Konten Media Partner

KNKT Sebut Jalur Dlingo-Imogiri Masih Bisa Dilalui Bus Pariwisata

8 Februari 2022 21:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus pariwisata yang menabrak tebing di Jalan Mangunan, Imogiri, Bantul. FOTO: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bus pariwisata yang menabrak tebing di Jalan Mangunan, Imogiri, Bantul. FOTO: kumparan
ADVERTISEMENT
SOLO - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menginvestigasi penyebab kecelakaan bus pariwisata di Jalan Mangunan, Imogiri, Kabupaten Bantul, Minggu (06/02/2022).
ADVERTISEMENT
Dalam investigasinya, KNKT sudah mengamati jalur turunan di Jalan Imogiri-Dlingo, kawasan Bukit Bego, yang menjadi lokasi kecelakaan.
Berdasarkan hasil pengamatan KNKT, jalur di Jalan Imogiri-Dlingo tersebut masih bisa dilalui bus pariwisata.
“Kami juga sudah melihat busnya. Gradient ability dan torsinya bisa mencapai 40 persen. Artinya tanjakan di situ masih gampang (dilalui)," ungkap Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan, Selasa (08/02/2022).
Meski demikian Wildan menekankan, setiap pengemudi bus harus memahami prosedur yang aman saat mengendarai di jalur menurun tersebut.
Apalagi dari pengecekan via Google Earth, terdapat perbedaan tinggi 150 meter sepanjang jalan dengan gradien tinggi 20 persen. Adapun jarak antara titik awal jalur menurun dan titik kecelakaan adalah 1,1 km.
ADVERTISEMENT
“Jadi saat bus maupun truk meluncur dari atas, maka akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi. Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin besar pula gaya yang mendorongnya ke bawah.”
Dari percobaan yang dilakukan KNKT menggunakan mobil dinas, kata Wildan, bus diprediksi melaju dengan kecepatan 80 km/jam saat kejadian tersebut.
“Jadi (kecelakaan) ini kemungkinan karena telat memindah gigi. Saat menghantam (tebing) posisi gigi netral dan kecepatannya bisa sampai 80 km/jam. Los kayak dibanting,” kata dia.
Berdasarkan analisis tersebut, KNKT berencana menyusun rekomendasi kepada Pemda setempat.
“Salah satunya kami akan minta pemerintah DIY untuk melakukan route hazard mapping pada rute-rute wisata. Atau pemetaan bahaya pada setiap rute," terang Wildan.
(Agung Santoso)