Tantangan dan Potensi Ilmu Geovirologi dalam Memahami Sebuah Pandemi

Barry Majeed Hartono
I am a young student intending to enrich my knowledge in geology specifically in petroleum geochemistry and I am also passionate to share my knowledge. My interest lies in geological engineering especially in the research and development of geochemistry exploration. When dealing with tasks, my mindset is always geared towards results and its objectives, but I still value the processes to achieve it. I am an enthusiastic person who holds high ideals and always ready to adapt. I always keep in mind to maintain a good attitude and clearly love to work together with other companions in order to achieve more.
Konten dari Pengguna
29 Maret 2020 12:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Barry Majeed Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pandemi: Foto Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pandemi: Foto Pixabay.com
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Begitulah kalimat yang tepat untuk membuka tulisan ini. Beberapa hari lalu setelah tulisan saya yang berjudul Geovirology, Cabang Geosains yang Berpotensi Berkembang Setelah Pandemi COVID-19 terbit, beberapa rekan dari teknik geologi Universitas Gadjah Mada, meminta saya untuk melakukan diskusi online terkait tulisan tersebut. Diskusi tersebut menghasilkan beberapa poin terkait ilmu geovirologi yang sangat potensial untuk berkembang saat pandemi COVID-19 ini.

Potensi Ilmu Geovirologi

Geovirologi dilatarbelakangi dari tren ilmu pengetahuan yang banyak bertemakan medis, biologi, vaksin, virus, dan coronavirus. Tentunya, melihat tren tersebut, keilmuan geosains dapat masuk ke dalam tema tersebut. Geovirologi sendiri bukan istilah yang baru, namun sudah pernah digunakan sebelumnya oleh Emerson (2019). Dengan adanya pandemi COVID-19, ilmu geovirologi ini sangat berpotensi untuk berkembang. Ilmu ini menggabungkan ilmu geologi dengan virologi, seperti hubungan antara batuan, tanah, air tanah dan virus, kehidupan virus di masa lampau (dalam skala waktu geologi), atau kemungkinan adanya kepunahan lokal akibat keberadaan paleovirus.

Efek Iklim terhadap Pandemi Virus

Potensi ilmu geosains dalam mempelajari virus dapat dimulai dengan mempelajari hubungan antara virus dengan iklim. Seperti contoh, pada kasus wabah SARS-CoV yang terjadi pada tahun 2002, virus ini menghilang ketika musim panas menandakan bahwa virus ini tidak tahan dengan iklim seperti itu. Penelitian terkait aspek meteorologi terhadap virus COVID-19 sudah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Chen dkk. (2020), dan Araujo dan Naimi (2020).
ADVERTISEMENT

Hubungan antara Batuan, Tanah, Air Tanah, dan Virus

Hubungan antara batuan, tanah, dan air tanah dengan virus masih menjadi peluang untuk dilakukannya studi. Studi yang dimaksud adalah bagaimana ketahanan virus pada objek tersebut. Pengaruh tanah hasil pelapukan batuan granitik dengan tanah hasil pelapukan batuan basaltik terhadap ketahanan virus. Komposisi air tanah yang mengandung ion klorin, atau air tanah yang mengandung ion karbonat terhadap virus. Contoh tersebut sangat membuka peluang keilmuan geosains untuk masuk dalam ranah virologi.

Hubungan Kondisi Geologi dengan Penyebaran Virus

Hubungan kondisi geologi dengan penyebaran virus sangat berpotensi untuk dipelajari. Contoh mudahnya, proses tektonisme yang terjadi di masa lalu menyebabkan Cina dan Indonesia terpisahkan oleh lautan. Hal ini tentunya akan menyebabkan penyebaran virus akan menjadi sulit. Namun, dalam aplikasinya, seperti contoh COVID-19, virus ini dapat menyebar dengan cepat tanpa adanya batasan geologi dan geografis. Hal ini dikarenakan transportasi dan teknologi yang sudah maju sehingga kondisi geologi dan geografis bukan menjadi batasan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan 10.000 tahun hingga 1 juta tahun lalu, ketika transportasi belum ada. Virus ini dapat menyebabkan "kepunahan" secara lokal. Hal ini disebabkan kondisi geologi dan geografis masih menjadi batasan untuk penyebaran virus. Tentunya, topik ini akan sangat menarik untuk dipelajari.

Tantangan

Kembali lagi, dengan konsep "The Present is the Key to the Past", yang terjadi sekarang juga terjadi masa lalu, maka pandemi akibat virus di masa lalu sangat mungkin terjadi. Geovirologi sangat membuka peluang untuk dilakukan studi dan riset. Walaupun begitu, tantangan dalam perkembangannya ilmu ini adalah teknologi. Teknologi untuk melihat keberadaan virus dengan skala atau ukuran yang skala kecil dalam catatan geologi masih sangat sedikit. Alat geokimia masih belum bisa mengindikasikan secara langsung adanya virus. Pacton dkk. (2014) menunjukkan keberadaan virus dalam catatan geologi dengan alat Transmission Electron Microscopy (TEM). Dengan teknologi yang mutakhir, geovirologi sangat berpotensi untuk berkembang.
Gambar yang diambil dari TEM, virus di dalam mikroba hidup dalam kondisi normal (a-d) dan virus dalam simulasi diagenesis (e-f; Pacton dkk., 2014).
ADVERTISEMENT
Referensi
Pacton, M., Wacey, D., Corinaldesi, C., Tangherlini, M., Kilburn, M.R., Gorin, G.E., Danovaro, R., Vasconcelos, C., 2014. Viruses as new agents of organomineralization in the geological record. Nature communication, 5 (4298), hal.1-9.
Emerson, J. 2019. Geovirology: Viruses in Earth’s Biomes and Their Impacts on Microbial Ecology and Biogeochemistry. Proceed. AGU Fall Meetings 2019 (Abstract).
Chen, B., Liang, H., Yuan, X., Hu, Y., Xu, M., Zhao, Y., Zhang, B., Tian, F., Zhu, X., 2020. Roles of meteorological condition in COVID-19 transmission on worldwide scale. Preprint, medRxiv. https://doi.org/10.1101/2020.03.16.20037168
Araujo, M.B., dan Naimi, B., 2020. Spread of SARS-CoV2 coronavirus likely to be constrained by climate. Preprint, medRxiv. https://doi.org/10.1101/2020.03.12.20034728
ADVERTISEMENT