Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Gelar Budaya: Mengangkat Budaya Nasional
28 November 2022 15:55 WIB
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Foto Koleksi Strada: Tarian bagian penting dalam pentas budaya.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gjyb1e4ndjvwy4xfksy2z6p5.jpg)
ADVERTISEMENT
Prolog: Budaya Nasional
Indonesia merupakan negeri yang kaya dengan keberagaman seni dan budaya. Berdasarkan pemetaan etnografi, daerah-daerah di Indonesia mempunyai karakteristik budaya yang unik. Masing-masing budaya berinteraksi, khususnya dalam masyarakat urban di kota-kota besar. Pertemuan banyak orang dalam keberagaman budaya di masyarakat metropolis membutuhkan adaptasi peradaban, yang kalau tidak hati-hati melalui proses asimilasi kebudayaan beberapa kelompok budaya kecil akan kehilangan akar tradisi luhur mereka.
ADVERTISEMENT
Aneka budaya yang ada dalam masyarakat urban perlu dilestarikan karena bagaimanapun juga akar tradisi yang diwariskan lintas generasi mengandung kearifan simbolik yang penting, dan perlu dijaga. Bangsa yang besar dapat berjaya karena tidak mengabaikan tradisi baik, dan luhur yang sudah diwariskan turun temurun, seperti Jepang, Jerman, dan Perancis.
Oleh karena itu dibutuhkan strategi kebudayaan dalam bentuk sosialisasi kultural guna menginternalisasikan nilai-nilai peradaban di dalam pribadi-pribadi para pelaku sejarah di sekolah, dan masyarakat yang lebih luas. Sosialisasi kebudayaan dapat disampaikan melalui berbagai bentuk kegiatan simbolik seperti aneka nyanyian, tarian adat, puisi, dan narasi kultural.
Makna Kebudayaan
Kebudayaan dalam definisi mengandung banyak arti. Kebudayaan oleh Merriam-Webster Dictionary diartikan sebagai karya manusia yang terkait aspek seni rupa, humaniora, dan sains yang dihasilkan. Menurut Bower (dalam Deal & Peterson, 2016), budaya terkait cara seseorang atau kelompok massa melakukan sesuatu sesuai konteks dia atau mereka berada. Oleh karenanya keberadaan manusia tidak lepas dari produk budaya yang dihasilkan. Dalam analisis Deal & Peterson (2016), rutinitas hidup sehari-hari memperkuat nilai dan keyakinan. Nilai dan keyakinan inilah yang turut membentuk tradisi dalam kebudayaan yang terus berlangsung turun temurun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan analisis Koentjaraningrat (dalam Sumarto, 2019), kesenian merupakan salah satu unsur budaya di samping bahasa, pengetahuan, religi, organisasi sosial, peralatan hidup, ekonomi, dan teknologi. Dalam memaknai budaya dari sisi kesenian, banyak seniman yang tergerak hati untuk mengadakan aktivitas kebudayaan yang menampilkan seni narasi, musik, tari, puisi, dan teater. Seni budaya disajikan dalam tindakan simbolik yang dimaknai dalam satu rangkaian kisah mengenai keberagamaan corak, dan kultur Indonesia.
Aneka aktivitas kebudayaan nasional yang dilaksanakan oleh banyak pihak atau lembaga patut diapresiasi. Kegiatan tersebut dilakukan dalam berbagai kesempatan kultural yang ada. Aneka pentas kebudayaan -- berupa bentuk pentas seni, ajang kreativitas, dan gelar budaya -- merupakan kegiatan simbolik hasil karya manusia yang penting dan mendesak untuk dihidupkan mengingat di zaman now, ada kekacauan tata nilai di berbagai tempat akibat lahirnya “budaya semu” di masyarakat yang serba instan, makin pragmatis, dan egois.
ADVERTISEMENT
Dr. Cicilia Damayanti, pakar dan konsultan pendidikan prihatin dengan situasi sekarang, banyak orangtua murid dalam masyarakat urban lebih mementingkan capaian pragmatisme pembelajaran ketimbang menggali kemendalaman dimensi kultural dalam suatu kegiatan penuh makna. Cicilia Damayanti dalam suatu kesempatan, mengatakan, “Acara pentas kebudayaan sungguh baik dilakukan, karena kegiatan tersebut seperti oase di tengah-tengah suasana kota, di mana banyak anak metropolitan yang sibuk berbahasa asing tetapi tidak mengenal, bahkan melupakan budaya sendiri.”
Gelar Budaya Perkumpulan Strada
Gelar merupakan istilah teknis yang terhubung dengan kata kerja menggelar. Jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memperagakan atau mempertontonkan. Dengan demikian gelar budaya berarti menampilkan budaya di atas panggung guna disaksikan oleh para penonton atau pemerhati kebudayaan. Gelar budaya merupakan bentuk mini dari kebudayaan yang ditampilkan berdasarkan aktivitas kultural yang sebenarnya memang terjadi dalam hidup keseharian.
