Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Job Insecurity: Pengertian, Teori, dan Dimensinya
17 Oktober 2023 7:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi karyawan alami job insecurity. Foto: Pexels](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01hcxh1wwem3m888ac5fe5jxsr.jpg)
ADVERTISEMENT
Job insecurity adalah suatu kondisi di mana karyawan merasa khawatir dan tidak aman karena situasi lingkungan yang berubah-ubah. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti adanya perubahan kebijakan di perusahaan, penurunan ekonomi, usia, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Rusydi Fauzan, dkk, dalam bukunya yang bertajuk Teori Manajemen Sumber Daya Manusia, kekhawatiran tentang ketidakamanan kerja atau job insecurity dapat memengaruhi kesehatan mental , dan motivasi kerja karyawan.
Karyawan yang merasa tidak aman dalam pekerjaannya cenderung merasa stres dan kurang termotivasi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja mereka.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa kebijakan terkait dengan keamanan kerja dan stabilitas pekerjaan jelas dan terbuka. Dengan begitu, karyawan dapat merasa aman dan stabilitas dalam pekerjaan mereka.
Teori tentang Job Insecurity
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang job insecurity. Mengutip buku Teori Manajemen Sumber Daya Manusia karya Rusydi Fauzan, dkk, teori tersebut di antaranya sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
1. Teori Affective Events
Teori ini menyatakan bahwa kejadian yang mempengaruhi emosi seseorang. Misalnya seperti ketidakamanan kerja dapat memengaruhi perilaku dan kinerja mereka.
2. Teori Social Exchange
Teori ini mengemukakan bahwa ketidakamanan kerja dapat memengaruhi persepsi pekerja terhadap kontrak sosial dengan perusahaan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi motivasi dan komitmen mereka.
3. Teori Job Demands-Control
Teori ini menyatakan bahwa ketidakamanan kerja dapat memengaruhi tingkat kontrol yang dimiliki pekerja atas pekerjaan mereka, dan juga dapat memengaruhi beban kerja dan tingkat stres yang dialami.
4. Teori Konflik Peran
Teori ini mengemukakan bahwa ketidakamanan kerja dapat memengaruhi konflik peran yang dialami pekerja, antara tuntutan pekerjaan dan tuntutan kehidupan pribadi mereka.
5. Teori Sumber Daya-Kelelahan
Teori ini menyatakan bahwa ketidakamanan kerja dapat memengaruhi sumber daya psikologis pekerja, seperti rasa kontrol, kepercayaan diri, dan dukungan sosial, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja mereka.
ADVERTISEMENT
Memahami teori-teori ini dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan strategi dan kebijakan yang efektif untuk mengurangi ketidakamanan kerja dan meningkatkan kesejahteraan dan kinerja pekerja.
Dimensi Job Insecurity
Disadur dari buku Job Insecurity, Grit, and Work Engagement di Masa Pandemik Covid-19 yang ditulis oleh Laila Meiliyandrie Indah Wardani, Jesi Oktavia Agustin Werinussa, Barnard menyatakan bahwa job insecurity terdiri dari dua dimensi, yaitu:
1. Cognitive job insecurity
Sebuah pemikiran dan persepsi yang dirasakan karyawan terhadap rasa tidak aman pada pekerjaannya berdasarkan pemikiran mengenai kemungkinan akan kehilangan pekerjaan.
Hal ini bisa disebabkan karena karyawan secara langsung menyaksikan atau melihat suatu kejadian atau pengalaman yang membuat karyawan berfikir kemungkinan dirinya juga dapat kehilangan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
2. Affective job insecurity
Sebuah pemikiran dan persepsi yang dirasakan karyawan terhadap rasa aman pada pekerjaannya, karyawan merasa puas dengan keamanan kerjanya dan yakin akan dipertahankan oleh perusahaan.
(NDA)