Rishi Sunak Jadi PM Inggris: India Bangga atas PM Inggris yang Baru

Konten Media Partner
26 Oktober 2022 9:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rishi Sunak berikrar akan memperkuat hubungan Inggris dan India.
zoom-in-whitePerbesar
Rishi Sunak berikrar akan memperkuat hubungan Inggris dan India.
Semua tajuk utama media di India fokus pada satu orang: Rishi Sunak.
Terpilihnya pria berusia 42 tahun tersebut sebagai perdana menteri Inggris ketiga tahun ini tampaknya telah menyenangkan hati banyak orang India.
Rishi adalah sosok keturunan India pertama yang menjadi penguasa pemerintahan Inggris. Orang tuanya bermigrasi dari Afrika Timur ke Inggris.
Tentu saja kalangan nasionalis yang paling gembira dan menggadang-gadang Sunak melalui agamanya.
Rishi Sunak, seorang "Hindu yang bangga" adalah PM Inggris yang baru, tulis harian berbahasa Inggris terbesar di India, Times of India- artikel itu menyebutkan kata Hindu sebanyak lima kali. Surat kabar India Today menambahkan bahwa Sunak "mendapat pekerjaan teratas di Inggris meskipun beragama Hindu, bukan karenanya".
Harian lainnya mengungkit sejarah penjajahan: "Sunak: Eks-India Company siap menguasai Inggris," sebut The Telegraph, menyinggung perusahaan yang menguasai sebagian besar India dengan pasukan tentara bayarannya.
Dainik Bhaskar, sebuah surat kabar berbahasa Hindi, memuat tajuk utama: "Hadiah Diwali untuk negara, Rishi asal India memerintah orang kulit putih".
Di mata banyak orang India, jabatan baru Sunak sarat simbolisme: mereka tampaknya yakin bahwa perdana menteri baru Inggris akan berdampak baik untuk India.
Pada Agustus, Rishi Sunak membuka acara kampanye di London utara dengan mengundang komunitas keturunan India. Dia mengucapkan salam tradisional dan sempat berpidato dalam bahasa Hindi. Dalam pidatonya, Rishi menegaskan dirinya akan bekerja meningkatkan hubungan dengan India jika dia menjadi perdana menteri.
Rishi Sunak mengucapkan sumpah jabatan sebagai anggota parlemen Inggris sambil menempelkan tangan pada Bhagvad Gita, kitab yang dihormati penganut Hindu.
Dia menyembah seekor sapi saat menjalankan ritual agama baru-baru ini, menyalakan lampu Diwali di kediamannya di Downing Street, dan mengaku mencintai kriket, olahraga nomor satu warga India.
Ayah mertuanya adalah seorang miliarder di bidang perangkat lunak sekaligus pendiri Infosys, sebuah perusahaan alih daya raksasa yang merupakan kebanggaan India.
Dalam sebuah surat kepada putrinya, NR Narayana Murthy menyebut Rishi Sunak, yang saat itu calon menantunya, "sesuai dengan semua yang kamu gambarkan - brilian, tampan dan, yang paling penting, jujur".
Ketika Sunak digadang-gadang sebagai perdana menteri awal tahun ini, sejumlah warganet India di media sosial berdebat soal itu. Beberapa orang menganggap penyanjungan terhadap Rishi Sunak agak berlebihan.
Namun orang India lainnya seperti Kancha Ilaiah Shepherd, seorang akademisi dan penulis, melihat pengangkatan Sunak sebagai perdana menteri Inggris merujuk pada "tingkat toleransi multikultural baru yang menonjol di antara pemilih Inggris dan kelas politik".
Orang India selalu terpesona oleh kisah sukses sesama orang India di mancanegara, kata Salil Tripathi, seorang penulis India yang tinggal di New York.
"Mereka bangga ketika Sundar Pichai memimpin Google, atau Satya Nadella menjalankan Microsoft. Keberhasilan di luar negeri ini dipandang sebagai bukti keunggulan India. Fakta bahwa orang-orang ini berhasil di lingkungan asing adalah kebanggaan tersendiri," papar Tripathi.
Namun, yang biasanya tidak disebut-sebut dalam percakapan adalah kelas sosial ekonomi.
