Mengenal Jenis Erupsi Gunung Api (1)

Barry Majeed Hartono
I am a young student intending to enrich my knowledge in geology specifically in petroleum geochemistry and I am also passionate to share my knowledge. My interest lies in geological engineering especially in the research and development of geochemistry exploration. When dealing with tasks, my mindset is always geared towards results and its objectives, but I still value the processes to achieve it. I am an enthusiastic person who holds high ideals and always ready to adapt. I always keep in mind to maintain a good attitude and clearly love to work together with other companions in order to achieve more.
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2019 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Barry Majeed Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi erupsi gunung api. (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi erupsi gunung api. (Foto: pixabay)
Erupsi gunung api atau yang biasa dikenal masyarakat dengan sebutan letusan gunung api merupakan hal yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini merupakan konsekuensi dari posisi Indonesia yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (Hamilton, 1979). Pertemuan secara konvergen ini menyebabkan terbentuknya gunung api atau vulkanisme di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gunung Tangkuban Parahu, yang beberapa waktu lalu mengalami erupsi, merupakan salah satu gunung hasil proses subduksi yang terjadi di Laut Jawa. Apakah berbahaya? Apakah akan seperti Gunung Merapi? Bagaimana kok bisa seperti itu? Itulah serentetan pertanyaan yang banyak dilontarkan masyarakat.
Beberapa bahkan ada yang melarang anaknya untuk keluar dari kamarnya karena takut dengan debu vulkanik hasil erupsi gunung tersebut. Namun, untuk menjawab pertanyaan tersebut--yang nanti akan saya bahas di tulisan saya lebih lanjut, kita perlu mengetahui beberapa tipe erupsi gunung api yang ada di dunia.
Jenis-jenis erupsi gunung api bedasarkan sumber kejadiannya, yaitu erupsi magmatik, erupsi freatomagmatik, dan erupsi freatik. (Digambar oleh Ahmad Najili, Juli 2019).
Berdasarkan sumber kejadiannya, erupsi gunung api dibagi menjadi tiga jenis, yaitu erupsi magmatik, erupsi freatomagmatik, dan erupsi freatik. Masing-masing tipe ini kemudian memiliki subtipe di dalamnya. Berikut penjelasan singkatnya.
ADVERTISEMENT

