news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Terjangkit PMK, Kerbau Keramat Milik Keraton Solo Mati

21 Juli 2022 21:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses penguburan kerbau keramat milik Keraton Solo yang terjangkit PMK di kompleks Keraton Solo, Kamis (21/07/2022). FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Proses penguburan kerbau keramat milik Keraton Solo yang terjangkit PMK di kompleks Keraton Solo, Kamis (21/07/2022). FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
SOLO - Seekor kerbau keturunan kerbau bule keramat milik Keraton Solo, Kyai Slamet, mati pada Kamis (21/07/2022). Diduga matinya kerbau betina bernama Apon tersebut lantaran terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
ADVERTISEMENT
“Kami menemukan meninggal sekitar pukul 07.00 WIB dari sratinya (gembalanya). Setelah itu diperiksa petugas dan dokter dari dinas peternakan, ternyata ada 7 kerbau yang kena PMK,” ungkap Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA), Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau Gusti Moeng.
Putri mendiang Raja Keraton Solo, PB XII tersebut menjelaskan, kerbau-kerbau yang terjangkit PMK itu merupakan kerbau yang biasa diarak saat kirab pusaka setiap Malam 1 Sura.
“(Anjuran) dari dinas, tidak direkom kalau ikut kirab.”
Sebelum mati, imbuh Gusti Moeng, Apon diketahui lemas, bagian kuku dan mulut terluka serta hidung berliur.
“Yang meninggal ini umurnya 20 tahun. Keturunan tertua dari anak keturunan Kyai Slamet,” jelas dia.
Karantina kerbau keramat milik Keraton Solo. FOTO: Fernando Fitusia
Adapun kerbau lain yang tidak tertular PMK, rencananya akan divaksin pada Sabtu (23/07/2022).
ADVERTISEMENT
“Vaksinnya masih ada di Semarang. Besok rencananya kami ambil sendiri ke dinas peternakan di Semarang,” tutur Gusti Moeng.
Adapun prosesi penguburan Apon baru dilaksanakan Kamis malam.
Untuk kerbau lain yang terjangkit PMK, saat ini sudah dikarantina.
“Sudah dipisah di 3 tempat. Yang kena di sebelah barat yang tua-tua, kalau sebelah timur itu cucu-cucunya. Lalu ada sebagian di Sitinggil Kidul, dua-duanya sudah kena PMK,” bebernya.
(Fernando Fitusia)