Menyaksikan Perayaan Maulid Nabi di Desa Bongo, Gorontalo

Konten Media Partner
18 November 2019 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta karnaval yang turut meramaikan perayaan maulid Nabi di Desa religi Bobuhu, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Senin, (18/11). Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta karnaval yang turut meramaikan perayaan maulid Nabi di Desa religi Bobuhu, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Senin, (18/11). Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Ragam budaya dan tradisi dihadirkan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gorontalo. Salah satu desa yang merayakan maulid dengan istimewa adalah Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Desa Bongo, sebagai wisata religi, setiap tahun dipadati oleh masyarakat dari berbagai wilayah, maupun Gorontalo.
Tahun ini, perayaan maulid di Desa Bongo digelar pada Minggu (17/11). Dalam perayaannya, masyarakat membuat "tolangga" dengan berbagai bentuk. Ada yang menyerupai menara setinggi empat meter, hingga perahu yang panjangnya mencapai dua meter. Tolangga adalah wadah yang isinya ragam makanan yang akan dibagikan kepada mereka yang semalam suntuk berzikir dan membaca riwayat nabi di masjid, juga kepada masyarakat. Biasanya kue yang dibagikan adalah kue kolombonge, wapili dan kue tradisional lainnya. Walaupun ada juga yang menambahkan dengan produk seperti kopi bubuk, susu, dan teh. Tidak ada standar yang mengatur, namun di Desa Bongo, kue yang mendominasi adalah kue kolombengi.
Peserta karnaval yang turut meramaikan parayaan maulid Nabi di Desa religi Bobuhu, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Selain itu, sebagai bentuk jamuan untuk keluarga, kerabat, sahabat ataupun pengunjung yang sekadar datang untuk menyaksikan maulid, masyarakat menyediakan makanan di setiap rumahnya.
ADVERTISEMENT
Ketika pulang, tamu yang datang akan diberi kue kolombengi sebagai bingkisan dari Desa Bongo.
Irmawati, salah satu pengunjung mengungkapkan, dirinya setiap tahun memang menyempatkan waktu untuk datang ke Bongo. Alasannya karena ia memiliki banyak keluarga di sini.
“Justru di perayaan maulid ini saya datang karena keluarga selalu minta,” katanya.
Peserta karnaval yang turut meramaikan parayaan maulid Nabi di Desa religi Bobuhu, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Selain itu menurutnya, maulid di Bongo selalu lebih ramai daripada lebaran Idulfitri. Makanya, kadang-kadang, Idulfitri ia tidak datang, dan hanya datang setiap maulid. Perayaan ini menurutnya sebagai ajang silaturahmi bersama keluarganya.
Sedangkan Rahma Kilu, ia mengungkapkan bahwa datang hanya karena mengetahui maulid di Bongo akan ramai. Menurutnya, karena bertepatan dengan hari Minggu juga, jadi akan menjadi liburan untuknya.
ADVERTISEMENT
“Paginya saya bisa foto arak-arakan tolangga, siangnya bisa mampir dulu ke wisata religi Bubohu, lalu menghabiskan waktu selanjutnya di Pantai Dulangga. Bisa seharian di sini. Tidak apa, untuk liburan juga kan,” tutupnya.
Peserta karnaval yang turut meramaikan parayaan maulid Nabi di Desa religi Bobuhu, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Tips Maksimal Menikmati Walima di Desa Wisata Religi Bongo, Gorontalo
Tahun ini, perayaan maulid di Desa Bongo digelar pada Minggu (17/11). Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Untuk para traveler atau pengunjung yang ingin berlibur ke Desa Wisata Religius Bongo, Gorontalo, sekaligus menikmati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW atau walima, harus memiliki rencana yang tepat dan memperhatikan beberapa hal agar liburannya maksimal.
Banthayo.id merangkum beberapa hal sebagai rekomendasi untuk para traveler, baik yang baru pertama kali ke tempat wisata ini, maupun yang sudah berulang kali, namun tidak memiliki rencana yang tepat sehingga menyebabkan liburannya menjadi kacau.
