Lockdown, Ketika Kondisi Geologi Menghambat Penyebaran Virus Secara Global

Barry Majeed Hartono
I am a young student intending to enrich my knowledge in geology specifically in petroleum geochemistry and I am also passionate to share my knowledge. My interest lies in geological engineering especially in the research and development of geochemistry exploration. When dealing with tasks, my mindset is always geared towards results and its objectives, but I still value the processes to achieve it. I am an enthusiastic person who holds high ideals and always ready to adapt. I always keep in mind to maintain a good attitude and clearly love to work together with other companions in order to achieve more.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 23:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Barry Majeed Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam beberapa bulan terakhir, dunia menghadapi masalah besar yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, yang telah menginfeksi 741.030 orang dan setidaknya 35.114 orang telah meninggal karena virus ini (30 Maret 2020; sumber: https: //gisanddata.maps. arcgis.com/). Di Indonesia sendiri, virus ini telah menginfeksi 1.414 orang dan membunuh 122 nyawa. Beberapa negara seperti Italia, Prancis, Selandia Baru, Spanyol, dan negara lain yang terkena dampak COVID-19 berusaha untuk mengurangi jumlah infeksi dengan melakukan lockdown. Beberapa negara lain seperti Korea Selatan tidak menerapkan lockdown sebagai solusi. Wuhan, Cina sendiri sebagai kota untuk kemunculan virus COVID-19 telah membuka kembali wilayahnya setelah lockdown resmi dicabut pada 25 Maret 2020.
Ilustrasi lockdown. Foto: REUTERS/Evgenia Novozhenina

Lockdown

ADVERTISEMENT
Lockdown berasal dari bahasa Inggris yang berarti terkunci. Secara teknis, istilah ini digunakan untuk menutup seluruh akses masuk atau keluar dari suatu daerah, baik dari skala rumahan hingga skala negara. Tujuan suatu negara memberlakukan aturan lockdown adalah untuk menekan semaksimal mungkin penyebaran dari suatu virus atau wabah.

Hubungan lockdown, kondisi geologi, dan penyebaran virus

Bagaimana kondisi geologi dapat menekan penyebaran virus? Dalam kasus ini, kondisi geologi dan geografis sudah tidak menjadi batasan lagi untuk penyebaran virus. Hal ini dikarenakan teknologi transportasi yang semakin canggih yang memungkinkan setiap orang untuk berpergian ke suatu daerah dengan sangat mudah.
Seperti contoh orang di China dapat pergi ke India dengan mudah melewati Pegunungan Himalaya karena adanya pesawat atau orang di Amerika dapat pergi ke Indonesia dengan mudah menggunakan kapal atau pesawat. Namun, bayangkan jika pandemi ini terjadi pada masa lalu, 100 hingga 10.000 tahun lalu, ketika teknologi belum secanggih sekarang. Penyebaran virus tidak akan semudah dan secepat sekarang.
ADVERTISEMENT
Pada saat seperti itu, kondisi geologi masih membatasi penyebaran virus tersebut. Geologi disini dapat mencapai skala tektonik. Misalkan, 225 sampai 250 juta tahun yang lalu, dunia masih merupakan satu dataran besar yang disebut sebagai Pangea hingga akhirnya proses tektonik secara divergen (pergerakan 2 lempeng yang saling berlawanan) yang terjadi pada Zaman Trias (150 hingga 200 juta tahun lalu) menghasilkan Samudera Atlantik yang memisahkan Benua Amerika dengan Benua Afrika. Secara tidak langsung, proses ini menghambat penyebaran virus atau wabah jika transportasi seperti sekarang dianggap belum ada saat itu.
Bagaimana suatu Samudera Atlantik terbentuk dari suatu Dataran besar bernama Pangea. Sumber: USGS
Lockdown menyebabkan suatu akses penerbangan ke suatu negara menjadi terbatas. Hal ini akan menyebabkan penerbangan yang melintasi samudera menjadi terbatas sehingga secara tidak langsung proses geologi yang terjadi di masa lalu akan menghambat penyebaran suatu virus atau wabah. Manusia di suatu daerah tidak dapat melintasi "rintangan" geologi berupa pegunungan tinggi ataupun samudera akibat adanya lockdown Kasus seperti ini digunakan jika kasusnya mirip dengan COVID-19 yang penularannya dari manusia ke manusia.
ADVERTISEMENT
Bagaimana jika kasus lain seperti Hantavirus diaplikasikan? Hantavirus merupakan virus yang ditularkan dari binatang, tikus, ke manusia melalui cairan, kotoran, dan gigitan hewan tersebut. Tentunya, hewan ini tidak dapat bergerak dengan mudah seperti menyebrangi Samudera Atlantik atau Pegunungan Himalaya hasil dari proses geologi yang terjadi puluhan hingga ratusan juta tahun lalu.

Penutup

Hal ini juga bisa menjadi dasar dari adanya kepunahan secara lokal akibat adanya virus di masa lalu. Proses geologi memungkinkan suatu daerah menjadi terisolasi sehingga penyebaran virus menjadi terbatas pada daerah tersebut. Hal ini yang nantinya dapat menyebabkan kepunahan secara lokal. Dapat dilihat, ketika lockdown diaplikasikan, maka kondisi geologi secara tidak langsung sangat mungkin untuk menekan penyebaran dari suatu virus atau wabah.
ADVERTISEMENT