news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Peran Subsidi dan Insentif Fiskal dalam Pemulihan Ekonomi

Benny Eko Supriyanto
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone Disclamer: Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi
1 Maret 2025 12:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika ekonomi menghadapi tekanan, baik karena krisis global, perlambatan pertumbuhan, atau faktor domestik seperti inflasi dan ketimpangan ekonomi, pemerintah memiliki berbagai kebijakan untuk menstabilkan kondisi. Dua instrumen utama yang sering digunakan adalah subsidi dan insentif fiskal. Keduanya berperan penting dalam menjaga daya beli masyarakat, mendorong investasi, serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Namun, bagaimana sebenarnya efektivitas kebijakan ini dalam mendorong pemulihan ekonomi?
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
zoom-in-whitePerbesar
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
Memahami Peran Subsidi dalam Pemulihan Ekonomi
ADVERTISEMENT
Subsidi adalah bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian dengan memberikan bantuan finansial untuk menurunkan harga barang atau jasa tertentu. Tujuan utama subsidi adalah menjaga daya beli masyarakat dan melindungi sektor ekonomi yang rentan dari dampak eksternal seperti kenaikan harga energi atau krisis pangan.
a. Subsidi Energi: Antara Stabilitas dan Beban Fiskal
Salah satu bentuk subsidi yang paling umum adalah subsidi energi, terutama untuk bahan bakar dan listrik. Saat harga minyak dunia melonjak, subsidi BBM dapat menahan kenaikan harga di dalam negeri agar biaya transportasi dan produksi tetap terjangkau. Dengan demikian, masyarakat tidak terbebani oleh lonjakan harga barang dan jasa.
Namun, subsidi energi juga menimbulkan dilema. Ketika anggaran terlalu besar dialokasikan untuk subsidi, ruang fiskal untuk belanja produktif seperti infrastruktur dan pendidikan bisa berkurang. Oleh karena itu, pemerintah harus menyeimbangkan antara kebutuhan menjaga daya beli dan memastikan anggaran digunakan secara optimal.
ADVERTISEMENT
b. Subsidi Pangan dan Bantuan Sosial untuk Kelompok Rentan
Selain energi, subsidi juga diberikan dalam bentuk bantuan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau program sembako murah. Ini sangat penting dalam kondisi ekonomi yang melemah, seperti saat inflasi tinggi atau daya beli masyarakat menurun. Dengan adanya bantuan ini, kelompok masyarakat miskin tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka tanpa harus mengorbankan aspek lain seperti pendidikan dan kesehatan.
Insentif Fiskal sebagai Pendorong Investasi dan Pertumbuhan
Selain subsidi yang langsung menyasar masyarakat, pemerintah juga menerapkan insentif fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama bagi dunia usaha. Insentif ini biasanya berbentuk keringanan pajak, pembebasan bea masuk, atau skema kredit usaha dengan bunga rendah.
a. Insentif Pajak untuk Sektor Industri dan UMKM
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, dunia usaha sering kali mengalami kesulitan dalam mempertahankan bisnisnya. Oleh karena itu, pemerintah memberikan insentif pajak seperti:
- Pajak penghasilan (PPh) ditanggung pemerintah untuk UMKM, sehingga mereka bisa tetap beroperasi tanpa terbebani pajak tinggi.
- Diskon pajak untuk sektor industri strategis, seperti manufaktur dan pariwisata, guna mendorong investasi dan membuka lapangan kerja.
- Pembebasan bea masuk untuk bahan baku, yang membantu industri dalam negeri agar tetap kompetitif di pasar global.
Langkah-langkah ini bertujuan agar dunia usaha tetap bisa bertahan dan bahkan berkembang, yang pada akhirnya menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
b. Relaksasi Kredit untuk Sektor Usaha
Selain insentif pajak, pemerintah juga sering kali bekerja sama dengan bank dalam memberikan relaksasi kredit kepada UMKM dan industri padat karya. Skema ini dapat berupa:
ADVERTISEMENT
- Penurunan suku bunga kredit usaha, sehingga UMKM bisa mendapatkan modal dengan biaya lebih murah.
