Konten dari Pengguna

Peran Kebijakan Moneter dalam Mengatasi Risiko Sistemik Keuangan

Benny Eko Supriyanto
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone Disclamer: Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi
14 Januari 2025 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Risiko sistemik keuangan telah menjadi salah satu ancaman utama bagi stabilitas ekonomi global. Krisis keuangan 2008 menjadi pelajaran penting mengenai bagaimana gangguan di satu sektor dapat menyebar ke seluruh sistem keuangan, menciptakan dampak yang merugikan. Dalam konteks ini, kebijakan moneter memainkan peran krusial dalam mengatasi dan mencegah risiko sistemik keuangan.
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
zoom-in-whitePerbesar
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
Definisi Risiko Sistemik dan Kebijakan Moneter
ADVERTISEMENT
Risiko sistemik mengacu pada kemungkinan terganggunya fungsi normal sistem keuangan yang dapat memengaruhi perekonomian secara luas. Hal ini sering kali disebabkan oleh kegagalan institusi keuangan besar, penurunan signifikan harga aset, atau hilangnya kepercayaan pasar. Di sisi lain, kebijakan moneter adalah alat yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan likuiditas guna mencapai stabilitas ekonomi dan keuangan.
Peran Kebijakan Moneter dalam Mengatasi Risiko Sistemik
1. Stabilisasi Likuiditas
Salah satu fungsi utama kebijakan moneter adalah menyediakan likuiditas untuk mencegah krisis keuangan. Ketika pasar menghadapi tekanan likuiditas, bank sentral dapat bertindak sebagai pemberi pinjaman terakhir (lender of last resort) untuk menghindari keruntuhan sistemik. Sebagai contoh, selama krisis 2008, Federal Reserve AS menyediakan injeksi likuiditas besar-besaran melalui program pelonggaran kuantitatif (quantitative easing).
ADVERTISEMENT
2. Pengendalian Volatilitas Pasar
Kebijakan moneter juga dapat digunakan untuk mengendalikan volatilitas pasar yang dapat memicu risiko sistemik. Dengan menyesuaikan suku bunga, bank sentral dapat mempengaruhi perilaku investor, menjaga stabilitas nilai aset, dan mencegah gelembung harga (asset bubbles).
3. Koordinasi dengan Kebijakan Makroprudensial
Kebijakan moneter sering kali bekerja bersama kebijakan makroprudensial untuk mengatasi risiko sistemik. Sementara kebijakan makroprudensial fokus pada stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, kebijakan moneter mendukung dengan memastikan kondisi moneter yang kondusif. Kombinasi ini penting untuk mencegah akumulasi risiko keuangan.
4. Peningkatan Kepercayaan Pasar
Salah satu faktor penting dalam mencegah risiko sistemik adalah menjaga kepercayaan pasar. Bank sentral, melalui kebijakan moneter yang transparan dan kredibel, dapat menciptakan ekspektasi positif di pasar. Hal ini membantu mencegah kepanikan yang dapat memperburuk kondisi sistem keuangan.
ADVERTISEMENT
Tantangan dalam Implementasi Kebijakan Moneter
Meskipun memiliki peran penting, implementasi kebijakan moneter untuk mengatasi risiko sistemik tidak bebas dari tantangan. Salah satunya adalah trade-off antara stabilitas harga dan stabilitas keuangan. Selain itu, dalam lingkungan suku bunga rendah, efektivitas kebijakan moneter konvensional menjadi terbatas, sehingga memerlukan pendekatan non-konvensional seperti quantitative easing.
Kebijakan moneter merupakan instrumen vital dalam mengatasi risiko sistemik keuangan. Melalui stabilisasi likuiditas, pengendalian volatilitas pasar, dan koordinasi dengan kebijakan makroprudensial, bank sentral dapat menjaga stabilitas sistem keuangan. Namun, efektivitasnya memerlukan perencanaan yang matang dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan global. Dalam era keuangan modern yang semakin kompleks, peran kebijakan moneter harus terus berkembang untuk menghadapi dinamika baru risiko sistemik.
ADVERTISEMENT