Tolangga adalah wadah yang isinya ragam makanan yang akan dibagikan kepada mereka yang semalam suntuk berzikir dan membaca riwayat nabi di masjid. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Setiap tahun, perayaan walima di Desa Wisata Religius Bongo, Gorontalo, dilakukan dengan istimewa. Tidak heran, Desa Bongo jadi tempat yang wajib dikunjungi saat perayaan walima. Banyak masyarakat Gorontalo yang berkunjung ke tempat ini dengan berbagai alasan. Ada yang hanya ingin berfoto karena keunikan tempatnya dan tradisi lokalnya, ada yang berkunjung karena memang memiliki sanak keluarga di tempat ini, dan ada pula yang hanya ingin berlibur dan bertemu sahabatnya yang tinggal di sini. Sehingga tidak mengherankan, tempat ini akan selalu disesaki pengunjung dan menyebabkan kemacetan parah.
Dalam perayaannya, masyarakat membuat "tolangga" dengan berbagai bentuk. Ada yang menyerupai menara setinggi empat meter, hingga perahu yang panjangnya mencapai dua meter. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Maka untuk para traveler, jika ingin menikmati walima, berangkatlah ke tempat ini pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WITA. Juga bisa satu jam sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut agar tidak kesiangan sampai ke puncak Desa Bongo karena medan menuju ke desa ini cukup sulit. Jalan darat berada di pinggir jurang dan curam. Jika menggunakan motor yang berkubikasi kecil namun membawa beban yang banyak, kemungkinan tidak akan mampu menanjak. Sehingga kualitas kendaraan juga harus diperhatikan. Untuk para pengguna mobil, juga harus fokus. Sebaiknya tidak menyalakan AC mobil untuk mencegah hilangnya tenaga mobil saat menanjak ke puncak Bongo.
ADVERTISEMENT
Pertimbangan medan yang cukup berat tersebut, dengan banyaknya pengunjung, maka jika berangkat di atas pukul 08.00, kemungkinan traveler akan terjebak kemacetan. Dan bukannya dapat menikmati perayaannya, traveler malah akan sibuk keluar dari padatnya kendaraan. Sehingga momen penting akan terlewatkan.
Maulid di Bongo selalu lebih ramai daripada lebaran Idulfitri. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Perjalanan ke puncak Bongo dari Kota Gorontalo akan memakan waktu sekitar 30 menit hingga lebih. Sehingga jika berangkat pagi, kemungkinan akan sampai tepat waktu perayaan. Dengan jadwal pagi itu, kalian masih bisa menikmati arak-arakan tolangga yang dibawa oleh masyarakat menuju masjid. Tolangga adalah wadah atau usungan untuk ragam kue yang akan dibagikan kepada mereka yang semalam suntuk berzikir dan membaca riwayat nabi di masjid, juga kepada masyarakat.
kue yang dibagikan adalah kue kolombonge, wapili dan kue tradisional lainnya. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Biasanya kue yang dibagikan adalah kue kolombonge, wapili dan kue tradisional lainnya. Sehingga arak-arakan ini akan menarik sebagai objek foto bagi para fotografer. Arak-arakan ini biasanya dilakukan oleh para pemuda desa, menggunakan pakaian musim seragam. Selain itu, juga ada parade putri-putri walima yang diikuti oleh siswa sekolah. Mereka berparade menggunakan busana yang bernuansa walima. Busananya ada yang berbentuk tolangga dan dihiasi kue-kue yang memang disajikan dalam perayaan walima.
Desa Bongo, sebagai wisata religi, setiap tahun dipadati oleh masyarakat dari berbagai wilayah, maupun lokal Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Parade ini akan menuntun kalian ke masjid yang menggelar doa walima. Untuk yang ingin melihat bagaimana prosesi doa walima, bisa mengunjungi masjid Al-Taqwa di desa ini. Masjid ini biasanya juga dihadiri oleh Bupati Gorontalo untuk menggelar doa.
ADVERTISEMENT
Di Desa Bongo, dan Gorontalo pada umumnya, suhu matahari di siang hari akan mencapai 30an derajat Celsius, jika sudah menikmati walima dan ingin berteduh sebentar dari sengatan matahari, kalian bisa mengunjungi tempat wisata Bubohu yang tidak jauh dari perhelatan walima tadi.
