Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
2 Contoh Ceramah tentang Nuzulul Quran yang Bisa Jadi Referensi
5 April 2023 18:00 WIB
·
waktu baca 12 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada tahun ini, Nuzulul Quran jatuh pada Sabtu (8/4). Masyarakat Muslim di Indonesia punya beragam tradisi untuk memperingati Nuzulul Quran . Secara umum, peringatan Nuzulul Quran diisi dengan ceramah agama.
Bukan hanya sebagai pengingat akan kebesaran Allah, ceramah tentang Nuzulul Quran juga bisa dimanfaatkan untuk mengajak masyarakat melakukan seluruh perintah-Nya yang tertera di dalam Al-Quran.
Bagaimana contoh ceramah yang bisa dijadikan referensi? Berikut informasi lengkapnya.
Ceramah tentang Nuzulul Quran
Tema Kemuliaan Nuzulul Quran
Salah satu tema yang bisa diangkat dalam ceramah agama pada pertengahan bulan Ramadhan adalah tentang kemuliaan Nuzulul Quran. Berikut contohnya yang dibagikan Sriharini dalam buku Kumpulan Kultum Ramadhan: Mutiara Nasihat Seribu Bulan:
Dari 12 bulan yang ada dalam kalender agama Islam, Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa. Karena keistimewaannya, Ramadhan mendapat julukan sebagai sayyidus syuhur-raja atau pemimpin seluruh bulan.
ADVERTISEMENT
Atas julukan ini, ada beberapa keistimewaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain, antara lain:
Pertama, karena Ramadhan dipilih sebagai bulan diturunkannya ayat pertama Al-Quran (QS. al-Baqarah: 185). Oleh karena itu, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al-Quran.
Kedua, dalam bulan Ramadhan, ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan yang disebut malam lailatul qadar. Nilai ibadah yang dilaksanakan di malam ini, lebih baik daripada nilai ibadah seribu bulan.
Ketiga, ramadhan merupakan bulan istimewa, karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan bulan Ramadhan nilainya berlipat ganda.
Pada kesempatan ini penting bagi kita mengingat kembali peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu malam pertama diturunkannya Al-Quran oleh Allah Swt melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, tepat pada malam Jum'at bertepatan dengan hari ke tujuh belas Ramadhan, dan akhirnya kita kenal dengan malam Nuzulul Quran.
Bila kita mengkaji kembali tentang peristiwa ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah agar ketaqwaan semakin kuat dan keyakinan semakin mantap terhadap kitab suci Al-Quran yang isinya memberi petunjuk bagi umat manusia serta pembela di antara yang haq dan batil.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
ADVERTISEMENT
Artinya,“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Adapun ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah Al-'Alaq ayat 1 sampai 5.
ADVERTISEMENT
Al-Quran diturunkan ke bumi tidak sekaligus tetapi berangsur angsur, sedikit demi sedikit, bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Israa, ayat 106:
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Artinya,“Dan Al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
Dengan bertahap ini, maka Al-Quran lebih mudah diterima dan mudah dihafal. Dan waktu itu, faktanya, banyak dari para sahabat Nabi yang hafal Al-Quran.
Namun di fase berikutnya, terjadi pertempuran antara orang Islam dengan kaum kafir dan musyrik yang menentang serta menghalangi dakwah Nabi hingga akhirnya banyak para sahabat Nabi yang gugur di medan perang sebagai syuhada’, tak terkecuali para penghafal Quran.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu muncul sebuah gagasan untuk membukukan Al-Quran sebagai suatu kitab, hingga pada gilirannya dapat dinikmati sampai sekarang ini dan Allah senantiasa menjaga keasliannya.
Setelah mengetahui sekilas tentang proses turunnya Al-Quran, maka hendaknya kita mensyukuri kenikmatan luar biasa yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW berupa Al-Quran yang berisi petunjuk-petunjuk yang benar.
Dari itulah, kita sebagai umat nabi Muhammad, patut kiranya hunjuk syukur yang senantiasa tercurahkan kepada Allah Swt, karena hingga kini masih menikmati keimanan dan keislaman kita.
Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunnya Al-Quran ini harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh.
Baik dalam membaca, memahami makna, mengamalkan isinya, mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Quran dengan harapan kelak di Hari Kiamat mendapat syafaat.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana hadist Nabi yang artinya:
“Bacalah Al-Quran karena ia pada Hari Kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim).
Begitu besarnya fadhilah membaca Al-Quran bagi para pembacanya. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan. Bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkanya ayat pertama Al-Quran.
Ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al-Quran, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.
Dalam hadist yang lain Rasulullah menjelaskan,"Seorang mukmin yang membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum.
Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca Al-Quran tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya.
Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah kamarongan, rasanya pahit dan baunya busuk" (HR. Bukhari).
ADVERTISEMENT
Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Quran dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia. Dan Allah memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal Al-Quran,
Sebagaimana hadist riwayat Abu Hurairah r.a: "Barang siapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah’ Seseorang bertanya, ‘Ya Rasul Allah, apakah Allah Azza wa Jallamempunyai keluarga?’
Beliau menjawab, ‘Keluarga Allah di dunia adalah mereka yang membaca Al-Quran. Ketahuilah, barangsiapa menghormati mereka, maka dihormati Allah dan diberi surga. Dan barangsiapa menghina mereka, maka dihinakan Allah dan dimasukan dalam neraka.’
Hai Abi Hurairah, tidak ada seorangpun di sisi Allah yang lebih mulia daripada penghafal Al-Quran. Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal Al-Quran di sisi Allah adalah lebih mulia daripada siapapun, selain para Nabi.” (HR. Bukhari).
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, semangat Ramadhan dengan sekian kemuliaan di dalamnya, rasa-rasanya kita harus senantiasa berkhitmad atas diturunkannya Al-Quran ini.
Momentum Ramadhan, sebagai bulan turunnya Al-Quran (Nuzulul Quran) pertama kali ke bumi, patut bersyukur, membaca, dan mengamalkan isi kandungannya.
Tema Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr
Tema lainnya yang bisa jadi referensi adalah hubungan Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar. Bagaimana teks ceramahnya? Berikut contohnya yang dibagikan Saefudin Latief lewat laman Kemenag Sumsel:
Saudaraku! Setiap tahun, dan tepatnya di bulan suci Ramadhan ini, banyak dari umat Islam di sekitar anda merayakan dan memperingati suatu kejadian bersejarah yang telah merubah arah sejarah umat manusia.
Dan mungkin juga anda termasuk yang turut serta merayakan dan memperingati kejadian itu. Tahukah anda sejarah apakah yang saya maksudkan?
ADVERTISEMENT
Kejadian sejarah itu adalah Nuzul Quran, diturunkannya Al-Quran secara utuh dari Lauhul Mahfud di langit ketujuh ke Baitul Izzah di langit dunia.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Qs. Al Baqarah: 185).
Peringatan terhadap turunnya Al-Quran diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara, ada yang dengan mengadakan pengajian umum. Dari mereka ada yang merayakannya dengan pertunjukan pentas seni, semisal qasidah, anasyid dan lainnya.
Mari saya mengajak diri saya sendiri terlebih dahulu dan umat Islam lainnya untuk senantiasa kita membaca dan mempelajari Al-Quran. Membaca dan mempelajari Al-Quran harus dijadikan tradisi oleh masing-masing keluarga Islam di muka bumi ini.
ADVERTISEMENT
Kalau gerakan ini berlanjut, maka bukan tidak mungkin dunia nanti akan dipenuhi nilai-nilai Quran dan saat itulah peradaban baru dunia itu muncul, yaitu peradaban yang bersumber dari nilai-nilai Al-Quran. Mengapa kita harus membudayakan membaca dan mempelajarinya?
Karena selaku umat Islam kita yakin bahwa Al-Quran merupakan pedoman hidup yang kompleks dan memuat sejumlah kebutuhan manusia, baik materiil maupun spiritual.
Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad memang diperuntukkan kepada manusia agar dia mendapat rahmat dan kegembiraan dari Allah SWT.
Membicarakan tentang Nuzulul Quran maka pasti tidak akan lepas pula membicarakan soal Lailatul Qadr dan Bulan Ramadhan. Karena memang antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling kait-mengkait.
Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Qadr ayat 1 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam Qadr (Lailatul Qadr).”
ADVERTISEMENT
Kemudian dalam Surat Ad-Dukhan ayat 3 disebutkan pula yang artinya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (malam permulaan Al-Quran pertama kali diturunkan).”
Selain dua ayat diatas, dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 Allah Swt berfirman yang artinya:
“Bulan Ramadhan adalah bulan dimana di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)...”
Mengenai persoalan bahwasanya Al-Quran untuk pertama kali diturunkan dari Lauhul Mahfudz sampai ke Langit Dunia yaitu pada Malam Qadr di bulan suci Ramadhan, para ulama mayoritas telah bermufakat semuanya.
Dimana dari Baitil Izzah ini, malaikat Jibril kemudian mengantarkannya kepada Nabi Muhammad Saw secara step by step selama kurun waktu sekitar 23 tahunan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi ketika diperinci lebih lanjut pada tanggal berapa persis sebenarnya saat Nuzulul Quran itu terjadi? Maka disini mulai terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama.
