KLB Polio: 3,9 Juta Balita di Jabar Akan Diimunisasi Usai Kasus di Purwakarta

Konten Media Partner
27 Maret 2023 20:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak imunisasi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak imunisasi. Foto: Shutter Stock
Sebanyak 3,9 juta balita di Jawa Barat akan diimunisasi demi mencegah penularan, setelah ditemukan satu kasus positif di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Selang empat bulan dari temuan kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, seorang anak perempuan berusia empat tahun di Kecamatan Maniis, Purwakarta mengalami Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau lumpuh layuh pada kaki kirinya.
Setelah sampel fesesnya diperiksa pada 14 Maret 2023, anak tersebut dikonfirmasi positif mengidap polio tipe 2 VDVP.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Dirjen P2P Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine mengatakan anak tersebut telah dibawa ke rumah sakit umum untuk menjalani fisioterapi dan pemeriksaan lanjutan.
“Untuk kasus polio, cacat akan permanen, tidak akan bisa hilang, tapi dengan lebih cepat diketahui, lebih cepat direhabilitasi, paling tidak meminimalkan [kelumpuhannya],” kata Prima ketika ditemui di Bandung pada Senin (27/3).
“Anaknya sih sudah bisa belajar jalan lagi, namun gejala sisa karena memang sudah mulai mengecil kaki dan paha kirinya,” sambungnya.
Menurut Prima, kasus tersebut terdeteksi dari surveilans rutin yang dilakukan dinas kesehatan setempat.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio setelah temuan kasus di Aceh.
Kasus itu adalah temuan pertama sejak Indonesia dinyatakan bebas polio pada 2014.

Terjangkit ‘karena tidak diimunisasi’

Anak di Purwakarta ini, kata dia, terjangkit polio “karena tidak diimunisasi”.
Ketika pemerintah menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Prima menuturkan anak tersebut juga tidak mendapatkan imunisasi.
“Jadi waktu itu sebetulnya ada kesempatan si anak mendapatkan imunisasi polio, namun memang enggak dapat juga ini anak. Kalau tidak salah, itu daerah agak sulit, ada penolakan di sana terhadap imunisasi yang menyebabkan anak ini tidak mendapatkan imunisasi,” tutur Prima.
Dia menambahkan bahwa munculnya kelompok antivaksin menjadi pekerjaan rumah bagi Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah setempat dalam menangani isu ini.
Sejauh ini, Kementerian Kesehatan beserta pemda setempat meningkatkan surveilans terhadap kasus-kasus lumpuh layuh yang ditemukan.
“Pada saat ini memang belum ditemukan lagi kasus, mudah-mudahan tidak ada lagi, tapi tetap disamping itu kita terus merencanakan untuk upaya penanggulangannya,” jelas Prima.

Imunisasi tambahan polio

Pemerintah akan memberikan imunisasi tambahan polio bagi 3,9 juta balita di Jawa Barat, setelah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak ini dinyatakan berstatus KLB polio.
“Targetnya 3,9 juta akan kita fokuskan semuanya di kabupaten kota, termasuk beberapa unsur seperti dinas pendidikan karena imunisasi akan dilakukan sampai ke tingkat PAUD. Tinggal menunggu vaksinnya. Mudah-mudahan segera karena vaksinnya harus menunggu dari WHO,” ungkap Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, Dedi Supandi, dalam kesempatan yang sama.
Program imunisasi tambahan polio ini rencananya akan dimulai serentak pada 3 April 2023 selama sepekan.
Setiap anak akan diberi dua tetes vaksin polio sebanyak dua kali dengan jarak 28 hari.
Pemerintah juga akan menyisir selama sepekan untuk memastikan semua anak yang ditargetkan mendapat imunisasi.
Meski hanya satu kasus polio yang ditemukan di Jawa Barat, Prima mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan setidaknya dua hingga empat juta anak harus diimunisasi untuk bisa mematahkan transmisinya.
Sebab, virus ini mudah menyebar dan menular, sedangkan mobilitas masyarakat Jawa Barat juga tergolong tinggi.

Alarm bagi semua pihak

Temuan kasus polio di Jawa Barat disebut menjadi alarm bagi semua pihak untuk berupaya mencegah penyebaran penyakit yang memicu cacat permanen ini.
Setelah temuan kasus Aceh, Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah meningkatkan surveilans dari dua sampel per 100.000 penduduk menjadi tiga sampel per 100.000 penduduk.
“Ketahuan yang di Purwakarta itu karena surveilans yang dilakukan dinas kesehatan bagus, aktif, dan memenuhi target,” jelas Dedi.
“Pada saat memenuhi target ditemukanlah kasus. Artinya keaktifan surveilans yang dilakukan dinas kesehatan provinsi itu menjadi deteksi dini sehingga muncul keputusan yang harus kita lakukan terkait KLB tadi,” kata dia.
Dikutip dari siaran pers Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tim surveilans Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dinas Kesehatan Purwakarta, Kementerian Kesehatan, serta WHO telah turun ke Desa Tegal Datar Kecamatan Maniis untuk melakukan penyelidikan epidemiologi polio.
Salah satunya dengan cara mengambil sampel feses dari 30 anak yang sehat di desa tersebut untuk mengetahui apakah virusnya sudah bersirkulasi dan memapari mereka.
Tim juga memindai dari rumah ke rumah untuk mencari suspek kasus AFP dan mencari tahu riwayat kesehatan anak-anak, termasuk riwayat imunisasi, kesehatan lingkungan dan lain-lain.
Pasien suspek polio akan dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung untuk diperiksa lebih lanjut.
Seluruh anak berusia di bawah lima tahun juga akan diberi imunisasi polio tetes.
-
Wartawan di Bandung, Jawa Barat, Yuli Saputra, berkontribusi untuk laporan ini.