Konten Media Partner

Perusakan Makam Salib di Solo, Pengajar: Anak-anak Mencari Jangkrik

24 Juni 2021 9:40 WIB
·
waktu baca 1 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga bersama petugas kelurahan dan kepolisian bekerja bakti memperbaiki nisan di TPU Cemoro Kembar yang rusak
zoom-in-whitePerbesar
Warga bersama petugas kelurahan dan kepolisian bekerja bakti memperbaiki nisan di TPU Cemoro Kembar yang rusak
ADVERTISEMENT
SOLO-Pengasuh Kuttab Millah Muhammad Solo, Wildan menyebut para muridnya tidak sengaja merusak nisan yang ada di TPU Cemoro Kembar, Kelurahan Mojo, Kota Solo. Menurutnya, para siswanya memang sering bermain di permakaman itu.
ADVERTISEMENT
Wildan mengaku anak-anak itu sering bermain di makam sembari menunggu jemputan. "Jadi mereka tidak sengaja merusaknya," kata Wildan, Rabu (23/06/2021).
Anak-anak itu suka bermain di makam dengan alasan mencari serangga. "Mencari serangga untuk dikoleksi, seperti jangkrik," katanya. Aktivitas itu membuat para siswa terlalu asyik sehingga membuat sejumlah nisan di makam itu rusak.
Para guru di Kuttab itu sebenarnya sudah melarang anak-anak main di permakaman. "Tapi namanya juga anak-anak, susah dilarang seketat apapun," kata dia.
Saat ini pengelola Kuttab juga sudah menyatakan kesiapannya bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh para siswanya. Kesiapan itu dinyatakan dalam mediasi yang sudah digelar bersama warga dan disaksikan unsur perangkat kelurahan dan kepolisian.
Wildan menjamin tidak ada doktrin menyimpang yang diajarkan di Kuttab yang dikelolanya. Dia bahkan menyatakan kesiapannya menjalani pemeriksaan terkait kurikulum maupun materi pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut Kuttab tersebut tidak memiliki kurikulum atau materi khusus dalam pembelajarannya. "Murni hanya hafalan Al Qur'an," katanya. Hal itu menurutnya bisa dikonfirmasikan ke puluhan siswa yang mengikuti pembelajaran di Kuttab tersebut.
Saat ini, lembaga belajar agama itu ditutup atas perintah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming. Para siswa menurutnya kini mengikuti pembelajaran secara daring. “Tugas-tugas diambil oleh orang tua,” katanya.
(Agung Santoso)