- Program restrukturisasi utang bagi usaha yang terdampak krisis, agar mereka tidak bangkrut dan bisa kembali beroperasi setelah kondisi ekonomi membaik.
Dengan kebijakan ini, sektor usaha memiliki kesempatan lebih besar untuk pulih dan kembali berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tantangan dalam Implementasi Subsidi dan Insentif Fiskal
Meskipun subsidi dan insentif fiskal memiliki manfaat besar, implementasinya tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi pemerintah dalam menerapkan kebijakan ini, antara lain:
a. Ketepatan Sasaran dalam Pemberian Subsidi
Salah satu tantangan utama subsidi adalah ketidaktepatan sasaran. Banyak kasus di mana subsidi justru lebih banyak dinikmati oleh kelompok menengah ke atas, seperti subsidi BBM yang lebih banyak digunakan oleh pemilik kendaraan pribadi dibanding masyarakat miskin. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperbaiki sistem distribusi subsidi agar benar-benar tepat sasaran, misalnya dengan skema subsidi langsung berbasis data digital.
ADVERTISEMENT
b. Beban Fiskal yang Berlebihan
Subsidi dan insentif fiskal membutuhkan anggaran besar. Jika tidak dikelola dengan baik, ini bisa menyebabkan defisit anggaran yang tinggi, sehingga pemerintah harus mencari sumber pendanaan tambahan, termasuk utang. Oleh karena itu, subsidi dan insentif harus diberikan secara selektif dan bertahap agar tidak membebani APBN secara berlebihan.
c. Efektivitas Insentif Pajak dalam Meningkatkan Investasi
Tidak semua insentif pajak otomatis mendorong investasi. Beberapa perusahaan mungkin hanya memanfaatkan insentif ini untuk mengurangi kewajiban pajaknya tanpa benar-benar memperluas bisnisnya. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme evaluasi yang ketat agar insentif benar-benar memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Strategi agar Subsidi dan Insentif Fiskal Lebih Efektif
Agar subsidi dan insentif fiskal benar-benar efektif dalam mendorong pemulihan ekonomi, beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan pemerintah adalah:
ADVERTISEMENT
a. Digitalisasi dan Perbaikan Data Penerima Subsidi
Dengan memanfaatkan teknologi dan data digital, pemerintah bisa lebih mudah menyalurkan subsidi secara langsung kepada kelompok yang membutuhkan, seperti melalui Kartu Prakerja atau bantuan tunai berbasis rekening bank. Ini bisa mengurangi kebocoran anggaran dan meningkatkan efisiensi distribusi subsidi.
b. Pengurangan Subsidi yang Tidak Produktif dan Pengalihan ke Sektor Strategis
Subsidi yang tidak tepat sasaran atau terlalu besar dapat dialihkan ke sektor yang lebih produktif, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian.
c. Evaluasi Berkala terhadap Insentif Pajak dan Kredit Usaha
Pemerintah harus memastikan bahwa insentif yang diberikan benar-benar berdampak positif terhadap investasi dan penciptaan lapangan kerja. Evaluasi berkala akan membantu dalam menyesuaikan kebijakan agar lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Subsidi dan insentif fiskal adalah alat penting dalam strategi pemulihan ekonomi. Subsidi membantu menjaga daya beli masyarakat, sementara insentif fiskal mendorong dunia usaha untuk tetap tumbuh. Namun, tantangan dalam implementasi, seperti ketidaktepatan sasaran dan beban fiskal yang tinggi, harus diatasi agar kebijakan ini benar-benar efektif. Dengan strategi yang tepat, subsidi dan insentif fiskal bisa menjadi motor utama dalam membangun ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.