Pilpres Timor Leste: Bisakah Jadi Momen Atasi Krisis Sosial-Ekonomi?

Konten Media Partner
20 Maret 2022 16:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perhitungan suara dalam pemilihan presiden Timor Leste bergulir, Minggu (20/03), setelah pada hari sebelumnya masyarakat pemegang hak suara mencoblos di berbagai lokasi dengan protokol Covid-19.
Pilpres Timor Leste akhir pekan ini menandai 20 tahun kemerdekaan negara termuda di Asia ini dari Indonesia.
Mayoritas dari total 16 calon presiden merupakan wajah lama yang mendominasi perpolitikan Timor Leste sejak kemerdekaan mereka diakui publik internasional pada tahun 2002.
Meski begitu, sejarah baru tercatat pada pilpres ini, karena terdapat empat kandidat presiden perempuan yang turut memperebutkan kursi nomor satu negara tersebut.
Berdasarkan survei, Ramos Horta merupakan kandidat presiden dengan elektabilitas tertinggi pada pilpres Timor Leste kali ini.
Berdasarkan perhitungan hingga pukul 14.30 waktu setempat, Ramos Horta yang didukung Partai CNRT memperoleh 102.714 suara (45,15%). Veteran perang kemerdekaan sekaligus Presiden Timor Leste periode 2007-2012 ini untuk sementara unggul dari para pesaingnya.
Peringkat kedua saat ini diduduki petahana, Francisco Guterres alias Lu-Olo, dengan 58.177 suara (25,6%).
Sama seperti Horta, Lu-Olo adalah mantan pejuang gerilya Fretilin pada era perang kemerdekaan. Fretilin merupakan partai yang menjadi mesin politiknya.
Selama kampanye, Horta dan Lu-Olo berjanji akan fokus memperbaiki sistem pendidikan dan pertanian. Mereka menyebut dua bidang itu vital untuk mengikis ketergantungan Timor Leste dari sektor minyak dan gas.
Seperti mayoritas calon presiden lainnya, petahana Francisco Guterres, memiliki sejarah panjang dalam perang kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia.
Timor Leste selama ini dilanda pertikaian politik. Sejumlah pengamat menilai para pejabat tinggi negara ini gagal memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah untuk membebaskan masyarakat dari jurang kemiskinan.
Setidaknya 40% populasi Timor Leste hidup di bawah garis kemiskinan. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa setengah dari seluruh anak berusia di bawah lima tahun di Timor Leste mengalami stunting akibat malnutrisi.
Perekonomian Timor Leste baru-baru ini terguncang akibat pandemi Covid-19 dan badai siklon Seroja. Sebelumnya, konflik fisik antara pendukung Partai CNRT dan Fretilin juga terjadi.
Sekitar 860 ribu orang memiliki hak suara dalam pilpres Timor Leste tahun 2022.
Maria da Costa Almeida (39 tahun), warga Desa Laclubar, Distrik Manatuto, berharap pilpres kali ini dapat menjadi awal perbaikan kehidupan warga.
"Saya harap kandidat yang saya pilih melihat masalah kehidupan sosial yang kami hadapi. Hingga saat ini kami tidak punya akses air bersih, para perempuan dan janda sangat melarat," kata Maria.
"Kami sebagai petani ingin memiliki akses jalan ke kota agar kami bisa menjual hasil pertanian kami," tuturnya.
Persoalan akses transportasi untuk warga pedesaan juga dinyatakan Crisostomo Correia, Kepala Desa Uatu Haco di Distrik Baucau.
Dia berkata, seluruh kandidat presiden telah menjanjikan banyak hal kepada masyarakat. Dia berharap akses transportasi dari pedesaan ke kota tidak dikesampingkan akibat isu pendidikan dan kesehatan.
"Warga membutuhkan transportasi públik untuk menuju kota agar bisa menjual hasil perkebunan mereka," ucapnya.
Sementara itu, Henrequeta da Silva (49), warga Dili, berharap pilpres ini akan menjadi akhir dari perselisihan antara para elite politik. Kepentingan publik, kata dia, harus menjadi pertimbangan utama presiden terpilih dan juga kubu oposisi.
"Harapan saya, para pemimpin mengutamakan rakyat dan bisa saling berdialog, terutama di antara pemimpin yang berjuang untuk kemerdekaan.
"Ini adalah era di mana mereka harus bersama-sama membangun ekonomi yang lebih baik agar rakyat hidup makmur," ucap Henrequeta.
Pilpres Timor Leste akan berlanjut ke putaran kedua jika tidak ada kandidat yang mendapat suara mayoritas dalam putaran pertama kali ini.
Perpolitikan Timor Leste belakangan panas setelah parlemen menolak rancangan anggaran yang disusun Presiden Lu-Olo pada tahun 2020. Sejak saat itu, kekuatan konstitusional seluruh kebijakan yang dia ambil dipertanyakan oleh parlemen.
Bagaimanapun, Lu-Olo yakin akan kembali terpilih menjadi presiden.
"Jika saya terpilih lagi, saya akan tetap membela hak negara demokrasi dan membuat pembangunan yang berkelanjutan agar kehidupan rakyat lebih baik," ujarnya, Sabtu kemarin.
Adapun stabilitas pemerintahan disebut Ramos Horta kepada pers saat ditemui di lokasi pemungutan suara.
"Terpenting bagi saya adalah memperkuat stabilitas dan membangun ekonomi ke depan yang lebih baik," ujarnya.
Sementara itu, kandidat presiden lainnya, Milena Pires, yakin dapat menjadi presiden perempuan pertama Timor Leste usai proses perhitungan suara selesai.
"Pada pemilihan umum hari ini, suara bukan untuk saya saja tapi untuk semua perempuan dan kaum muda Timor Leste," kata Milena.
"Saya berharap tahun ini adalah waktu bagi perempuan untuk memimpin bangsa ini. Tapi saya juga siap untuk menerima hasil akhir dari pemilu," ujarnya.
Sekitar 860 ribu orang tercatat memegang hak suara pada pilpres kali ini. Dari jumlah itu, kurang lebih 100 ribu di antaranya merupakan pemilih pemula yang sebelumnya belum pernah mendapat hak suara.
Perhitungan suara diprediksi akan selesai Senin besok. Tahap berikutnya adalah proses verifikasi ulang selama enam hari oleh komisi pemilihan umum.
Jika tidak ada satu kandidat yang memperoleh suara mayoritas, maka putaran kedua pilpres akan bergulir pada 19 April mendatang.
Setelah melalui seluruh proses ini, calon presiden yang memenangkan pemilihan akan dilantik dan mulai bertugas pada 20 Mei.
---
Jurnalis di Dili, Viona Viera, berkontribusi untuk liputan ini