Jumlah Sapi Perah Menurun Akibat PMK, Pemkab Boyolali Lakukan Vaksinasi

Konten Media Partner
29 Desember 2022 15:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satuan Tugas PMK melakukan vaksinasi di peternakan binaan Sari Husada di Dukuh Banyusri, Kelurahan Jemowo, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. FOTO: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Satuan Tugas PMK melakukan vaksinasi di peternakan binaan Sari Husada di Dukuh Banyusri, Kelurahan Jemowo, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. FOTO: Istimewa
ADVERTISEMENT
BOYOLALI – Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali melakukan vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) untuk menanggulangi wabah PMK yang menyerang sapi-sapi di Boyolali.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Usaha Peternakan dan Kesmavet, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanta, mengungkapkan jumlah sapi perah di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan. Menurut data terbaru ada sekitar 94.698 ekor sapi perah yang dikelola oleh keluarga peternak sapi perah yang tersebar di Kabupaten Boyolali, namun saat ini hanya tersisa 62.387 ekor akibat wabah PMK.
Penurunan tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah di Boyolali. “Penyakit ini sangat mempengaruhi pasokan susu sebagai bahan baku. Per tahun 2021 Kabupaten Boyolali memproduksi susu 51,56 juta liter susu atau sekitar 60 persen dari total produksi susu sapi di seluruh Provinsi Jawa Tengah,” jelasnya.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut pihaknya menggandeng sejumlah pihak, diantaranya Sari Husada, Satuan Tugas PMK Fakultas Kedokteran Hewan UGM, dan Yayasan Rumah Energi. Mereka melakukan edukasi mengenai PMK kepada peternak.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang telah berlangsung sejak Mei 2022 di Klaten, Sleman, dan Boyolali tersebut telah berhasil memberikan edukasi bagi 317 peternak. Termasuk menyediakan penanganan medis bagi 199 ekor sapi, dan melaksanakan vaksinasi untuk 150 ekor sapi.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Satuan Tugas PMK, drh. Aris Haryanto, menyebutkan bahwa PMK menjadi salah satu penyakit menular pada hewan yang paling ditakuti oleh negara-negara di dunia, karena penularannya yang sangat cepat dan dampak ekonomi yang besar. Penanganannya pun harus dilakukan dengan pendekatan Pentahelix, yakni kolaborasi antara akademisi, pemerintah, swasta, media, dan masyarakat.
"Kemungkinan keterbatasan akses terhadap tenaga kesehatan, obat, vitamin, dan vaksinasi sehingga Sari Husada mengambil peran untuk memfasilitasinya," tutur Aris.
(Agung Santoso)
ADVERTISEMENT