Konten Media Partner

Gamelan Jadi Warisan Budaya, Gibran Ingin Tambah Pengajar Karawitan di Solo

16 September 2022 18:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perangkat gamelan di rumah dinas Loji Gandrung, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Perangkat gamelan di rumah dinas Loji Gandrung, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SOLO - United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) segera menetapkan gamelan sebagai warisan budaya tak benda.
ADVERTISEMENT
Sertifikat gamelan sebagai warisan budaya tak benda ini akan diserahkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) kepada Pemkot Solo dalam konser Mahambara Gamelan Nusantara di Balai Kota Solo, Jumat (16/09/2022) malam.
“Jumat malam seremonial penyerahan sertifikat gamelan dari UNESCO. Nanti yang datang dari Kemendikbud Ristek dan Kemenparekraf," kata Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Menyinggung pelestarian gamelan sendiri, putra sulung Presiden Jokowi ini mengaku jika jumlah sanggar seni karawitan di Solo cukup banyak. Tidak hanya di sekolah, tapi juga di setiap kelurahan.
Namun sanggar itu terkendala pengajar. ”Sekarang yang perlu diperbanyak adalah gurunya,” kata dia.
Gibran berencana melibatkan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Solo untuk mengajarkan gamelan kepada anak-anak di sanggar seni.
ADVERTISEMENT
“Kemarin saya minta tolong Rektor ISI untuk menambah mahasiswa-mahasiswa yang turun ke bawah. Paling tidak di tiap kelurahan ada 1 orang. Perlu diperbanyak, perlu didorong antusiasme adik-adik bermain gamelan,” lanjutnya.
Selama ini, Gibran sengaja menempatkan gamelan di teras rumah dinasnya, Loji Gandrung agar dapat dimainkan setiap hari.
Namun, gamelan itu hanya dimainkan setiap Minggu pagi dalam gelaran hari bebas kendaraan bermotor atau Car Free Day (CFD) Slamet Riyadi.
“Sebenarnya mau dimainkan tiap hari bisa. Tidak harus nunggu pas CFD. Tapi yang penting gurunya. Soalnya cari guru ya nggak gampang,” jelasnya.
(Fernando Fitusia)