ADVERTISEMENT
Seni yang ditampilkan di dalam gelar budaya merepresentasikan ekspresi kemerdekaan batin bagi siapa saja yang terlibat. Para pemain, penyanyi, dan penari secara kreatif, dan kolaboratif membentuk untaian karya seni menarik yang berakar pada budaya nasional.
Dalam rangka menghidupkan jalan kebudayaan, pada tanggal 19 November 2022 Perkumpulan Strada mengadakan panggung seni berupa gelar budaya di Auditorium Abdulrahman Saleh Radio Republik Indonesia (RII). Tema Gelar Budaya yang diusung, yaitu Cinta Budaya Indonesia, Bangga Sebagai Pelajar Strada.
Acara dibuat dengan rangkaian yang apik, terhubung satu sama lain sebagai parade budaya. Acara menampilkan tarian, lagu, musik, telling story, dan seni teater. Kegiatan panggung seni ini berlangsung selama dua jam lebih. Para penonton merasa puas, dan gembira. Beberapa yang hadir ketika ditanyai berkomentar positif.
ADVERTISEMENT
Beberapa Komentar, dan Apresiasi
Hendra Surip, Ketua Ikatan Alumni Siswa-Siswi Perkumpulan Strada (IKALISTRA) sangat mengapresiasi kegiatan ini. Beliau kagum dengan aneka acara yang ditampilkan, dan berharap kegiatan semacam ini menjadi bagian penting dari rangkaian peta kronologi perjalanan Perkumpulan Strada menuju 100 tahun, di tahun 2024.
Sementara itu, Deni Sulistya, sutradara kegiatan gelar budaya Perkumpulan Strada dalam hati kecil merasa kaget, dan awalnya ragu karena waktu persiapan yang sangat singkat. Dalam keadaan waktu yang terbatas tidak membuat ide berhenti, melainkan melalui kolaborasi dengan semua penampil acara akhirnya dapat berjalan lancar. Acara gladi kotor, dan bersih dapat dijalankan secara baik sehingga para penampil siap menujukan aksi seni mereka pada hari H-nya.
ADVERTISEMENT
Salah seorang tamu undangan dari Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset, dan Teknologi, A. Budi Pramono, usai menonton mengatakan, “Saya mengapresiasi sangat tinggi acara gelar budaya yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Strada di Auditorium Abdulrahman Saleh RRI. Kegiatan gelar budaya dapat menanamkan kecintaan; melestarikan akar budaya nenek moyang Nusantara; menguatkan Karakter Kebangsaan; dan menumbuhkan semangat Bela Negara. Gelar budaya juga mendukung Program Merdeka Belajar; menjadikan Profil Pelajar Pancasila; mencegah terjadi Perundungan, Kekerasan Seksual, dan intoleransi. Gelar budaya merupakan salah satu wujud nyata dari Gerakan Nasional Revolusi Mental.”
Beberapa komentar, dan apresiasi yang didapat merupakan catatan penting bagi tim Direktorat Perkumpulan Strada untuk mempersiapkan agenda gelar budaya di tahun-tahun berikutnya. Inspirasi kebudayaan tidak pernah berhenti, seperti yang dikatakan oleh Johan Huizinga (dalam brainyquote.com), seorang ahli sejarah asal Belanda, mengatakan, “Jika kita ingin melestarikan budaya kita harus terus menciptakannya.”
ADVERTISEMENT
Epilog: Kesimpulan
Sebagai catatan akhir, penulis menyimpulkan bahwa budaya nasional perlu diperkenalkan dan dihidupkan oleh generasi muda di era masa kini. Manajemen sekolah perlu mengagendakan aneka kegiatan kebudayaan guna menanamkan, dan menghidupkan budaya nasional, bukan hanya di panggung pentas tetapi juga dalam realitas keseharian.
Gelar budaya yang dilakukan oleh Perkumpulan Strada merupakan jalan kreativitas bagi para pencinta karya seni. Seni yang ditampilkan di panggung merupakan ekspresi kemerdekaan batin bagi siapa saja yang terlibat. Para pemain, penyanyi, dan penari berlenggak-lenggok secara bebas membentuk untaian karya seni menarik yang berakar pada budaya nasional.
Semoga dengan adanya acara gelar budaya, angkatan generasi muda semakin mencintai budaya sendiri dalam rangka pengembangan diri yang semakin baik. Dengan demikian kaum muda turut ambil bagian dalam upaya melestarikan budaya luhur nenek moyang, yang diwariskan lintas generasi hingga sekarang.
ADVERTISEMENT