Erupsi Magmatik

Erupsi Magmatik, artinya sumber letusannya berasal dari magma. Magma adalah suatu larutan silika pijar yang panas dan tersimpan di bawah permukaan. Magma yang keluar ke permukaan disebut sebagai lava. Gambaran tipe erupsi ini dijelaskan dengan coke bottle theory.
Pernahkan anda meminum soda? Jika anda mengocok soda tersebut sebelum membuka tutupnya, apa yang terjadi?
Ya, soda akan menghasilkan gelembung gas yang secara cepat bergerak ke atas sehingga soda tumpah. Kejadian seperti ini kurang lebih sama dengan erupsi gunung api. Magma yang tersimpan di dalam gunung api tidak hanya berupa larutan namun juga mengandung banyak gas seperti CO2, H2S, dan H2O. Gas ini akan bergerak ke atas mengingat gas akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Gas yang bergerak ke atas tersebut kemudian berkumpul di bagian atas gunung api sehingga tekanan di bagian tersebut akan menjadi tinggi. Jika batuan di sekelilingnya sudah tidak dapat menahan tekanan tersebut, maka gas akan keluar dari gunung api beserta dengan magma yang bergerak ke atas. Peristiwa inilah yang kita sebut sebagai letusan gunung api. Erupsi Magmatik ini memiliki 5 tipe pada umumnya, yaitu:
1. Tipe Hawaiian
Nama Hawaiian berasal dari Hawaii, Amerika Serikat. Gunung di Hawaii memiliki karakteristik letusan yang bersifat efusif (mengalir). Lava yang dikeluarkan oleh gunung ini bersifat basaltis atau encer sehingga debu vulkanik yang dihasilkan juga sedikit. Biasanya tipe letusan ini menghasilkan gunung api berbentuk perisai (shield).
Erupsi Gunung Kilauea, Hawaii yang menunjukkan tipe erupsi Hawaiian.
2. Tipe Strombolian
ADVERTISEMENT
Istilah stromboli berasal dari Gunung Stromboli, Italia. Tipe ini disebabkan oleh gas yang berkumpul dan menyatu sehingga menjadi bubble yang besar. Perbedaan tekanan kemudian menyebabkan gelembung tadi pecah sehingga melontarkan magma ke udara seperti gelembung sabun.
Lavanya bersifat lebih kental dari tipe Hawaiian sehingga lebih eksplosif. Tipe ini biasanya bersifat episodik dan merupakan tipe erupsi yang lazim ditemukan di Indonesia. Beberapa contoh gunung api yang memiliki tipe erupsi Strombolian adalah Gunung Raung, Jawa Timur; Gunung Semeru, Jawa Timur; dan Gunung Sinabung, Sumatra Utara.
Erupsi bertipe stromboli di Gunung Semeru pada bulan september 2014. Terlihat terdapat lava yang dilontarkan ke udara. (Diambil dari: https://www.volcanodiscovery.com).
3. Tipe Vulcanian
Berbeda dengan tipe Strombolian, tipe erupsi ini berasal dari magma yang lebih kental (viscous) dan bersifat andesitik hingga riolitik. Sifat magma ini menyebabkan gas yang terbentuk lebih sulit untuk keluar dari magma menghasilkan keadaan bertekanan tinggi di bagian atas gunung tersebut. Ketika meletus, selain lava dan debu vulkanik yang dilepaskan ke udara, terdapat bagian atas dari gunung api yang juga ikut terlempar.
ADVERTISEMENT
Karakter dari material vulkanik juga berukuran besar berukuran sentimeter hingga meter. Dalam geologi, ukuran ini disebut sebagai bom jika berbentuk membundar dan blok jika berbentuk menyudut. Vulcanian ini berasal dari nama Gunung Vulcano yang terletak di Italia. Beberapa contoh gunung yang memiliki tipe erupsi Vulcanian adalah Gunung Bromo, Jawa Timur; dan Gunung Krakatau.
Erupsi Vulcanian di Gunung Bromo pada Februari 2011. Terlihat adanya lava yang dilontarkan ke atas serta abu vulkanik pekat yang juga dilepaskan oleh gunung tersebut. (Diambil dari: www.volcanodiscovery.com).
4. Tipe Peleean
Peleean diambil dari nama Gunung Pelee yang terletak di daerah Martinique. Pada tahun 1902, letusan gunung ini menghilangkan 26.000 jiwa penduduk serta menghancurkan Kota St. Piere. Letusan ini dicirikan dengan adanya aliran piroklastik (pyroclastic flow) atau dikenal sebagai nue ardente. Di Indonesia, fenomena seperti ini dikenal sebagai "wedhus gembel".
Aliran ini merupakan aliran atau longsoran (material collapse) dari debu vulkanik panas dari lubang gunung api secara cepat. Hal ini menyebabkan tipe erupsi ini merupakan tipe erupsi yang berbahaya. Gejala seperti ini pernah terlihat di Indonesia, salah satunya di Gunung Sinabung, Sumatera Utara.
Aliran piroklastik (bagian kiri gambar) dari erupsi Gunung Sinabung pada bulan Desember 2017. (Diambil dari www.volcanodiscovery.com).
5. Tipe Plinian
ADVERTISEMENT
Tipe erupsi Plinian memiliki ciri yang sama dengan tipe erupsi Strombolian dan Vulcanian. Perbedaannya terletak pada durasi letusan di mana letusan Strombolian dan Vulcanian membentuk suatu jeda waktu dan bersifat periodik, sedangkan tipe Plinian membentuk kolom abu vulkanik yang dapat bertahan lama.
Kolom abu vulkanik dipertahankan dan dikontrol oleh perkembangan gas yang bergerak ke atas dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan pergerakan magma. Tipe ini merupakan tipe erupsi yang paling berbahaya karena memiliki indeks eksplosif (volcanic explosivity index atau VEI) berkisar 6-8.
Volcanic Explosivity Index menggambarkan besaran volume tefra (endapan abu vulkanik yang belum terkonsolidasi) yang dikeluarkan oleh gunung api. (Diambil dari USGS.gov)
Letusan bertipe Plinian paling legendaris yang terjadi pada tahun 1883. Letusan Gunung Krakatau ini memiliki VEI 6. (Diambil dari en.wikipedia.org).

Erupsi Freatomagmatik

ADVERTISEMENT
Freatomagmatik berasal dari 2 kata, yaitu "freato" dan "magma". Freato berasal dari bahasa Yunani yaitu phreat yang memiliki arti air tanah atau tangki air, sedangkan magma merupakan silika pijar. Erupsi Freatomagmatik didefinisikan sebagai erupsi yang menghasilkan abu vulkanik sebagai akibat dari interaksi magma dengan air.
ADVERTISEMENT
Erupsi ini menghasilkan abu vulkanik, tidak seperti erupsi Freatik, namun berasal dari interaksi magma dengan air, tidak seperti erupsi Magmatik. Erupsi yang besar biasanya akan memiliki komponen magmatik dan freatomagmatik. Tipe erupsi ini menghasilkan fitur geologi berupa maar (kawah gunung api hasil letusan freatomagmatik). Erupsi Freatomagmatik dibagi menjadi 3 subtipe, tipe Surtseyan, tipe Submarin, dan Subglasial.
1. Tipe Surtseyan
Erupsi Surtseyan adalah tipe erupsi vulkanik akibat interaksi antara air di kedalaman dangkal (misal air tanah) dengan lava. Erupsi ini diambil dari daerah Surtsey, Islandia yang menunjukkan gejala erupsi ini pada tahun 1963. Erupsi ini setara dengan tipe Strombolian, hanya saja lebih eksplosif karena air yang dipanaskan berubah menjadi gas dan menerbangkan debu vulkanik dan magma ke udara.
Letusan bertipe Surtseyan di daerah Ukinrek Maars, Alaska, pada tahun 1977. Erupsi ini terjadi akibat interaksi antara air tanah dengan magma. (Diambil dari https://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=312131).