Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kereta Kuno Antipeluru-Kapal Pesiar Misterius: Cara Kim Jong-un ke Luar Negeri
12 September 2023 13:00 WIB
·
waktu baca 7 menit
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, sedang dalam perjalanan menuju kota Vladivostok, Rusia menggunakan kereta anti-peluru untuk bertemu Vladimir Putin. Mode transportasi apa saja yang digunakan Kim Jong Un saat bepergian ke luar negeri?
Sejalan dengan tradisi lama di kalangan para pemimpin Korea Utara, Kim bisa menghabiskan waktu lebih dari 20 jam menempuh jarak 1.180 km dalam lokomotif yang bergerak lambat.
Lokomotif itu dikabarkan memuat sebuah restoran yang menyajikan anggur Prancis yang nikmat dan hidangan kelas atas, seperti menu lobster segar.
Kereta bergerak dengan kecepatan sekitar 50 km/jam karena memiliki beban berat berupa lapisan pelindung baja.
Sebagai pembanding, kereta api berkecepatan tinggi buatan London melaju sekitar 200 km/jam, sementara kereta Shinkansen Jepang dapat mencapai 320 km/jam.
Perjalanan panjang yang akan ditempuh sang pemimpin Korea Utara juga perlu memperhitungkan jaringan kereta api Utara yang kuno.
Kereta itu diberi nama Taeyangho, istilah dalam bahasa Korea yang berarti matahari, yang juga merujuk pada pendiri Korea Utara, yakni Kim Il Sung.
Kereta yang mengandung nilai sejarah
Tradisi melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan kereta api dimulai oleh Kim Il-sung - kakek Kim Jong Un - yang naik kereta api miliknya saat pergi ke Vietnam dan Eropa Timur.
Kereta mewah ini dijaga ketat oleh agen-agen keamanan yang melacak rute dan stasiun untuk mendeteksi bom dan ancaman lainnya.
Ayah Kim Jong Un, Kim Jong Il, yang memimpin Korea Utara dari 1994 hingga kematiannya pada 2011, dikabarkan memilih untuk berpergian menggunakan kereta api karena dia takut terbang.
Kim Jong Il terkenal karena pernah membutuhkan waktu 10 hari untuk sampai ke Moskow pada 2001 untuk mengadakan pertemuan dengan Putin.
Komandan militer Rusia, Konstantin Pulikovsky, yang mendampingi mantan pemimpin Korea Utara dalam perjalanannya pada 2001, berbicara tentang kemewahan kereta berlapis baja itu dalam bukunya, Orient Express.
"Anda bisa memesan hidangan apapun dari Rusia, China, Korea, Jepang dan Prancis," ungkap Pulikovsky.
Ia mengingat ketika ia melihat lobster hidup diangkut ke kereta untuk memastikan ketersediaan hidangan segar, sementara kotak anggur merah dari Bordeaux dan Burgundy juga dikirim dari Paris.
Bahkan kereta pribadi Putin "tidak memiliki kenyamanan [sekelas] kereta Kim Jong Il," katanya.
Mantan diplomat Rusia lainnya, Georgy Toloraya, menulis pada 2019 tentang pengalamannya mengikuti perjalanan yang sama dengan kereta api pada 2001.
Ia menyantap makanan lezat seperti daging dari keledai dan kerang abalon - sejenis moluska – yang diterbangkan dari Pyongyang. Vodka standar Rusia juga menjadi pelengkap di perjalanan itu.
Kedua orang Rusia menyebut adanya pertunjukan dari para seniman dan penyanyi yang menghibur tamu di atas kereta.
Baca juga:
Media pemerintah Korea Utara mengatakan Kim Jong Il meninggal karena serangan jantung saat bepergian dengan kereta api pada 2011.
Pada November 2009, agensi berita harian konservatif Korea Selatan, Chosun Ilbo, melaporkan bahwa kereta berlapis baja memiliki sekitar 90 gerbong.
Angkutan darat berwarna hijau dengan garis kuning itu juga memiliki ruang konferensi, ruang audiensi dan kamar tidur, dengan telepon satelit dan televisi layar datar yang dipasang untuk menerima keterangan.
Gambar-gambar lain menunjukkan gerbong diisi dengan kursi kulit warna merah.
Kim Jong Un mungkin tidak takut terbang seperti ayahnya, karena ia sebelumnya pernah terbang menggunakan jet pribadinya buatan Rusia untuk beberapa perjalanan.
Tetapi, terakhir kali ia bertemu dengan Putin di Vladivostok, kota di bagian timur jauh Rusia pada 2019. Pertemuan itu mungkin merupakan terakhir kalinya Kim bepergian ke luar negeri - dia tiba dengan kereta api.
Kim disambut oleh para pejabat dengan persembahan tradisional roti dan garam.
Perjalanan yang akan ditempuh, jika memang terjadi, kemungkinan besar akan berawal dari Pyongyang dan melewati stasiun Tumangang di perbatasan Rusia, di mana roda kereta akan diganti untuk menyesuaikan dengan jalur Rusia.
