Konten dari Pengguna

Penyebab IHSG Anjlok, Ini Faktor yang Memengaruhinya

Berita Bisnis
Berita dan Informasi Praktis soal Ekonomi Bisnis
6 Agustus 2024 17:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau anjlok pada perdagangan saham Senin (5/8). Pada pukul 14.30 WIB, IHSG merosot 3,96 persen atau kehilangan 289,10 poin ke posisi 7.019.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Indeks LQ45 juga ditutup turun 28,65 poin atau 3,12 persen ke level 890,70. Sebanyak 62 saham naik, 592 saham turun, dan 134 saham stagnan.
Lantas, apa yang menyebabkan IHSG melemah pada beberapa waktu lalu? Untuk mengetahui penjelasan selengkapnya, simak informasi berikut ini.

Penyebab IHSG Anjlok

Investor melihat layar monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Laju IHSG anjlok pada perdagangan saham Senin (5/8) tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi indeks bursa saham dunia juga kompak melemah, mulai dari pasar Asia, Eropa, hingga Amerika.
Kejadian tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi para investor dalam melakukan perdagangan saham. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan IHSG. Berikut penjelasannya.

1. Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Salah satu faktor yang berpengaruh di balik anjloknya IHSG pada bursa Asia, yaitu menurunnya ekspektasi soft landing pada ekonomi US.
ADVERTISEMENT
Hal ini terjadi setelah US Bureau of Labor Statistics melaporkan data perekonomian AS yang hanya mampu menambah 114 ribu lapangan kerja non-pertanian (Non-Farm Payroll). Angka tersebut di bawah ekspektasi pasar sebanyak 175 ribu. Sementara tingkat pengangguran pada Juli tercatat melonjak ke 4,3 persen.
Sementara itu sentimen dalam negeri terjadi karena ekonomi Indonesia tumbuh melambat yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2024 mencapai 5,05 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau 3,79 persen QoQ.
Laju pertumbuhan ekonomi cenderung terbatas didorong konsumsi rumah tangga yang cenderung tumbuh stagnan sebesar 4,93 persen.
“Hal ini juga tercermin dari Indonesia yang mencatatkan deflasi selama 3 bulan berturut-turut,” tulis Tim Riset PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk seperti yang dikutip dari kumparanOTO.
ADVERTISEMENT

2. Purchasing Manager Index (PMI) Melemah

Faktor ambruknya IHSG juga dipengaruhi oleh Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia Juli 2024 yang melemah ke level terendah. Hal ini diungkapkan oleh Analis saham Satrio Utomo.
Berdasarkan data S&P Global, PMI Indonesia turun ke zona kontraksi setelah sebelumnya selama 33 bulan mampu ada di zona ekspansi. Adapun data PMI manufaktur Indonesia pada Mei 2024 menunjukan bahwa sebelumnya ada di zona ekspansi di 52,1 kemudian turun 50,7 di Juni 2024. Pergerakan tersebut terus menurun hingga akhirnya turun ke zona kontraksi di angka 49,3.
"Salah satunya karena PMI manufaktur Indonesia yang anjlok. IHSG sudah melemah sejak pekan lalu meskipun Jumat pekan lalu masih ada kenaikan," ucap Satrio Utomo seperti dikutip dari kumparanOTO.
ADVERTISEMENT

3. Rupiah Melemah

Melemahnya rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat juga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut turun. Sebelum penutupan pasar, rupiah terdepresiasi 0,97 persen, anjlok lebih dari 140 poin menjadi Rp16.423 terhadap dolar AS. Hal ini menjadikannya mata uang terlemah di Asia.
(SA)