Konten dari Pengguna

Persatuan dalam Keberagaman untuk Masa Depan Indonesia

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
3 Oktober 2024 9:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi persatuan dalam keberagaman, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi persatuan dalam keberagaman, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tanggal 28 Agustus 2024, saya menghadiri seminar nasional dengan tema Agama dan Kemanusiaan, yang berlangsung di Ballroom Y15, Kampus Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Seminar tersebut menghadirkan tokoh-tokoh penting sebagai pembicara utama, yaitu +Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Agung Jakarta, serta Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, seminar ini juga didukung oleh panelis yang terdiri dari Dr. Agustinus Prasetyantoko, Mbak Inaya Wahid, Romo Franz Magnis-Suseno, SJ, dan Mas Sukidi, yang masing-masing memberikan perspektif mendalam terkait tema yang diangkat.
Selama mengikuti seminar, saya terkesan dengan dedikasi para pembicara dalam mendorong perdamaian antar umat beragama di Indonesia. Mereka menekankan pentingnya dialog atau percakapan persahabatan antaragama sebagai jembatan membangun pemahaman dan kerjasama lebih baik di antara masyarakat majemuk.
Dalam diskusi, para pembicara menggarisbawahi betapa pentingnya hidup saling menghargai dan menerima perbedaan sebagai bagian dari identitas bangsa yang plural dan beragam.
Ajakan agar mengedepankan sikap saling menghormati dan menerima keberagaman yang disampaikan dalam seminar ini diusulkan sebagai solusi terbaik guna menciptakan suasana damai dalam masyarakat lebih luas.
ADVERTISEMENT
Dengan menjaga nilai-nilai toleransi dan menghormati perbedaan, para pembicara percaya bahwa Indonesia dapat menjadi contoh harmoni di tengah kemajemukan, yang tidak hanya terbatas pada tataran nasional, tetapi juga mampu memberikan inspirasi bagi dunia internasional.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia mengingatkan kita pada momen bersejarah penandatanganan Dokumen Abu Dhabi. Dokumen ini, yang secara resmi berjudul “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together), ditandatangani oleh Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sedunia, dan Imam Besar Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb.
Dokumen tersebut merupakan tonggak penting dalam upaya mempererat hubungan antaragama, dengan menekankan persaudaraan umat manusia sebagai dasar untuk mencapai perdamaian dunia dan hidup berdampingan dalam harmoni.
ADVERTISEMENT
Dokumen Abu Dhabi ini memiliki pengaruh luas, bukan hanya dalam konteks hubungan antara Katolik dan Islam, tetapi juga dalam semangat persaudaraan yang diusung. Di Indonesia, semangat ini terus dipancarkan ke seluruh penjuru tanah air sebagai inspirasi dalam menjaga kebhinnekaan dan kesatuan.
+ Ignatius Kardinal Suharyo, dalam kesempatan seminar ini mengilustrasikan kebhinnekaan manusia dengan penekanan bahwa walaupun kita memiliki tradisi dan keyakinan berbeda, kita tetaplah sama sebagai ciptaan Tuhan. Perbedaan tradisi dan cara beribadah hanyalah wujud dari keragaman, namun hakekat kemanusiaan tetap satu—kita semua terhubung oleh sisi kemanusiaan.
Sebagai ciptaan Tuhan, manusia dituntut untuk hidup dalam harmoni, menghargai perbedaan, dan mengutamakan kemanusiaan di atas segala bentuk perbedaan yang ada. Kardinal Suharyo menekankan bahwa walaupun umat manusia berasal dari berbagai aliran keagamaan, hal itu tidak menghalangi orang untuk mengakui persaudaraan di antara umat manusia.
ADVERTISEMENT
Penghormatan terhadap perbedaan ini tidak hanya memperkuat hubungan antar individu tetapi juga memperkuat fondasi untuk menciptakan masyarakat damai dan sejahtera.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, juga menegaskan bahwa dalam berbagai ajaran agama, meskipun terdapat perbedaan, terdapat pula banyak kesamaan yang memungkinkan kita untuk hidup bersama dan bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Dengan mengakui dan menghargai persamaan ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih damai, di mana perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang memperkaya kehidupan bersama.
Indonesia yang beragam menuntut semangat persatuan yang kuat di antara seluruh anak bangsa. Dalam konteks ini, Sila Ketiga dari Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, menjadi landasan yang mengajak kita semua agar tetap bersatu meskipun berbeda suku, agama, ras, dan antargolongan.
ADVERTISEMENT
Persatuan ini bukan hanya sekadar menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga memperjuangkan tujuan bersama, yaitu kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan berpegang pada semangat ini, kita dapat memastikan bahwa keragaman tidak menjadi penghalang, melainkan menjadi kekuatan yang memperkaya dan memperkuat bangsa.
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024 diharapkan menjadi momentum penting bagi kita, merefleksikan kembali makna persatuan dalam keragaman. Kunjungan ini bukan hanya simbol dari hubungan baik antarumat beragama, tetapi juga sebuah seruan bagi seluruh rakyat Indonesia, bersatu padu dalam menghadapi tantangan bersama.
Kehadiran pemimpin umat Katolik dunia ini di tanah air dapat menjadi pengingat betapa pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan toleransi, yang merupakan fondasi dari persatuan nasional.
ADVERTISEMENT
Semoga momentum ini membawa kita, sebagai anak-anak bangsa, lebih solid dalam menghadapi perbedaan, dengan keyakinan bahwa masa depan Indonesia yang lebih baik hanya dapat dicapai melalui kerja sama dan persatuan.
Dengan bersatu dalam perbedaan, kita tidak hanya menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang, memiliki kesempatan yang sama dalam berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia.