustus 2019. TPT adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi masih sangat tinggi. Persentase masing-masing 9,99 dan 4,89 persen. Artinya, ada penawaran kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMK dan perguruan tinggi. Sedangkan mereka yang memiliki pendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja. Hal tersebut dapat dilihat dari TPT Sekolah Dasar (SD) dan SMP paling kecil dari semua tingkat pendidikan. Yaitu sebesar 2,02 persen dan 1,84 persen.
Sekretaris Dinas Penanaman Modal ESDM dan Transmigrasi Provinsi Gorontalo, Rugaiyah Biki, Jumat (15/11) mengungkapkan, pembukaan pendaftaran CPNS tidak terlalu signifikan terhadap penyerapan pengangguran atau pengurangan angka pengangguran. Hal tersebut karena angka pengangguran yang ada saat ini menurutnya masih terlampau tinggi.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, angka pengangguran di perkotaan tercatat lebih tinggi dibandingkan wilayah pedesaan. Hal tersebut karena orang di perkotaan cenderung pemilih dalam hal mencari kerja. Sehingga banyak industri yang kemudian tidak mampu menyerap angka pengangguran yang ada.
“Memang kalau kami melihat, angka pengangguran di kota maupun di desa, lebih tinggi justru angka pengangguran di kota. Dibandingkan orang-orang di desa yang tingkat pendidikannya tidak terlalu tinggi, tapi mereka justru mau bekerja apa saja. Namun orang di kota dengan tingkat pendidikan menengah ke atas, itu justru lebih memilih-milih pekerjaan,” katanya.
Angka pengangguran yang ada selain karena orang-orang yang lebih banyak memilih-milih pekerjaan, juga karena setiap tahun di perguruan tinggi selalu ada prosesi kelulusan mahasiswa. Jika tidak segera terserap oleh lapangan pekerjaan setelah seminggu mereka diwisuda, maka akan dianggap sebagai pengangguran.
ADVERTISEMENT
Sehingga dinamisnya angka pengangguran yang selalu berkurang dan bertambah setiap triwulan disebabkan oleh hal tersebut.
Walaupun begitu, pihaknya masih merasa angka pengangguran di Provinsi Gorontalo lebih baik dibandingkan dengan angka pengangguran nasional. Angka pengangguran nasional menurutnya lebih tinggi.
Selain itu, melihat bagaimana daya serap dunia industri terhadap masyarakat, juga perlu memperhatikan "link and match" antara keahlian dengan kebutuhan industri. Artinya, apakah keahlian yang didapatkan oleh masyarakat memang juga dibutuhkan oleh dunia industri.
“Apakah dunia pendidikan mampu menjawab pasaran tenaga kerja, atau dunia industri maupun dunia perusahaan? Pekerjaan rumah kita menjawab pertanyaan itu memang cukup besar. Di Indonesia, ada kurang lebih 14 ribu SMK, jumlah tetap saja masih belum mampu menjawab kebutuhan yang ada di perusahaan dan industri,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Masih dengan data BPS, dari seluruh penduduk yang bekerja pada 2019, status pekerjaan utama yang mendominasi adalah jenis pekerjaan buruh, karyawan atau pegawai, yakni berada di 36,12 persen. Sedangkan status berusaha sendiri, hanya ada di angka 25,98 persen. Status berusaha sendiri adalah pengusaha yang merintis usahanya atau disebut UMKM.
Lalu sebesar 14,07 persen, status berusaha dibentuk buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar, dan pekerja keluarga atau tidak dibayar dan pekerjaan bebas pertanian masing-masing ada di angka 11,02 persen dan 5,37 persen. Sedangkan berusaha dibantu buruh tetap ada di angka 4,18 persen dan penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas di non pertanian memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 3,16 persen.
ADVERTISEMENT
-----
Reporter : Wawan Akuba