Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
Hapus Offside Sampai Kartu Oranye: Rencana Kontroversial Van Basten
20 Januari 2017 5:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT

Belum lama ini, FIFA mengeluarkan keputusan yang menghebohkan. Federasi sepak bola dunia itu mengubah jumlah negara peserta Piala Dunia dari 32 menjadi 48. Jelas, keputusan itu pada akhirnya menimbulkan perdebatan dan kontroversi.
ADVERTISEMENT
Kali ini, salah satu petinggi FIFA yang juga legenda sepak bola Belanda, Marco van Basten, mengusulkan beberapa terobosan yang juga kontroversial. Pria yang menjabat sebagai Direktur Teknik FIFA itu ingin mengubah beberapa aturan pada dalam sepak bola.
Pertama, Van Basten ingin menghilangkan aturan offside dalam sepak bola. Alasannya pun sangat konyol: ia tak ingin citra sepak bola terlihat buruk karena wasit sering terlalu lama berkumpul untuk berdiskusi, dan itu terlihat seperti mereka tak bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
Setelah sampai ke telinga banyak orang, keinginan Van Basten itu sontak membuat heboh. Dan banyak orang tak setuju dengan usulannya. Salah satu dari sekian banyak yang tak setuju adalah pelatih Arsenal, Arsene Wenger. "Saya tidak menemukan ada hal yang menarik dari (keinginan untuk) menghilangkan offside," tutur pria berusia 67 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Van Basten pun ingin mengeluarkan keputusan kontroversial lain, yakni ingin mengadakan kartu oranye. Kartu oranye ini bisa diberikan kepada pemain yang melakukan pelanggaran keras, tapi tak layak diberikan kartu merah.
Dan nantinya, usai mendapat kartu oranye, pemain itu harus keluar dari permainan selama 10-15 menit. Aturan kartu oranye ini sendiri mencoba meniru dari aturan Sin-bin yang diterapkan dalam olahraga rugby.
Ia juga meninginkan jika babak perpanjangan waktu atau extra time ditiadakan. Menurut pria berusia 52 tahun itu, setelah laga berakhir imbang selama 90 menit, sebaiknya langsung dilanjutkan ke babak adu penalti.
Dan, Van Basten juga ingin mengubah format babak adu penalti itu. Kelak, setiap pemain tak lagi menendang dari jarak 12 pas, namun justru harus menggiring bola dari jarak 25 meter lalu kemudian menggiring dan menceploskan bola ke gawang dalam tempo delapan detik.
ADVERTISEMENT
Format adu penalti seperti ini pernah diterapkan di Major Super League (MLS) pada medio 1990-an. Model seperti ini sendiri juga meniru dari olahraga lain, yakni olahraga hoki yang memang terkenal di Amerika Serikat --negeri di mana MLS berada.
Terakhir, terobosan yang ingin diterapkan Van Basten adalah soal pembatasan jumlah pertandingan bagi para pemain dalam setahun. Pemain terbaik FIFA tahun 1992 itu ingin membatasi setiap pemain untuk bermain di 60 pertandingan saja setiap tahunnya.
"Kami harus menekankan pada kualitas dibanding kuantitas. Kita terlalu banyak memainkan sepak bola saat ini. Kami harus melindungi para pemain karena mereka bermain terlalu banyak dan tidak fit atau segar lagi," sebutnya.
"Itu jelas buruk bagi kualitas pertandingan. Bahkan ketika Juni di mana ada turnamen besar bergulir, mereka tidak bisa menunjukkan permainan maksimal karena sekarang pemain yang sukses bisa bermain 75 pertandingan sehari. Kami rasa itu terlalu banyak," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Keputusan-keputusan tersebut Van Basten inginkan bakal mulai diterapkan saat Piala Dunia 2026 kelak. Ya, di Piala Dunia yang sejak kini juga telah membuat publik heboh karena akan ada 48 negara pesertanya itu.
Entah Van Basten serius akan menerapkannya atau tidak, tapi keinginannya itu, bagi banyak pihak dianggap sebagai sebuah pergerakan radikal untuk sepak bola.