Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Festival Pelajar Bentuk perlawanan Liberalisasi Pendidikan
4 Mei 2018 17:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Bentala News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
BENTALA, Malang – Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sejumlah pelajar yang tergabung dalam Manifesto Pelajar Malang Raya menggelar Festival Pelajar Melawan Liberalisasi Pendidikan di Kafe IQ Kopi, Malang, Rabu, (2/5/2018). Festival tersebut diisi dengan acara Nonton Bareng dan bedah Film “Menolak Diam”, pembacaan puisi, penampilan musik akustik, dan diakhiri dengan pernyataan sikap dan deklarasi Manifesto Pelajar Malang Raya.
ADVERTISEMENT
Manifesto Pelajar Malang Raya sendiri bukan sebuah organisasi yang berdiri secara struktural, melainkan berdiri berlandaskan asas kekeluargaan dan kebersamaan. Seperti yang diungkapkan salah satu anggota kelompok ini, Ange, ia memaparkan bahwa solidaritas yang terbangun hingga saat ini dimulai dari hal kecil.
“Contonya jika ada anak yang tidak bisa membayar uang sekolah, kita tidak merujuknya untuk melakukan aksi demonstrasi. Tapi yang kita lakukan itu menggunakan alternatif lain untuk solusi yang lebih baik dengan cara melakukan iuran, sehingga demo bukanlah jalan keluarnya. Hal itu juga tidak memberatkan, karena berdasarkan sukarela dan rasa kekeluargaan yang terbangun tadi,” ujarnya.
Lain pula yang diungkapkan aktivis pendidikan Nanda Pratama, atau yang biasa disapa Cak Nano. Menurutnya, gerakan pelajar menjadi pembaharuan gerakan yang harus disambut positif oleh pergerakan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Gerakan pelajar saat ini menjadi gerakan momentum untuk pembaharuan dalam gerakan rakyat. Artinya, hari ini Malang khususnya dengan gerakan pelajarnya yang baru dirintis dari teman-teman manifesto pelajar ini memberikan nuansa baru bagi gerakan perjuangan rakyat,” tutur mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional FISIP UB tersebut.
Ia menilai, kedepannya Manifesto Pelajar Malang Raya patutnya mampu mempertahankan semangat untuk berjuang, berkawan, dan belajar. Gerakan pelajar yang masih belum semasif gerakan mahasiswa pun menjadi perhatiannya.
Berdasar pengalaman pribadi Cak Nano saat menempuh sekolah menengahnya dahulu dalam membangun pergerakan Suara Pelajar Surabaya. Ia menuturkan pergerakan pelajar tidak bisa dimulai dengan pendekatan seperti membangun gerakan di lingkungan mahasiswa, hal tersebut akan lebih mudah apabila dimulai dengan pendekatan-pendekatan kultural.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya harapan itu ada, tapi secara objektif kesadaran itu tidak bisa dipaksakan. Biarlah kawan-kawan bermain dengan isu di sektornya sendiri, melatih kepekaannya di lingkungan sekolah, pendidikan dan lain sebagainya.
Ia pun berharap kelak pergerakan pelajar ini bisa konsen pada isu yang lebih luas ketika kesadaran pelajar memasuki tahap yang lebih tinggi. “Baru kemudian ketika sudah mampu meningkatkan kesadarannya dan mengalami lompatan kualitatif secara kesadaran, barulah kemudian mungkin diajak bersolidaritas dalam perjuangan rakyat lainnya,” pungkasnya.
Reporter : Mohammad Iqbal
Editor: Hasna Salma