Konten dari Pengguna

Penguatan UMKM melalui Dukungan Subsidi dan Kredit APBN yang Tepat Sasaran

Benny Eko Supriyanto
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone Disclamer: Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi
2 Oktober 2024 8:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, berkontribusi sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja nasional. Namun, meskipun jumlahnya besar dan perannya signifikan, UMKM seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti keterbatasan akses permodalan, kurangnya dukungan teknologi, dan terbatasnya jangkauan pasar. Untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing UMKM, pemerintah telah mengambil berbagai langkah strategis, salah satunya melalui alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk subsidi dan kredit. Namun, efektivitas langkah ini bergantung pada seberapa tepat sasaran dukungan tersebut diberikan.
Ilustrasi: Pemberdayaan UMKM Desa Mallari Kab. Bone Prov. Sulawesi Selatan oleh KPPN Watampone. (Dok. KPPN Watampone)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Pemberdayaan UMKM Desa Mallari Kab. Bone Prov. Sulawesi Selatan oleh KPPN Watampone. (Dok. KPPN Watampone)
Peran Subsidi bagi UMKM
ADVERTISEMENT
Subsidi yang diberikan pemerintah melalui APBN memiliki tujuan untuk meringankan beban biaya produksi dan operasional UMKM. Bentuk subsidi ini bisa berupa bantuan langsung seperti subsidi bunga kredit, subsidi energi, hingga pengurangan biaya pajak. Salah satu subsidi yang berdampak signifikan bagi UMKM adalah subsidi bunga kredit. Melalui program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), pelaku UMKM mendapatkan akses pembiayaan dengan bunga rendah, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan usahanya tanpa dibebani oleh tingginya biaya kredit komersial.
Selain itu, subsidi dalam bentuk insentif pajak, seperti pengurangan pajak penghasilan bagi UMKM, dapat meningkatkan likuiditas dan memperkuat daya saing usaha. Dengan beban pajak yang lebih ringan, UMKM dapat lebih fokus pada pengembangan usaha, inovasi, dan perluasan pasar. Di sisi lain, subsidi energi juga memberikan manfaat besar, terutama bagi UMKM di sektor manufaktur yang memerlukan pasokan listrik dan bahan bakar dalam jumlah besar. Dengan biaya energi yang lebih terjangkau, UMKM dapat menekan biaya produksi, sehingga harga produk bisa lebih kompetitif.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan terbesar dalam program subsidi adalah penyalurannya yang seringkali kurang tepat sasaran. Banyak UMKM, terutama yang berada di daerah terpencil atau yang belum terintegrasi dalam ekosistem formal, tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap subsidi ini. Oleh karena itu, mekanisme pendataan dan verifikasi yang lebih baik diperlukan untuk memastikan subsidi benar-benar sampai kepada pelaku usaha yang membutuhkan.
Kredit yang Tepat Sasaran untuk UMKM
Kredit merupakan salah satu instrumen vital dalam mendorong pertumbuhan UMKM. Banyak pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan dalam mengakses modal dari lembaga keuangan formal, terutama bank. Faktor-faktor seperti kurangnya jaminan, rekam jejak kredit yang buruk, atau kurangnya informasi mengenai produk keuangan membuat UMKM kesulitan mendapatkan pinjaman. Dalam hal ini, peran APBN dalam mendukung penyediaan kredit yang tepat sasaran menjadi sangat penting.
ADVERTISEMENT
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang didukung oleh APBN adalah salah satu contoh sukses penyediaan kredit dengan bunga rendah untuk UMKM. Melalui KUR, UMKM dapat mengakses pembiayaan dengan syarat yang lebih mudah, bunga yang lebih rendah, dan jangka waktu yang lebih fleksibel. Namun, agar program kredit seperti KUR lebih efektif, beberapa hal perlu diperhatikan:
1. Penyesuaian Besaran Kredit dengan Kebutuhan UMKM: Tidak semua UMKM memiliki kebutuhan kredit yang sama. Kredit untuk usaha mikro tentu berbeda dengan kredit untuk usaha kecil atau menengah. Oleh karena itu, penyesuaian plafon kredit berdasarkan skala usaha sangat penting agar kredit yang disalurkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan modal usaha.
2. Peningkatan Akses UMKM terhadap Kredit: Salah satu masalah utama yang dihadapi UMKM adalah keterbatasan akses ke lembaga keuangan formal. Banyak UMKM, terutama yang berada di wilayah pedesaan, belum terjangkau oleh layanan perbankan. Untuk itu, pemerintah perlu bekerja sama dengan lembaga keuangan non-bank atau fintech untuk memperluas jangkauan kredit bagi UMKM yang berada di luar jangkauan sistem perbankan tradisional.
ADVERTISEMENT
3. Penyederhanaan Proses Pengajuan Kredit: Birokrasi yang rumit seringkali menjadi hambatan bagi UMKM dalam mengajukan kredit. Proses yang panjang dan persyaratan yang berlebihan dapat menghalangi pelaku UMKM untuk mendapatkan pinjaman tepat waktu. Oleh karena itu, penyederhanaan prosedur pengajuan kredit, serta pemanfaatan teknologi digital untuk proses verifikasi dan pengajuan, akan sangat membantu dalam meningkatkan aksesibilitas kredit bagi UMKM.
Tantangan dan Solusi
Meskipun subsidi dan kredit yang didukung oleh APBN menawarkan potensi besar dalam memperkuat UMKM, tantangan dalam implementasi tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah masalah distribusi yang tidak merata, di mana pelaku UMKM di daerah terpencil atau di luar pulau Jawa sering kali tidak mendapatkan akses yang setara. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, kurangnya informasi, serta keterbatasan sumber daya manusia di tingkat lokal.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu membangun sinergi yang lebih kuat antara pusat dan daerah, serta antara berbagai kementerian dan lembaga terkait. Penguatan infrastruktur digital juga menjadi kunci untuk memastikan bahwa program subsidi dan kredit dapat diakses oleh UMKM di seluruh Indonesia, termasuk yang berada di wilayah terpencil.
Selain itu, perlunya evaluasi yang berkelanjutan terhadap program subsidi dan kredit sangat penting untuk memastikan efektivitasnya. Evaluasi ini harus dilakukan dengan melibatkan pelaku UMKM secara langsung, agar pemerintah dapat memperoleh masukan yang akurat terkait kendala dan kebutuhan nyata yang dihadapi oleh pelaku usaha di lapangan.
Dukungan subsidi dan kredit yang disalurkan melalui APBN merupakan instrumen penting dalam memperkuat UMKM di Indonesia. Namun, agar program-program ini memberikan dampak yang maksimal, perlu dilakukan optimalisasi melalui penyaluran yang tepat sasaran, peningkatan aksesibilitas, serta penyederhanaan prosedur. Dengan demikian, UMKM dapat tumbuh lebih kuat, berdaya saing, dan berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Pemerintah harus terus berkomitmen untuk memperbaiki mekanisme penyaluran subsidi dan kredit agar benar-benar menjangkau UMKM yang membutuhkan, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. Jika hal ini tercapai, UMKM akan semakin kuat dan mampu menjadi tulang punggung perekonomian yang lebih tangguh dan berkelanjutan.