Rasio Profitabilitas, Mengenal Jenis dan Manfaatnya

Berita Bisnis
Berita dan Informasi Praktis soal Ekonomi Bisnis
Konten dari Pengguna
20 Mei 2021 5:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rasio Profitabilitas. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rasio Profitabilitas. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rasio profitabilitas merupakan salah satu bagian dari rasio keuangan yang sering digunakan oleh analis dan investor. Profitabilitas merupakan pendapatan bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
ADVERTISEMENT
Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasio keuangan sebagai salah satu analisis dalam menganalisa kondisi keuangan, hasil operasi, dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. (Brigham dan Houston: 2006)
Jenis rasio ini berfungsi untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (laba) relatif terhadap pendapatan, aset neraca, biaya operasi, dan ekuitas pemegang saham selama periode waktu tertentu.
Bagi pemegang saham, rasio ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba dan nilai.

Manfaat Rasio Profitabilitas

ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman Accurate, terdapat berbagai jenis rasio profitabilitas yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan wawasan bermanfaat tentang kesehatan finansial dan kinerja bisnis.

Jenis Rasio Profitabilitas

Ilustrasi Rasio Profitablitas. Foto: Pexels
A. Rasio Margin
Rasio margin mewakili kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualan menjadi keuntungan pada berbagai tingkat pengukuran.
Contohnya adalah margin laba kotor, margin laba operasi, margin laba bersih, margin arus kas, EBIT, EBITDA, EBITDAR, NOPAT, rasio biaya operasi, dan rasio overhead.
B. Rasio Pengembalian
Rasio pengembalian mewakili kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pengembalian kepada pemegang saham atau para stakeholder.
Contohnya pengembalian aset, laba atas ekuitas, pengembalian tunai atas aset, pengembalian utang, laba atas laba ditahan, laba atas pendapatan, laba yang disesuaikan dengan risiko, laba atas modal yang diinvestasikan, dan laba atas modal yang digunakan.
ADVERTISEMENT

Rasio Profitabilitas yang Umum Digunakan

1. Gross Profit Ratio
Gross profit ratio adalah rasio yang membandingkan laba kotor dengan pendapatan penjualan. Ini menunjukkan berapa banyak penghasilan bisnis, dengan memperhitungkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa.
Rasio margin laba kotor yang tinggi mencerminkan efisiensi yang lebih tinggi dari operasi inti, yang berarti masih dapat menutupi biaya operasi, biaya tetap, dividen, dan depresiasi, sementara juga memberikan laba bersih kepada bisnis.
Di sisi lain, margin keuntungan yang rendah menunjukkan harga pokok penjualan yang tinggi, yang dapat dikaitkan dengan kebijakan pembelian yang merugikan, harga jual rendah, penjualan rendah, persaingan pasar yang ketat, atau kebijakan promosi penjualan yang salah.
2. Margin EBITDA
EBITDA adalah singkatan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, dan Amortization atau Penghasilan Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi.
ADVERTISEMENT
Ini mewakili profitabilitas perusahaan sebelum memperhitungkan item non-operasional seperti bunga dan pajak, serta item non tunai, seperti depresiasi dan amortisasi.
Manfaat dari menganalisis margin EBITDA perusahaan adalah agar mudah untuk membandingkannya dengan perusahaan lain, karena tidak termasuk biaya yang mungkin fluktuatif atau agak diskresioner.
Kelemahan dari margin EBTIDA adalah dapat sangat berbeda dari laba bersih dan generasi arus kas aktual, yang merupakan indikator kinerja perusahaan yang lebih baik. EBITDA banyak digunakan dalam banyak metode penilaian.
3. Margin Keuntungan Operasional
Margin laba operasional adalah rasio melihat penghasilan sebagai persentase dari penjualan sebelum beban bunga dan pajak penghasilan dikurangkan.
Perusahaan dengan margin laba operasi yang tinggi umumnya lebih siap untuk membayar biaya tetap dan bunga atas kewajiban, memiliki peluang lebih baik untuk bertahan dari perlambatan ekonomi, dan lebih mampu menawarkan harga yang lebih rendah daripada pesaing mereka yang memiliki margin laba lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Margin laba operasional sering digunakan untuk menilai kekuatan manajemen perusahaan, karena manajemen yang baik secara substansial dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan mengelola biaya operasinya.
4. Net Profit Margin (NPM)
Margin laba bersih atau Net profit margin (NPM) adalah rasio untuk mengukur laba bersih perusahaan dan membaginya menjadi pendapatan total.
Ini memberikan gambaran terakhir tentang seberapa menguntungkan perusahaan setelah semua biaya, termasuk bunga dan pajak, telah diperhitungkan. Alasan untuk menggunakan margin laba bersih sebagai ukuran profitabilitas adalah karena memperhitungkan semuanya.
Kelemahan dari metrik ini adalah ia mencakup banyak “noise” seperti pengeluaran dan keuntungan satu kali, yang membuatnya lebih sulit untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan para pesaingnya.
5. Margin Arus Kas
Margin arus kas adalah rasio yang menyatakan hubungan antara arus kas dari aktivitas operasi dan penjualan yang dihasilkan oleh bisnis. karena dalam rumusnya menghitung margin arus kas berhubungan dengan penghitungan NPM atau net profit margin.
ADVERTISEMENT
Rasio profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualan menjadi kas. Semakin tinggi persentase arus kas, semakin banyak uang tunai yang tersedia dari penjualan untuk membayar pemasok, dividen, utilitas, dan utang layanan, serta untuk membeli aset modal.
6. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) atau rasio pengembalian aset, seperti namanya, menunjukkan persentase laba bersih relatif terhadap total aset perusahaan.
Rasio ROA secara khusus mengungkapkan berapa banyak laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan untuk setiap nilai dari aset yang dimilikinya.
Rasio ni juga mengukur intensitas aset bisnis. Semakin rendah laba per nilai aset, semakin intensif aset perusahaan dianggap.
Perusahaan yang sangat intensif aset memerlukan investasi besar untuk membeli mesin dan peralatan untuk menghasilkan pendapatan.
ADVERTISEMENT
Contoh:
7. Rasio Return on equity (ROE)
Return on equity (ROE) adalah rasio yang menyatakan persentase laba bersih relatif terhadap ekuitas pemegang saham atau tingkat pengembalian uang yang dimasukkan oleh investor ekuitas ke dalam bisnis.
Rasio ROE adalah rasio yang sangat diperhatikan oleh analis saham dan investor. Rasio ROE yang tinggi dan menguntungkan sering disebut sebagai alasan untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan dengan return on equity yang tinggi biasanya lebih mampu menghasilkan uang tunai secara internal dan karenanya kurang bergantung pada pembiayaan utang.
ADVERTISEMENT
8. Return on Invested Capital (ROIC)
Pengembalian modal yang diinvestasikan atau Return on Invested Capital ROIC) adalah ukuran pengembalian yang dihasilkan oleh semua penyedia modal, termasuk pemegang obligasi dan pemegang saham. Ini mirip dengan rasio ROE, tetapi lebih mencakup semua cakupannya karena mencakup pengembalian yang dihasilkan dari modal yang dipasok oleh pemegang obligasi.
(AAG)