Ketika Pria dari Ghana Disebut Pria Tertinggi Sedunia

Konten Media Partner
3 Januari 2023 13:15 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketika Pria dari Ghana Disebut Pria Tertinggi Sedunia
zoom-in-whitePerbesar
Ketika saya mendengar rumor bahwa ada calon baru untuk menyandang predikat 'pria tertinggi sedunia' di Ghana utara, saya langsung berangkat untuk mencari tahu apakah itu benar. Masalahnya hanya satu, mengukur tingginya.
Pekerja di rumah sakit daerah Ghana utara mengatakan kepada Sulemana Abdul Samed yang berusia 29 tahun bahwa ia telah mencapai tinggi badan 2,89 meter.
Artinya, ia dapat disebut sebagai pria tertinggi sedunia. Namun ada sedikit permasalahan, klinik lokal itu tidak bisa betul-betul mengonfirmasi tingginya karena alat pengukur mereka kurang mumpuni.
Beberapa tahun lalu, ia didiagnosis gigantisme, sebuah gangguan yang membuat seorang bertumbuh sangat tinggi dan besar hingga terlihat seperti raksasa.
Oleh karena itu, ia harus membuat janji bulanan dengan dokter untuk mengendalikan komplikasi yang datang dari tubuhnya yang raksasa.
Saat itu, ia berdiri tegak di samping alat ukur. Seorang perawat mengatakan kepadanya: “Anda sudah lebih tinggi daripada alat ukur.”
Pria yang dikenal dengan sebutan Awuche – artinya “Ayo Pergi” dalam bahasa Hausa – bingung melihat kehebohan yang dia timbulkan.
Ia tidak kaget mendengar bahwa ia tambah tinggi, karena memang ia belum berhenti bertumbuh.
Namun, hal itu menimbulkan kekhawatiran para tenaga kesehatan yang tidak siap menghadapi skenario tersebut.
Perawat yang bertugas saat itu memanggil rekannya, yang kemudian memanggil orang lain untuk membantu.
Tak lama kemudian, sekelompok perawat dan asisten kesehatan berkumpul bersama untuk mencoba memecahkan masalah yang ada, yakni mengukur tinggi badan pria raksasa itu.
Seorang menyarankan mereka mencari tiang yang dapat digunakan sebagai perpanjangan tongkat mereka untuk mengukur tingginya - dan itulah bagaimana mereka bisa sampai pada perkiraan itu.

Masih Bertumbuh

Ketika saya pertama kali bertemu Awuche beberapa bulan lalu saat menjelajahi Ghana bagian utara, namanya sudah terkenal luas di wilayah tersebut. Saat itu, saya tidak membawa pita pengukur untuk memverifikasi tinggi badannya.
Maka, untuk menyelesaikan perkara tersebut, saya kembali ke desa Gambaga minggu lalu dengan membawa pita pengukur sepanjang 4,8 meter.
Seorang tetangga berdiri di atas bangku untuk menandai dinding saat mengukur Awuche
Rencananya sebagai berikut: Awuche akan bersender pada dinding, kami menandai bagian atas kepalanya dan menentukan tingginya menggunakan pita pengukur.
“Cara mereka mengukur saya, memang tidak bisa dibilang sempurna,” ungkap Awuche, yang mengaku cukup bahagia dengan rencana saya untuk mengukur tinggi pastinya.
Ia ternyata sudah tumbuh hingga melebihi ukuran rumah-rumah di daerah tempat tinggalnya. Tetapi setelah mencari-cari, kami akhirnya menemukan gedung dengan tembok yang cukup tinggi.
Ia mencopot sepatunya – sepasang sepatu yang terbuat khusus dari ban mobil bikinan tukang setempat karena Awuche tidak dapat menemukan sepatu yang pas untuknya.
Salah satu tetangganya naik ke atas bangku kayu untuk mencapai ketinggian Awuche supaya dia bisa menandai dinding dengan sepotong arang.
Setelah menggarisi dinding, kami merentangkan pita pengukur dari garis yang ditandai di tanah. Sementara, Awuche memandang dengan antisipasi.
Awuche kini tinggal bersama kakak laki-lakinya (Kiri) di Gambaga.
“Awuche, pita pengukur menunjukkan 2,24 meter,” saya berkata.
Dengan senyumnya yang khas, ia bertanya “Wow, jadi apa artinya?”
“Ya, pria tertinggi yang hidup tingginya 2,51 meter, dia hanya hampir satu kaki lebih tinggi daripadamu.”
Saya merujuk pada pria bernama Sultan Kösen, yang tinggal di Turki dan kini memegang rekor Guiness Dunia untuk pria tertinggi.
“Saya masih bertumbuh tinggi. Siapa tahu, suatu saat saya bisa mencapai tinggi itu,” kata Awuche, sama sekali tidak kecewa karena kesalahan angka yang diberikan rumah sakit sebelumnya.
“Seitap tiga atau empat bulan saya bertumbuh… Kalau Anda belum melihat saya dalam waktu tiga sampai empat bulan, Anda akan sadar tinggi saya bertambah,” jelasnya.

