Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
APBN untuk Kesehatan: Menuju SDM Sehat, Bebas Stunting dan TBC
30 April 2025 9:28 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa artinya pembangunan ekonomi, infrastruktur megah, dan kemajuan teknologi jika masyarakatnya masih rapuh oleh penyakit? Di tengah upaya Indonesia menjadi negara maju, satu hal yang tak boleh dilupakan adalah fondasinya: sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan produktif. Tanpa tubuh yang kuat dan pikiran yang jernih, bonus demografi hanya akan menjadi beban statistik.

Inilah yang mendorong pemerintah menjadikan sektor kesehatan sebagai prioritas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Bukan hanya soal membangun rumah sakit atau membeli alat kesehatan, melainkan transformasi menyeluruh sistem kesehatan: lebih terjangkau, lebih berkualitas, dan lebih dekat ke masyarakat. Fokusnya: menurunkan stunting, menekan TBC, dan memperluas layanan kesehatan gratis.
ADVERTISEMENT
Sehat Itu Investasi, Bukan Beban
Bicara kesehatan dalam konteks APBN, masih banyak yang melihatnya sebagai pengeluaran. Padahal, belanja kesehatan adalah investasi jangka panjang. Negara-negara dengan SDM sehat cenderung lebih produktif, lebih inovatif, dan lebih mampu bersaing di era global.
APBN 2025 mengalokasikan anggaran besar untuk sektor kesehatan, menekankan pada preventif dan promotif, bukan hanya kuratif. Artinya, mencegah orang sakit menjadi prioritas dibanding hanya mengobati. Pemeriksaan kesehatan gratis, imunisasi lengkap, layanan posyandu yang aktif, dan edukasi gizi menjadi bagian penting dari pendekatan ini.
Stunting: Ancaman Masa Depan yang Harus Dihentikan
Salah satu perhatian utama pemerintah adalah penurunan stunting —kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis sejak dini. Anak stunting tidak hanya pendek secara fisik, tapi juga memiliki risiko perkembangan kognitif yang terhambat. Ini adalah ancaman diam-diam bagi masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Melalui APBN, pemerintah mengintervensi dari hulu ke hilir: memastikan ibu hamil mendapat asupan gizi cukup, menyediakan makanan tambahan untuk balita, memperkuat peran tenaga kesehatan di tingkat desa, hingga integrasi data keluarga berisiko stunting. Targetnya jelas: prevalensi stunting turun ke bawah 14% pada 2024 dan terus ditekan di tahun-tahun berikutnya.
Perang Melawan TBC: Jangan Lagi Jadi Negara Peringkat Atas
Indonesia masih masuk dalam tiga besar negara dengan beban penyakit tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia. Padahal, TBC bisa disembuhkan dan dicegah bila sistem deteksi dan pengobatan berjalan optimal. Masalahnya, banyak kasus TBC yang tak terlaporkan atau terlambat ditangani.
APBN 2025 mendukung program deteksi dini TBC di puskesmas, menyediakan pengobatan gratis dan berkualitas, serta memperluas kampanye edukasi kepada masyarakat. Pemerintah juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat dan tenaga kesehatan lokal agar upaya ini menjangkau mereka yang paling rentan: warga di pemukiman padat, pekerja informal, dan kelompok miskin.
ADVERTISEMENT
Pemeriksaan Kesehatan Gratis: Hak Dasar Setiap Warga
Transformasi kesehatan juga menyentuh aspek layanan publik yang lebih inklusif. Pemeriksaan kesehatan dasar secara gratis dan berkala kini diperluas melalui berbagai kanal, mulai dari puskesmas, posyandu, hingga layanan mobile. Pemerintah menyadari bahwa akses terhadap layanan kesehatan berkualitas tidak boleh bergantung pada status ekonomi atau tempat tinggal.
APBN 2025 memperkuat pendanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), meningkatkan kapasitas puskesmas dan rumah sakit daerah, serta memperluas jangkauan program kesehatan berbasis komunitas. Dengan sistem yang lebih efisien dan pendanaan yang memadai, masyarakat tidak perlu menunda berobat karena takut biaya.
Literasi APBN: Kesehatan Kita, Tanggung Jawab Bersama
Banyak masyarakat belum menyadari bahwa layanan kesehatan yang mereka nikmati—mulai dari vaksinasi anak, pengobatan TBC, hingga pemeriksaan ibu hamil—semua dibiayai oleh negara melalui APBN. Pemahaman ini penting agar publik bisa ikut menjaga dan mengawasi pelaksanaan anggaran secara transparan dan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
APBN bukan hanya soal angka-angka, tapi tentang bagaimana negara hadir dalam hidup rakyat. Ketika negara mengalokasikan anggaran besar untuk sektor kesehatan, itu adalah pernyataan politik bahwa setiap warga berhak sehat dan hidup produktif.
Transformasi sistem kesehatan bukan proyek satu malam. Ia butuh komitmen jangka panjang, dukungan fiskal yang konsisten, serta partisipasi masyarakat. APBN 2025 telah meletakkan fondasinya: dari perang melawan stunting dan TBC, hingga layanan pemeriksaan kesehatan yang makin luas dan gratis.
Kini giliran kita, sebagai masyarakat, untuk mengambil peran. Karena bangsa yang besar bukan hanya ditentukan oleh seberapa cepat infrastrukturnya dibangun, tapi seberapa sehat rakyatnya bertumbuh.