Ketika pulang, tamu yang datang akan diberi kue kolombengi sebagai bingkisan dari Desa Bongo. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Tempat wisata Bubohu bisa dikunjungi dengan hanya memasukkan satu buah kelereng ke dalam wadah yang sudah disiapkan di pintu masuk. Kelereng ini digunakan untuk melihat jumlah pengunjung yang datang. Di sebelah tempat kelereng, ada tempat untuk pengunjung yang ingin memberi berkontribusi dalam bentuk uang.
Tempat wisata Bubohu ditanami pohon-pohon yang teduh dengan kolam yang dibangun persis di tengah. Di bibir kolam, puluhan burung merpati jinak sedang mencari makan. Kolam ini sebenarnya tidak bisa digunakan untuk kalian yang ingin berenang. Karena kolam ini airnya keruh dan hanya sebagai hiasan. Kolam hanya menjadi salah satu bentuk pendinginan pasif yang paling sederhana. Memanfaatkan perubahan suhu udara untuk air menguap. Uap kolam ini mampu melembapkan udara sekitar. Sehingga mampu mendinginkan suhu.
Tempat wisata Bubohu ditanami pohon-pohon yang teduh dengan kolam yang dibangun persis di tengah. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Jika berkeliling di tempat ini, kalian bisa menyaksikan sebagian informasi tentang Gorontalo. Silsilah raja dan nama-nama raja di gantung di dinding aula terbuka Bubohu. Juga foto-foto sahabat Nabi Muhammad SAW serta beberapa ulama di Gorontalo. Informasi ini bisa jadi menambah wawasan sejarah Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Jika ingin berfoto, traveler bisa naik ke atas wombohe atau pondok kecil khas Desa Bongo. Wombohe menjadi tempat foto favorit para pengunjung. Tak sedikit juga menjadikannya sebagai tempat foto prewedding bagi pasangan yang akan menikah.
Suasana Desa Bongo saat perayaan maulid Nabi. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Untuk kalian yang tertarik dengan ilmu pengetahuan, di tempat ini juga ada fosil-fosil kayu yang dikumpulkan dari sejumlah tempat di Gorontalo. Kayu-kayu yang dihamparkan begitu saja di areal Bobohu diperkirakan berusia ratusan tahun. Oleh karena itu, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menjadikan tempat ini sebagai laboratorium geologi untuk keperluan penelitian.
Pantai Dulangga memiliki banyak spot foto yang cocok sebagai konten Instagram traveler. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Jika sudah puas dengan keindahan tempat wisata Bubohu, selanjutnya bisa berpindah ke lain tempat, yakni Pantai Dulangga. Pantai ini berjarak sekitar satu kilometer dari wisata Bubohu.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pantai Dulangga memiliki banyak spot foto yang cocok sebagai konten Instagram traveler. Pantai ini memiliki gazebo yang disewakan kepada pengunjung. Untuk yang tidak takut ketinggian, bisa memanjat gunung di sebelah pantai jika ingin mendapatkan hasil foto dari ketinggian.
Pantai Dulangga memang tidak terlalu panjang dan luas, namun memiliki pasir putih yang menggoda. Pasir putih kontras dengan laut yang biru. Namun, karena berkunjung di siang hari, dan dengan kedalaman laut yang rendah, maka dengan menaiki bukit yang ada di sebelah pantai ini, kalian bisa melihat karang yang tersentuh cahaya matahari.
Pasir putih di pantai Dulanga kontras dengan laut yang biru. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Di pantai ini kalian bisa berlama-lama menggantungkan hammock atau tempat tidur gantung di kedua sisi pohon yang ada. Pilihan ini akan lebih hemat tanpa harus menyewa gazebo untuk tidur.
ADVERTISEMENT
Pantai Dulangga memang tidak terlalu panjang dan luas, namun memiliki pasir putih yang menggoda. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Pantai Dulangga bukanlah tempat terakhir yang bisa dikunjungi. Karena di atas bukit Desa Bongo ini, ada masjid berkubah emas. Banthayo.id sudah pernah mengulas masjid ini pada artikel sebelumnya, dengan judul "Masjid Walima Emas di Gorontalo, Keindahan Berpadu Nuansa Religi".
----
Reporter : Wawan Akuba