Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Profil Nano Riantiarno, Pendiri Teater Koma yang Meninggal Dunia
20 Januari 2023 10:18 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Artis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kabar duka kembali menyelimuti dunia hiburan tanah air. Aktor Nano Riantiarno meninggal dunia pada Jumat (20/1) pukul 06.58 WIB.
ADVERTISEMENT
Nano berpulang di usia 73 tahun. Sebelum meninggal dunia, Nano diduga sempat jatuh sakit. Hal ini terlihat dalam postingan Instagram sang istri, Ratna Riantiarno, pada Hari Raya Natal, 25 Desember 2022.
Dalam foto tersebut, terlihat Nano dan keluarga dikunjungi oleh rekan-rekan Teater Koma. Nano juga terlihat terbaring di tempat tidur dengan tabung oksigen di sebelahnya.
Profil Nano Riantiarno
Nano Riantiarno merupakan seorang aktor, penulis, sutradara, wartawan, dan pendiri Teater Koma . Pria bernama lengkap Norbertus Riantiarno ini lahir di Cirebon pada tanggal 6 Juni 1949.
Nano terjun ke dunia teater sejak duduk di bangku SMU kelas dua. Saat itu ia bergabung bersama sebuah kelompok kesenian yang ada di Cirebon pada tahun 1965-an.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus SMU, Nano memutuskan untuk meneruskan studinya ke Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) di Jakarta. Setahun setelah masuk ATNI yaitu pada tahun 1968, Nano bersama teman seangkatannya Slamet Rahardjo dan Boyke membentuk kelompok Teater Populer.
Lalu di tahun 1977, Nano mendirikan salah satu kelompok teater bersama Ratna Majid. Kelompok teater itu mereka beri nama Teater Koma. Satu tahun setelah mendirikan Teater Koma, Nano dan Ratna menikah.
Teater Koma yang didirikannya itu juga mengantarkannya sebagai penulis dan sutradara. Setiap pementasan yang digelar Teater Koma pun selalu berhasil memikat hati penonton. Salah satunya, pementasan Sampek Engtay di tahun 2000 yang digelar kurang lebih 24 hari di TTA dan TMII dihadiri oleh 20.725 penonton.
ADVERTISEMENT
Selama menggeluti dunia peran, Nano telah mengeluarkan kurang lebih 50 naskah drama, kurang lebih 30 skenario film, dan beberapa novel serta cerpen. Dari karya-karyanya itu Nano mendapat sejumlah penghargaan-penghargaan dari berbagai sayembara.
Misalnya, pada tahun 1972, 1973, 1974, dan 1975 ia pernah mendapatkan penghargaan yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dari sayembara Penulisan Naskah Drama. Kemudian ia berhasil meraih penghargaan SEA Write Gugat dari Raja Bangkok di tahun 1988 lewat naskah drama yang berjudul Semar Gugat.
Selain naskah drama, skenario filmnya yang berjudul Jakarta berhasil membawa pulang Piala Citra di Ujung Pandang pada Festival Film Indonesia tahun 1978. Novel-novel dan cerpen-cerpen yang ditulisnya juga mendapat penghargaan. Di antaranya yakni novel Ranjang Bayoi dan Percintaan Senja yang memperoleh penghargaan dari Sayembara Novel Majalah Femina dan Kartini.
ADVERTISEMENT