Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Bidang Bahasan Ekonomi Deskriptif dan Contohnya dalam Kehidupan
12 Juni 2023 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ekonomi deskriptif merupakan salah satu di antara tiga cabang ilmu ekonomi. Bidang bahasan ekonomi deskriptif adalah keterangan-keterangan faktual tentang suatu keadaan ekonomi dalam bentuk angka, grafik, kurva atau penyajian lainnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Alfred W. Stoiner dan Douglas C. Hagues dalam buku Ekonomi & Akuntansi: Mengasah Kemampuan Ekonomi terbitan PT Grafindo Media Pratama, ekonomi deskriptif (descriptive economic) adalah ilmu ekonomi yang menggambarkan keadaan perekonomian sebenarnya.
Dengan ilmu ekonomi deskriptif, kamu bisa lebih dalam mengkaji atau menganalisis gambaran, kondisi, dan fakta-fakta apa saja yang sebenarnya terjadi di dalam suatu kegiatan atau lingkup perekonomian.
Ilmu ekonomi ini biasanya dimanfaatkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menyajikan keadaan ekonomi di Indonesia, baik mikro ataupun makro. Agar semakin paham, simak contoh ekonomi deskriptif di bawah ini.
Contoh Ekonomi Deskriptif dalam Kehidupan
Berikut beberapa contoh ekonomi deskriptif dalam kehidupan yang telah dirangkum dari buku Membuka Cakrawala Ekonomi karya Imamul Arifin dan beberapa sumber lainnya.
ADVERTISEMENT
1. Kondisi Ekonomi Amerika Pasca Perang Dunia II
Contoh nyata ekonomi deskriptif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adalah kondisi ekonomi negara Amerika setelah Perang Dunia II.
Sistem moneter internasional kala itu sempat mengalami masa keterpurukan di periode dua perang dunia. Dampak dari perang dunia ini adalah rusaknya mekanisme seluruh pasar bebas dan menurunnya tingkat volume perdagangan di seluruh dunia.
Hal tersebut turut berdampak pada daerah lain di negara Eropa. Bahkan, negara Amerika sendiri pun turut terancam kehilangan pasar di wilayah Eropa Barat.
Sudah pasti pihak Amerika tidak ingin kehilangan ini dan segera saja membuat suatu tindakan dengan memperbaiki sistem moneter dunia dengan membentuk suatu sistem yang disebut Bretton Woods.
Namun dalam kenyataannya, proses evaluasi ini tidak hanya dilakukan oleh Amerika saja, tapi juga dengan negara Inggris. Sehingga, perlahan-lahan perekonomian dunia pun tampak membaik. Setelah Perang Dunia II inilah pada akhirnya melahirkan negara Uni Soviet sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang lebih dominan.
ADVERTISEMENT
2. Sistem Pertanian di Bali
Salah satu tempat wisata yang sangat diunggulkan di Indonesia adalah Bali. Di mata para pelancong luar negeri, Bali adalah destinasi wisata yang sangat populer.
Selain karena panorama alamnya yang Indah, di Bali juga masih banyak sekali tempat persawahan yang asri. Jadi, bila secara umum Bali lebih dikenal sebagai salah satu pulau yang menawarkan wisata lautnya, ternyata Bali juga mempunyai wisata pada bidang pertaniannya.
Bidang pertanian yang disediakan di Bali sangatlah luar biasa. Keasrian dan juga kealamian wisata persawahan ini membuat banyak wisatawan luar negeri menikmati kesejukan alam di sana.
Namun, seluruh hal tersebut sudah mulai diragukan karena banyak sektor pertanian yang digunakan untuk akses jalan dan juga untuk meningkatkan objek wisata di Bali, yang mana justru secara tidak langsung sudah mengusir tingkat keasrian di sana.
ADVERTISEMENT
3. Kondisi Ekonomi Indonesia Tahun 70-an
Kondisi perekonomian di Indonesia di kala tahun 1970 an berada pada posisi yang sangatlah baik. Seluruh industri dan juga perekonomian nasional kala itu berada pada puncak kesuksesan.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjelaskan bahwa fokus ekonomi pada tahun 70-an adalah industri substitusi impor dan pada saat itu kebijakan industri sangat banyak diintervensi oleh struktur proteksi pada industri yang ada di dalam negeri.
Saat periode tahun tersebut, struktur proteksi sudah mulai dikembangkan, yang mana sektor tersebut mulai dijadikan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Namun, perkembangan ini tidak berjalan mulus dan inkonsisten.
Di tahun 80an, kebijakan industri substitusi impor ini mulai mengalami perlambatan yang mengakibatkan banyaknya industri banting setir. Walaupun sempat mengalami pelemahan, namun hal tersebut menjadi salah satu cara dalam menyiapkan suatu sistem yang baru.
ADVERTISEMENT
Sehingga, saat melakukan kebijakan substitusi impor pun diubah secara besar-besaran, ketika masa orde baru tersebutlah perekonomian Indonesia nampak semakin kuat. Perkembangan transaksi pun sudah mulai berjalan mulus.
(NDA)