Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menulis sebagai Sarana Berbagi Motivasi, Inspirasi, dan Referensi
12 Agustus 2023 11:34 WIB
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tanggal 11 Agustus 2023, Perkumpulan Strada mengadakan kegiatan literasi membuat buku pendamping yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka di Civita Youth Camp, Tangerang Selatan. Mereka berencana membuat buku pendamping untuk pelajaran Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dan Seni Budaya.
ADVERTISEMENT
Di awal acara kegiatan, saya diberikan kesempatan untuk memberikan paparan gagasan pembuka untuk memotivasi para penulis, dan pendamping. Mereka terdiri dari 31 pendidik sekaligus penulis, 14 pendamping, 4 editor, dan 4 konsultan dari Percetakan Kanisius Yogyakarta.
Saya jadi teringat pengalaman diri sendiri ketika memaparkan gagasan mengapa para pendidik perlu menuliskan buah-buah pikiran guna membantu mengembangkan literasi murid. Menuliskan suatu gagasan dalam bentuk tulisan bagi para pendidik tentu saja bukan perkara mudah.
Banyak penulis mengakui, ada proses lika-liku dibalik upaya menuliskan suatu gagasan. Kadang dari pihak sang penulis membutuhkan proses “pertobatan” literasi untuk menulis. Saya bersyukur juga mengalami proses “pertobatan” tersebut, walaupun dinilai agak terlambat.
Proses “pertobatan” terjadi pada awal September 2021. Waktu itu saya didatangi tamu, beberapa sahabat yang tinggal di wilayah selatan Jakarta. Mereka datang ke kantor tempat saya bekerja.
ADVERTISEMENT
Mereka mengingatkan agar menuliskan segala gagasan yang pernah saya sampaikan dalam berbagai forum diskusi ilmiah, seminar, lokakarya, dan podcast. Menurut mereka legacy atau warisan dalam bentuk tulisan itu penting.
Tiga hari setelah diingatkan beberapa sahabat itu, saya menjadi gelisah memikirkan pesan di balik kata-kata mereka. Sempat saya mengalami kesulitan tidur, dan tidak tahu apa yang mesti dibuat. Dalam keadaan demikian, saya berusaha masuk dalam keheningan batin, dan mengontemplasikan sejenak perihal esensi di balik jati diri seorang penulis.
Saya mulai merasa-rasa, mencecap-cecap, mengolah buah pikiran, dan kemudian melalui “pertobatan” literasi mengubah diri secara bertahap ke dalam bentuk ketetapan hati untuk bersedia menulis.
Kemantapan untuk menulis seyogyanya bukan sekedar pepesan kosong, tetapi menjadi komitmen diri untuk melakukan. Setelah yakin, saya langsung secara bertahap meng-cluster segala gagasan yang pernah disampaikan, dialami, dan dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Setelah memilah-milah gagasan, saya menuliskan kembali dengan disertai rujukan-rujukan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak terasa sudah begitu banyak gagasan yang dapat dituangkan dalam bentuk kajian, opini, lumbung gagasan, narasi, dan artikel kolom.
Selama proses menulis, saya mencoba menghayati setiap pilihan kata yang digunakan. Setiap kata seperti punya jiwa yang mengandung pesan terselubung. Kata-kata jika dideretkan menjadi simpul kalimat, mengandung pesan simbolis dari apa yang mau disampaikan.
Makna menulis
Menulis bukan sekedar aktivitas mengisi kekosongan waktu. Menulis mengandung makna kata kerja yang mampu mengubah pikiran, ide, maupun aneka kegelisahan menjadi narasi tulisan yang bisa dibaca siapa saja. Aktivitas menulis berupaya menguraikan secara struktural segala sesuatu yang dipikirkan, dikatakan, dan dikerjakan.
Dengan kata lain menulis merupakan refleksi dari apa yang dialami, entah di dalam pikiran yang disertai aneka referensi gagasan, maupun dalam bentuk aktivitas nyata keseharian. Tulisan yang dibuat sebagai buah refleksi tentu saja, mempunyai bobot tersendiri. Tulisan reflektif bukan berisikan sebatas kata-kata, tetapi dapat memberikan motivasi, dan inspirasi.
ADVERTISEMENT
Menulis merupakan salah satu bentuk kerasulan yang menyajikan literasi tertentu dengan tujuan mulia. Dalam analisis Melinda Grant (2019) pikiran manusia memiliki kemampuan (1) untuk bermimpi, menganalisis, dan memahami struktur multi-dimensi; (2) merasakan emosi seperti cinta dan kesedihan, serta pengertian indrawi lainnya yang merupakan bawaan manusia. Kemampuan yang demikian menurut Grant perlu dituliskan sebagai sarana untuk berbagi dan mengekspresikan pengetahuan dengan orang lain.
Tulisan merupakan ungkapan penulis yang didasari oleh visi dan misi hidup yang dihayati. Penghayatan yang demikian, memungkinkan setiap tulisan yang dihasilkan mengandung nilai makna mendalam, karena didasari oleh olah batin dan pikiran menuju arah jelas yang mau dicapai.
Setelah tulisan dimuat di berbagai media lokal, maupun nasional, saya menyadari bukan pertama-tama muncul rasa bangga atas tulisan yang dimuat, tetapi lebih daripada itu, yaitu rasa syukur karena boleh, dan bisa berbagi gagasan. Energi berbagi inilah yang mewarnai semangat saya untuk terus menulis.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, menulis merupakan salah satu bentuk aktivitas menuangkan ide atau gagasan kreatif ke dalam bentuk tulisan. Tulisan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dibagi untuk siapa yang membutuhkan, entah sebagai inspirasi, motivasi, maupun referensi tertulis.
Semoga banyak orang yang terpanggil untuk mau berbagi terhadap sesama melalui tulisan. Berbagi itu indah, apalagi jika hasil bernas tulisan tersebut dapat berguna bagi para pembaca.