Lidah Menjulur

Awuche mulai menyadari tingginya terus bertambah saat ia berusia 22 tahun dan tinggal di ibu kota Accra.
Ia pindah ke sana untuk mencoba membangun hidup di kota besar, di mana saudara laki-lakinya tinggal, setelah menamatkan SMA.
Sindrom Marfan dapat membuat tulang belakang melengkung secara tidak normal.
Dia sempat bekerja sebagai pemotong daging, demi menabung untuk mengikuti kelas di sekolah mengemudi.
Tetapi suatu pagi ia bangun dengan kebingungan: “Saya menyadari lidahku menjulur dalam mulutku hingga saya susah bernapas [dengan baik],“ ujarnya.
Ia kemudian pergi ke farmasi setempat untuk membeli obat. Namun, beberapa hari setelahnya, ia mulai mengamati seluruh bagian tubunya mulai bertumbuh besar.
Ketika keluarga dan teman-temannya berkunjung dari desa ke kotanya, mereka semua berkomentar tentang pertumbuhannya yang cepat.
Pada titik inilah ia mulai menyadari bahwa secara perlahan, ia mulai berubah menjadi raksasa.
Ia jauh lebih tinggi dibandingkan semua orang, hingga ia harus mencari pertolongan medis karena pertumbuhannya membawa komplikasi lain.
Awuche memiliki tulang punggung melengkung secara aneh.
Hal tersebut merupakan salah satu gejala paling terlihat dari kondisinya, yakni sindrom Marfan, sebuah gangguan genetik yang mempengaruhi jaringan-jaringan ikat tubuh.
Penyakit ini membuat anggota badan Awuche tumbuh secara abnormal.
Komplikasi lebih serius mencakup cacat jantung.
Para dokter mengatakan ia perlu menjalani operasi bedah di otaknya untuk menghentikan pertumbuhan.
Awuche bermaksud untuk mendapatkan SIM tetapi tubuhnya yang tinggi tidak muat di belakang setir mobil.
Tetapi asuransi kesehatan publik Ghana tidak dapat membiayai operasi ini, karena hanya mencakup perawatan umum.
Untuk setiap kunjungan ke rumah sakit, Awuche harus mengeluarkan biaya $50 (Rp779.042).
Berbagai masalah kesehatan yang ia derita akhirnya membuatnya kembali ke desa, tempat ia tinggal enam tahun lalu. Ia pun terpaksa meninggalkan mimpinya untuk menjadi supir.
”Saya berencana masuk sekolah mengemudi, tetapi ketika saya memundurkan kursi mobil, saya tidak bisa memegang setir… Saya tidak bisa meregangkan kaki saya karena lutut saya akan terbentur setir."
Dia sekarang tinggal bersama saudara laki-lakinya dan mencari nafkah dengan mendirikan usaha kecil yang menjual pulsa.
Tingginya juga membuat Awuche sulit bersosialisasi.
“Dulu saya sering bermain bola seperti pemuda lain, dulu saya atletik tetapi sekarang bahkan saya tidak bisa berjalan jarak dekat,” jelasnya.

Selebritas Lokal

Meski menghadapi banyak rintangan, Awuche tidak membiarkan kondisi itu menjatuhkannya.
Ia terlihat penuh semangat dengan sosoknya yang tinggi dan ramping ketika ia berjalan melewati jalanan berdebu di desanya. Ia menebar senyuman ketika orang-orang memanggilnya.
Awuche hampir dua kaki lebih tinggi dari reporter BBC Favor Nunoo (kanan)
Ia cukup dikenal sebagai selebritas lokal.
Segerombolan orang lansia yang duduk depan gudang basa-basi dengannya, anak-anak menyapanya dengan melambaikan tangan, dan beberapa perempuan datang untuk berpelukan dan bercanda dengannya.
Beberapa orang ingin berfoto dengannya, bahkan orang tak dikenal menghampirinya dan bertanya apakah ia raksasa yang mereka lihat di media sosial.
“Saya biasa berkata: ‘Ayo datang kemari’ – kemudian kami berdiri dan berfoto bagus bersama,” kata Awuche.
Ia mensyukuri kehadiran keluarganya yang memberikan dukungan emosional. Awuche mengaku tidak mengetahui siapa pun dalam keluarganya, termasuk tiga saudara laki-lakinya, yang memiliki kondisi seperti dirinya.
“Tidak ada [anggota keluargaku] yang tinggi, saya yang paling tinggi.”
Ia ingin menikah dan mempunyai anak suatu hari nanti, tetapi ia mau fokus pada masalah kesehatannya terlebih dahulu.
Prioritas utamanya adalah berusaha mengumpulkan uang yang cukup untuk melakukan operasi plastik pada masalah kulit di kakinya akibat pertumbuhan tubuh yang berlebihan.
Memandang jari kakinya yang diperban, Awuche menolak berkecil hati karena kesulitannya.
"Inilah apa yang Allah tentukan untuk saya, saya baik-baik saja. Saya tidak punya masalah dengan bagaimana Allah menciptakan saya."