Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
APBN untuk Masa Depan Bangsa: Mengasah SDM Unggul Sejak dalam Kandungan
3 Mei 2025 17:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika mendengar kata APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagian besar masyarakat mungkin langsung membayangkan angka-angka besar, tabel yang rumit, atau berita-berita tentang belanja infrastruktur dan subsidi. Namun, sedikit yang menyadari bahwa di balik lembar-lembar tebal dokumen anggaran itu, ada denyut kehidupan yang begitu dekat dengan kita — anak-anak yang tumbuh sehat, gizi ibu hamil yang terjaga, balita yang cerdas, hingga remaja yang siap bersaing di dunia kerja.

Pemerintah tidak hanya menyusun APBN untuk membangun jalan, jembatan, atau bandara. Lebih dari itu, APBN dirancang untuk membangun manusia Indonesia yang unggul dan produktif. Salah satu caranya adalah melalui kebijakan peningkatan gizi masyarakat, yang dimulai bahkan sejak seorang bayi masih berada dalam kandungan ibunya.
ADVERTISEMENT
Gizi Baik, Fondasi SDM Unggul
Para ahli sepakat, 1.000 hari pertama kehidupan — sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun — adalah periode emas dalam membentuk kualitas sumber daya manusia (SDM). Di masa inilah otak berkembang pesat, kemampuan kognitif terbentuk, dan daya tahan tubuh dibangun. Sayangnya, di banyak daerah, masalah gizi buruk dan stunting masih menjadi tantangan serius.
Melalui APBN, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk berbagai program perbaikan gizi. Program bantuan makanan tambahan untuk ibu hamil, pemberian vitamin untuk balita, hingga intervensi gizi di posyandu adalah contoh nyata dari hadirnya negara di tengah rakyat. Dana yang dialokasikan ini bukan sekadar angka dalam laporan, tapi adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Sekolah dan Kesehatan: Dua Sayap Kemandirian
Selain gizi, APBN juga menopang sektor pendidikan dan kesehatan, dua sektor yang ibarat dua sayap bagi anak-anak untuk terbang tinggi. Melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar, hingga Program Indonesia Sehat, anak-anak dari keluarga tidak mampu dapat mengakses pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai. Hal ini penting karena tanpa pendidikan dan kesehatan yang baik, potensi anak-anak bangsa akan sulit berkembang optimal.
Di sekolah, pemerintah juga mendorong program makanan sehat, kantin bersih, dan edukasi gizi. Semua ini adalah upaya membangun budaya sehat sejak dini. Kita mungkin sering melihat anak-anak antre di UKS untuk timbang berat badan, atau menerima susu dan makanan tambahan — semua itu sebagian dibiayai oleh APBN.
ADVERTISEMENT
Produktivitas di Usia Muda
Saat anak-anak ini tumbuh menjadi remaja dan dewasa muda, mereka memasuki pasar kerja. SDM yang sehat dan cerdas tentu memiliki produktivitas lebih tinggi, daya saing yang lebih baik, dan peluang untuk keluar dari jerat kemiskinan. Inilah mengapa investasi gizi, pendidikan, dan kesehatan tidak boleh berhenti di usia dini, tapi harus berlanjut sepanjang fase tumbuh kembang manusia.
Melalui skema beasiswa, pelatihan vokasi, hingga program magang yang dibiayai dari APBN, pemerintah membuka kesempatan bagi generasi muda untuk mengasah keterampilan mereka. Di era bonus demografi, langkah ini sangat krusial agar potensi besar yang dimiliki bangsa tidak berubah menjadi beban sosial.
Literasi APBN untuk Semua
Sayangnya, kesadaran masyarakat akan peran APBN dalam kehidupan sehari-hari masih rendah. Banyak yang mengira anggaran negara hanya urusan elit atau birokrasi semata. Padahal, setiap ibu yang mendapat tambahan makanan bergizi di puskesmas, setiap balita yang disuntik imunisasi gratis, dan setiap siswa yang bisa belajar tanpa membayar iuran sekolah — semuanya adalah buah nyata dari APBN.
ADVERTISEMENT
Literasi APBN penting agar masyarakat semakin memahami bahwa anggaran negara adalah milik bersama. Dengan pemahaman ini, akan lahir kesadaran kolektif untuk turut mengawasi penggunaan anggaran, mendukung program pemerintah, dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Masa Depan Ada di Piring Kita
Ada ungkapan bijak yang berbunyi: Kita adalah apa yang kita makan. Bagi sebuah bangsa, kualitas masa depan sangat ditentukan oleh apa yang dikonsumsi rakyatnya hari ini. Dalam konteks ini, APBN memegang peran penting sebagai alat untuk memastikan tidak ada rakyat yang kelaparan, tidak ada bayi yang lahir kekurangan gizi, dan tidak ada anak yang tumbuh tanpa pendidikan.
Di tengah gempuran isu global seperti perubahan iklim, krisis pangan, dan ketidakpastian ekonomi, keberanian pemerintah untuk terus memprioritaskan pembangunan manusia patut diapresiasi. Namun, tantangan belum selesai. Diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, swasta, dan masyarakat agar setiap rupiah yang dialokasikan benar-benar sampai ke meja makan rakyat dan ruang kelas anak-anak kita.
ADVERTISEMENT
APBN bukan sekadar angka-angka; ia adalah denyut kehidupan, napas harapan, dan fondasi masa depan bangsa. Dengan memprioritaskan gizi sejak dalam kandungan, pendidikan yang inklusif, dan kesehatan yang merata, pemerintah sedang menyiapkan SDM unggul dan produktif yang akan membawa Indonesia melangkah lebih jauh.
Di tangan generasi sehat dan cerdas inilah, mimpi-mimpi besar bangsa kita akan menemukan jalannya.