Konten dari Pengguna

Krisis Sampah Mencengkeram Laut Asia

Allbi Ferdian
Jurnalis kumparan.com
9 Juni 2018 0:34 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Allbi Ferdian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Krisis Sampah Mencengkeram Laut Asia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sumber: youtube
Ribuan ton sampah plastik mengapung di sekitar bantaran sungai milik warga, terbawa arus hingga pesisir pantai. Akibatnya, sebuah hutan bakau di Vietnam, dipenuhi oleh kantung-kantung plastik yang menyangkut pada ranting-ranting pohon tersebut, kemudian tergulung oleh deburan ombak dan membawanya ke tengah lautan.
ADVERTISEMENT
Sampah-sampah itu terombang-ambing, menumpuk, dan menjadi ancaman bagi hewan-hewan yang hidup di sana. Tak perlu menunggu lama, seekor hiu di Thailand tewas akibat memakan sampah tersebut.
Sampah Plastik di Vietnam (Foto: Nach Nguyen/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Sampah Plastik di Vietnam (Foto: Nach Nguyen/AFP)
Dilansir dari laman straitstimes.com, setiap tahunnya, ada 8 juta ton sampah yang dibuang ke laut. Atau dalam satu menit, setidaknya ada satu truk sampah plastik yang dibuang ke sana.
Menurut Ocean Conservacy Report 2015, negara-negara Asia mengambil peran penting dalam pencemaran tersebut. Di antaranya adalah Tiongkok, Filipina, Thailand, Indonesia, India, dan Vietnam.
Keenam negara tersebut memang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, salah satunya dalam memproduksi plastik. Sayangnya, hal tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik. Alhasil, plastik-plastik itu dibuang ke sungai dan berubah menjadi limbah rumah tangga.
Krisis Sampah Mencengkeram Laut Asia (2)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: qz.com
ADVERTISEMENT
Pemandangan memilukan terlihat di India, menurut World Heart Organization, negara tersebut memiliki 14 kota dengan pencemaran sampah plastik terparah di dunia. Seperti halnya di Yamuna, salah satu sungai suci yang justru menjadi sungai paling tercemar di India.
Sementara di Manila, Filipina, sungai Pasig, dinilai sebagai sungai paling tercemar di dunia, karena sampah-sampah di sana telah menjelma menjadi sebuah daratan kecil.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia justru masuk peringkat dua setelah Tiongkok sebagai negara dengan pencemaran laut terbesar di dunia. Artinya, negara kita menjadi penyumbang sampah terbesar kedua, sekaligus menjadi negara yang paling produktif dalam memproduksi sampah plastik.
Lautan Sampah di Nusa Penida, Bali. (Foto: Facebook Rich Horner )
zoom-in-whitePerbesar
Lautan Sampah di Nusa Penida, Bali. (Foto: Facebook Rich Horner )
"Kita berada dalam krisis polusi plastik. Kita bisa melihat setiap harinya di sungai, di luat, dan rasanya perlu melakukan sesuatu untuk menguranginya," Ujar Ahmad Ashov Birry, juru kampanye Greenpeace Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya merusak pemandangan dan menimbulkan bau yang tidak sedap, sampah plastik juga bisa mengancam kehidupan biota laut.
Paus pilot yang terdampar di Thailand, (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Paus pilot yang terdampar di Thailand, (Foto: Reuters)
Pekan lalu, seekor paus jenis pilot atau Globicephala mati akibat menelan 80 kantung sampah plastik yang total bobotnya mencapai sekitar 8 kilogram.
Sebelumnya, paus itu ditemukan pada Senin (28/5), di sebuah kanal yang berada di sebelah selatan provinsi Songkhla, Thailand. Saat ditemukan, paus tersebut sempat memuntahkan lima kantung plastik, dan langsung mendapatkan pertolongan dari tim medis. Namun nahas, Jumat (1/6), nyawa paus tersebut tidak tertolong.
Sampah plastik di perut paus. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Sampah plastik di perut paus. (Foto: Reuters)
Ancaman Tidak Terlihat
Para ahli mengatakan bahwa ancaman sampah plastik juga ada yang tidak terlihat. Mereka menemukan Mikroplastik, atau potongan-potongan kecil dari sampah plastik yang mengandung racun. Mikroplastik itu ditemukan pada air tawar, air tanah, bahkan di dalam tubuh ikan yang biasa kita makan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Hal ini jelas mengkhawatirkan para nelayan. Seperti Nguyen Thi Puong, nelayan asal Vietnam yang mengeluhkan bahwa pesisir pantai di desanya telah berubah menjadi pembuangan sampah selama bertahun-tahun. Dia menuturkan, kondisi ini sangat memprihatinkan dan berbahaya bagi kelangsungan hidup anak-anaknya.
Bukan hanya itu, satu kilometer dari pesisir pantai, juga ditemukan berbagai macam sampah plastik yang kian hari kian menumpuk, mulai dari sandal, bungkus pasta gigi, perkakas rumah, kotak makanan, jaring ikan, hingga baju bekas.
Sampah Plastik di Tahun 2050
Menurut Joi Danielson, direktur program Oceans Plastics Asia di SYSTEMIQ, kurangnya koordinasi pengumpulan sampah di Vietnam dan negara-negara Asia lainnya, menjadi faktor utama mengapa sampah plastik dibuang ke laut.
Hanya 40 persen saja yang kemudian dikelola dengan baik, dan selebihnya hanyut terbawa arus sungai. Selain itu, adanya ketergantungan pemakaian plastik yang dilakukan oleh masyarakat, juga berperan penting pada pencemaran lingkungan.
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut, Ocean Comservacy memprediksi, di tahun 2025, jumlah sampah plastik di lautan bisa mencapai 250 juta ton. Artinya, di tahun 2050, akan lebih banyak sampah plastik dibanding dengan biota laut yang ada di samudra.
Jadi, setelah membaca penjelasan yang ada di atas, sudah tahu apa yang mesti kita lakukan?