Kala Anak-anak Belajar Bahasa Asing Gratis di Sekolah Alam Gorontalo

Konten Media Partner
20 Juli 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana anak-anak saat belajar di sekolah alam yang didirikan oleh pasangan suami istri, Hary dan Mimin, yang berada di Desa Timuato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Sabtu, (20/7). Foto : Burdu/banthayoid
zoom-in-whitePerbesar
Suasana anak-anak saat belajar di sekolah alam yang didirikan oleh pasangan suami istri, Hary dan Mimin, yang berada di Desa Timuato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Sabtu, (20/7). Foto : Burdu/banthayoid
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - GORONTALO - Sejumlah anak-anak berkumpul di halaman rumah warga di Dusun IV Bulili, Desa Timuato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (20/7). Mereka duduk bersila di tanah yang beralaskan terpal. Saling menyapa, tertawa dan bernyanyi bersama, sebelum mengikuti les bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Metode pembelajaran di luar ruangan sengaja diterapkan agar anak-anak bisa leluasa berkreasi. Juga agar mereka tak kaku menerima pelajaran bahasa asing.
Sembari belajar, mereka juga bermain permainan tradisional Gorontalo. Semua itu didapatkan tanpa biaya.
Puluhan anak-anak kurang mampu yang ada di Dusun Builili, belajar bahasa asing dari salah seorang tenaga pendidik lokal. (Foto: Hary & Mimin )
Pelopor Sekolah Alam
Sekolah Alam itu dipelopori sepasang suami istri, Herianto Gobel (35) dan Mukmin Badu (32). Di bawah naungan Timuato Institute, organisasi nirlaba itu mereka dirikan pada tahun 2018. Pada tahun itu juga, Sekolah Alam mulai dijalankan. Proses pembelajaran berlangsung di halaman rumah mereka.
Pendidikan informal itu dikhususkan bagi anak-anak kurang mampu. Atas dasar meningkatkan sumber daya manusia (SDM), serta mendorong pengelolaan sumber daya alam (SDA) di sektor pariwisata berbasis lingkungan.
"Timuato itu artinya meka. Sehingga lahirnya Timuato Institute ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan baru untuk masyarakat, terutama dalam menggunakan bahasa asing," katanya.
Kimberly Wevers, turis asal Belanda, saat mengajarkan anak-anak Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. (Foto: Burdu/banthayoid)
Herianto juga mengatakan, tercetusnya Timuato Institute karena kepeduliannya terhadap anak-anak di sekitar lingkungannya yang ingin pandai berbahasa asing. Sebab, di lingkungannya, banyak warga yang mendirikan penginapan khusus wisatawan asing, termasuk dirinya.
ADVERTISEMENT
Anak-anak pun menyambut para wisatawan asing dengan gembira. Namun, mereka tak sanggup untuk berbahasa asing.
"Karena itu saya dan istri berinisiatif untuk membentuk organisasi ini," terang Herianto.
Uniknya, di sekolah alam yang Herioanto dirikan ini setiap wisatawan asing yang menginap di Pondok miliknya turut ikut serta mengajar anak-anak tersebut.
Setiap wisatawan asing yang menginap di Pondok milik Hari dan Mimin, mengambil kesempatan untuk mengajar di sekolah alam tersebut. (Foto: Burdu/banthayoid)
Sekolah alam tersebut dibuka setiap hari Sabtu, pukul 16.00-17:30 WIB. (Foto : Burdu/banthayoid)
Proses belajar Sekolah Alam di laksanakan setiap hari Sabtu. Meski punya pengajar lokal untuk bahasa Inggris, ada kalanya mereka belajar bahasa asing lain. Semua tergantung asal negara wisatawan.
"Peserta yang ikut biasa berjumlah 75 orang. Tidak hanya anak-anak, ada juga masyarakat petani, nelayan, hingga pengemudi becak bermotor (bentor). Para turis yang datang untuk menginap terkadang bisa sampai 10 orang. Kami meminta untuk mengajarkan bahasa asing kepada peserta," jelas Herianto.
Metode belajar di alam terbuka membuat anak - anak senang. Nampak para peserta sangat serius menyimak pelajaran yang diberikan para tutor. (Foto : Burdu/banthayoid)
Tutor asli asal Belanda, Kimberly Wevers (23), mengatakan mereka cukup senang dengan respons peserta. Ia juga merasa terpanggil untuk mengajar bahasa asing.
ADVERTISEMENT
"Saya kagum dengan mereka, karena anak-anak gembira dengan kedatangan saya," ungkapnya, dalam bahasa Indonesia.
Metode pembelajaran di luar ruangan sengaja diterapkan agar anak-anak bisa leluasa berkreasi. (Foto : Burdu/banthayoid)
Anak-anak dapat belajar Bahasa Inggris tanpa biaya. (Foto : Hary & Mimin )
Para wisatawan berpose dengan latar belakang Guest House Hary & Mimin. (Foto : Hary & Mimin )
Hariyanto Gobel, pendiri Timuato Institute saat diwawancarai jurnalis banthayoid. (Foto : Burdu/banthayoid)
Papan penunjuk arah menuju lokasi Timuato Institute. (Foto : Burdu/banthayoid)
Para peserta les Bahasa Inggris. (Foto : Burdu/banthayoid)
Reporter: Rahmat Ali, Burdu
Editor: Febriandy Abidin