Sunak dididik di sekolah elite dan berkuliah Oxford dan Stanford. Demikian pula orang-orang India yang berprestasi di korporat. Sebagian besar adalah produk dari universitas elite India, kata Tripathi.
Karena sebagian besar politisi Partai Konservatif asal India menduduki kursi di wilayah pendukung Partai Konservatif, "daya tarik mereka terbatas di kalangan komunitas India atau Asia yang lebih luas," kata Tripathi.
"Pencapaian Sunak bisa dibilang lebih penting karena dia menjadi perdana menteri sebuah negara dengan masa lalu kolonial yang berantakan, dan masyarakat yang terus berurusan dengan rasisme."
Pada acara kampanye diaspora Agustus lalu, Rishi Sunak berbicara tentang perlunya melihat hubungan India-Inggris "secara berbeda karena ada banyak hal yang dapat kita pelajari di Inggris dari India".
"Rishi akan menjadi PM yang hebat bagi Inggris dan bekerja sama dengan India, terutama saat ini ketika Inggris dan India sedang berupaya meluncurkan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA). Dia memiliki pengalaman luar biasa dan menunjukkan keahliannya selama pandemi Covid, yaitu menyelamatkan lapangan pekerjaan dan bisnis Inggris sebagai menteri keuangan," kata Nayaz Qazi, direktur Conservative Friends of India.
Menyangkut India, pekerjaan utama Sunak adalah menghidupkan kembali FTA yang terhenti - kedua belah pihak menggelar perundingan pada Januari lalu. India berharap bisa meningkatkan ekspor kulit, perhiasan, tekstil, produk makanan, serta mendapatkan lebih banyak visa untuk pelajar dan pebisnis.
Perundingan pakta ambisius - yang bertujuan menggandakan perdagangan bilateral menjadi US$100 miliar pada 2030 - tampaknya berjalan kurang mulus setelah mantan menteri dalam negeri berdarah India Suella Braverman mengatakan kepada majalah Spectator bahwa pakta itu akan meningkatkan migrasi India ke Inggris pada saat " kelompok orang yang melampaui masa tinggalnya adalah migran India".
Rishi Sunak mengatakan dia sangat berkomitmen untuk menjalin kesepakatan dengan India, yang telah melampaui Inggris untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia.
Hubungan India-Inggris akan menguat di bawah perdana menteri yang baru, demikian diyakini Happymon Jacob dari Universitas Jawaharlal di Delhi. "Bukan karena Sunak berasal dari India, tetapi jabatan perdana menteri yang disandangnya kemungkinan akan mewujudkan dua hal": FTA, dan "dengan retorika kampanye Sunak melawan China, Inggris akan kurang ambigu dalam memandang China sebagai ancaman".
"Delhi bakal ingin bersepakat soal FTA, dan akan senang melihat kekuatan Barat, khususnya Inggris, menghadapi China," kata Jacob.
Pengamat lain tidak begitu yakin. "India tidak akan menjadi agenda utama Sunak," kata Sanjaya Baru, seorang analis kebijakan yang berbasis di Delhi.
"Ada tantangan ekonomi yang harus dihadapi di dalam negeri dan pemulihan stabilitas eksternal dengan Uni Eropa dan AS. Jadi India tidak akan menjadi prioritas nomor satunya. Kita harus bersabar."
Sanjaya Baru mencatat bahwa lebih dari 200 orang keturunan India telah dipilih untuk menduduki kekuasaan politik di 25 negara. Bahkan terdapat 10 pemerintahan dipimpin oleh orang keturunan India.
Ketika Leo Varadkar menjadi perdana menteri Irlandia, baik Inggris maupun Irlandia akan memiliki pemimpin berdarah India.
"Banyak dari mereka telah menjadi teman India yang bebas masalah, tetapi beberapa telah membuat diplomat India bekerja keras," kata Baru.
Tripathi lebih berhati-hati. Rishi Sunak, menurutnya, "akan menginginkan perjanjian perdagangan bebas dengan India tetapi tidak akan mengubah kebijakan imigrasi Inggris."
"Sunak akan mengutamakan kepentingan Inggris," ujarnya.
Karena itu, tambahnya, suasana hati banyak orang India tidak akan segembira pada awal Rishi Sunak menjabat PM Inggris.