Konteks perbedaan pendapat ini sebetulnya bermuara pada batasan waktu kapan terjadinya Lailatul Qadr itu. Ada yang berpendapat di hari-hari ganjil asyrul awakhir bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits.
Ada pula yang mengatakan pada 27 Ramadhan. Dan ada lagi yang berpendapat bahwa khusus Lailatul Qadr saat Nuzulul Quran itu terjadi yakni pada tanggal 17 Ramadhan.
Karena keterkaitannya Surat Al-Qadr ayat 1 dengan isyarat yang disampaikan oleh Allah Swt pada Surat Al-Anfal 41 yang berbunyi:
اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ
ADVERTISEMENT
Artinya, “… Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan (Al-Quran) kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan…”
Yang dimaksud dengan hari Furqan atau hari bertemunya dua pasukan adalah hari pertempuran perang Badar. Peristiwa perang tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H.
Atau jatuh pada hari Selasa 13 Maret 624 M. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa perang Badar itu terjadi pada hari Jumat adalah pendapat yang lemah (karena salah dalam mengkonversi).
Dan pendapat bahwasanya Nuzulul Quran itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan inilah pendapat terbanyak yang dipakai di Indonesia. Sehingga tiap – tiap tanggal 17 Ramadhan umat islam di Indonesia banyak yang memperingatinya.
ADVERTISEMENT
Peristiwa turunnya Alquran atau sering disebut sebagai Nuzulul Quran merupakan hal yang sampai saat ini selalu diperingati oleh sebagian umat Islam di dunia. Di seluruh negara Arab dilakukan tradisi syiar bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan memperingati Lailatul Qadr yang biasanya ini serempak dirayakan oleh umat Islam di seluruh negara Arab pada malam ke-27.
Sementara itu, dalam memperingati turunnya Al-Quran, di Indonesia dilaksanakan peringatan “Nuzulul Quran” pada malam ke-17 Ramadhan. Berbeda dengan umat Islam di Arab, di Indonesia, banyak umat Islam menyangka Nuzulul Quran berbeda dari Lailatul Qadr.
Padahal jika dilihat dalam sejarah, kedua hal ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Lantas, mengapa umat Islam Indonesia memperingati turunnya Al-Quran pada malam 17 Ramadhan?
ADVERTISEMENT
Awal diperingatinya Nuzulul Quran di Indonesia yaitu ketika Presiden Soekarno mendapat saran dari Buya Hamka untuk memperingati Nuzulul Quran setiap tanggal 17.
Bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia dan sebagai rasa syukur kemerdekaan Indonesia.
Memang, dari dahulu telah ada perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Al-Quran pertama kalinya, yang kemudian diperingati sebagai malam Nuzulul Quran.
Rasulullah Saw. pernah mengabarkan tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadr. Beliau bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadr di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain juga dijelaskan,“Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir.” (HR. Bukhori dan Muslim).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hadis di atas, diketahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadhan.
Keterangan bahwa turunnya Al-Quran pada 10 hari terakhir Ramadhan diperkuat oleh Syeikh Safiur Rahman Mubarakpuri, penulis Sirah Nabawiyah.
Nabi Muhammad Saw. mendapat wahyu pertama pada malam senin, tanggal 21 Ramadhan (10 Agustus 610 M). Menurut kalender yang didasarkan pada perputaran bulan (Qamariyah), saat itu Nabi berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari.
Sedangkan menurut kalender Masehi, Nabi berusia 39 tahun 3 bulan 22 hari. Keterangan Mubarakpuri di atas menguatkan pernyataan bahwa Al-Quran pertama sekali turun pada tanggal 21 Ramadhan dan bukan pada tanggal 17 Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan berbagai keterangan di atas, Al-Quran diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. pertama kalinya pada malam Lailatul Qadr, yang oleh sumber sejarah dijelaskan bahwa Nabi menerima wahyu pada malam 21 Ramadhan.
Jadi peristiwa Nuzulul Quran pertama sekali terjadi pada tanggal 21 Ramadhan, tepatnya pada hari Senin, sebab sebagian besar ahli sejarah sepakat bahwa diangkatnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin.
Dalil ini dianggap kuat karena Rasulullah ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab,“Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku.” (HR. Muslim).
Peristiwa turunnya Al-Quran sebagaimana yang biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia pada dasarnya tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi’in.
Jika pun perayaan Nuzulul Quran tetap diperingati dengan niat dan alasan yang baik, hendaknya bukanlah sekadar seremonial belaka, tetapi melalui peringatan tersebut esensi Al-Quran sebagai peringatan bagi umat manusia dapat membawa bekas dalam diri umat Islam yang memperingatinya.
ADVERTISEMENT
(NSA)