Pergantian roda diperkirakan akan memakan waktu setidaknya beberapa jam.
Pesawat pribadi
Selain kereta api, Kim juga diketahui menggunakan bentuk transportasi mewah lainnya yang sangat bertolak belakang dengan gaya hidup miskin rakyat Korea Utara.
Setelah menghadiri sekolah asrama di Swiss, Kim Jong Un sudah tidak asing dengan penerbangan.
Pada Mei 2018, ia melakukan penerbangan internasional pertamanya sejak mengambil alih kekuasaan, yaitu ke kota Dalian di China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Media melaporkan dia sebelumnya menggunakan jet pribadi untuk penerbangan di dalam wilayah Korea Utara.
Pesawat yang ia gunakan untuk terbang ke China adalah pesawat jarak jauh buatan Rusia, yang bertajuk Ilyushin-62 (Il-62).
Pengamat Korea Utara di situs NK News mengatakan penduduk setempat menyebutnya "Chammae-1", yang merupakan nama burung nasional negara itu.
Bagian luar pesawat dihias dengan nama resmi Korea Utara dalam bahasa Korea di dua sisi, dengan bendera nasional di sebelah teks. Ekornya menyandang simbol bintang merah di dalam lingkaran merah dan biru.
Pesawat ini memiliki interior modern, dan Kim kadang difoto berada dalam interior pesawat saat sedang bekerja dan mengadakan pertemuan di atas pesawat.
Chammae-1 masuk berita utama ketika membawa delegasi Olimpiade tingkat tinggi Pyongyang, termasuk saudara perempuan Kim, Kim Yo Jong, ke Korea Selatan pada 2018.
Baca juga:
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan penerbangan tersebut menggunakan nomor identifikasi "PRK-615", yang mungkin melambangkan Deklarasi Bersama Utara-Selatan 15 Juni yang ditandatangani pada 2000 oleh kedua negara.
Kim juga terlihat menggunakan Antonov-148 Ukraina (AN-148), yang menampilkan logo maskapai penerbangan negara Air Koryo, dalam sebuah film dokumenter 2014 yang ditayangkan oleh stasiun televisi pusat milik negara.
Pada 2015, media pemerintah Korea Utara bahkan memuat video Kim Jong Un mengemudikan pesawat ringan "buatan sendiri" dan duduk di kursi kontrol pesawat militer bersayap ganda AN-2.
Mobil mewah
Pada Maret 2018, Kim melakukan perjalanan ke ibu kota China, Beijing dengan kereta api, tetapi kemudian menggunakan Mercedes-Benz S-Class pribadinya untuk menjelajahi kota.
Menurut kantor berita Korea Selatan, JoongAng Ilbo, mobil itu khusus diangkut di atas kereta.
Mobil itu, yang diproduksi pada 2010, harganya sekitar dua miliar won Korea (Rp34 miliar), menurut laporan surat kabar itu.
Model S-Class, yang menjadi favorit Kim, menonjol saat pertemuan antara Korea Selatan dan Korea Utara pada 2018 di Panmunjom, ketika ia berkendara melintasi perbatasan dengan sejumlah pengawal yang berlari di sampingnya.
Konvoinya di pertemuan itu juga dilaporkan menghadiri mobil toilet pribadi, yang digunakan oleh pemimpin untuk menjawab panggilan alam saat bepergian.
Toilet pribadi Kim juga disebutkan dalam laporan 2015 oleh situs berita DailyNK yang berbasis di Seoul, yang mengatakan bahwa kamar mandi khusus itu dibangun dalam salah satu mobil konvoi kendaraan lapis baja Kim.
Kapal pesiar misterius
Media pemerintah Korea Utara telah menunjukkan pemimpin itu naik perahu, kapal selam, bus dan bahkan lift ski.
Dia juga dikabarkan menggunakan bentuk transportasi lain, tetapi belum tampak dalam kunjungannya ke luar negeri.
Ketika media pemerintah menerbitkan foto-foto kunjungannya ke stasiun penangkapan ikan yang dikelola tentara pada Mei 2013, NK News mengamati sebuah kapal pesiar yang berlabuh di latar belakang.
Tidak ada konfirmasi yang jelas bahwa kapal itu - yang diperkirakan dibeli seharga US$7 juta (Rp107 miliar) - merupakan milik Kim, atau bahkan bagaimana kapal itu diimpor meskipun ada sanksi internasional di Korea Utara terhadap barang-barang mewah.
Baca juga:
Namun, mengingat harganya yang premium, banyak media internasional menyebut sang penguasa negara sebagai pemilik yang paling mungkin.
Pada Juni 2015, Radio Free Asia yang berbasis di Washington melaporkan bahwa seorang peneliti melihat helipad baru di vila tepi danau Kim di provinsi Pyongan Selatan.
Peneliti, yang bekerja di Institut AS-Korea dari Johns Hopkins School of Advanced International Studies, mengatakan bahwa helipad itu bisa saja digunakan oleh keluarga ataupun pengunjung Kim.
Laporan oleh Shreyas Reddy, Alistair Coleman dan Kelly Ng