Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
2 Kultum Ramadhan tentang Menjaga Lisan saat Puasa
6 Maret 2025 12:00 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di bulan Ramadhan , umat muslim dilatih untuk senantiasa berkata baik dan menghindari ucapan yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Itu mengapa, kultum Ramadhan tentang menjaga lisan menjadi topik yang relevan untuk disampaikan kepada jemaah.
ADVERTISEMENT
Dengan menjaga lisan, seseorang dapat menyempurnakan ibadah puasanya. Sebaliknya, perkataan yang sia-sia, dusta, dan ucapan yang menyakiti orang lain justru dapat mengurangi pahala puasa .
Maka, umat muslim dianjurkan untuk berbicara dengan bijak agar memperoleh pahala puasa yang sempurna. Kultum tentang menjaga lisan ini bisa menjadi pengingat yang tepat.
Sebagai referensi, yuk simak kumpulan contoh kultum Ramadhan tentang menjaga lisan lewat artikel berikut.
Contoh Kultum Ramadhan tentang Menjaga Lisan
Menjaga lisan merupakan bagian dari akhlak mulia yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, ucapan yang baik tidak hanya mencerminkan keimanan seseorang, tetapi juga berpengaruh pada kualitas ibadah yang dijalankannya.
Berikut beberapa contoh kultum Ramadhan tentang menjaga lisan yang bisa dijadikan referensi.
ADVERTISEMENT
1. Urgensi Menjaga Lisan saat Puasa Ramadhan
Islam adalah ajaran sempurna yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khaliq, Allah SWT, namun juga secara detail mengatur hubungan antar sesama manusia.
Menjaga ucapan agar tidak menyakiti orang lain dalam melakukan interaksi sosial menjadi amat penting. Bahkan, kedudukannya ikut mempengaruhi kualitas ibadah dan merupakan ciri keimanan.
Allah berfirman dalam surat Al-Qur'an surat Qaf ayat 18: "Tidak ada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir."
Lebih dari itu, semua perilaku manusia akan dipertanggungjawabkan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 36.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesunggunya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS Al-Isra: 36).
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Suatu hari Rasulullah saw ditanya siapakah muslim yang paling utama? Beliau menjawab orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain." (HR Bukhari)
Menjaga lisan amat penting, bahkan dianjurkan diam jika tidak mampu mengucapkan hal yang baik, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
Betapa besarnya dampak buruk akibat salah ucap. Maka tidak berlebihan jika ada pribahasa yang menyebutkan, "lidah lebih tajam dari pada pedang."
Meski tidak bertulang, lidah bisa memanggal leher seseorang. Lisan adalah karunia yang Allah berikan. Menjaganya adalah kewajiban sekaligus ungkapan syukur atas pemberian Allah SWT. Ini bisa dilakukan dengan mengucap yang baik, mengajak berbuat baik, dan tidak mengumbar aib sesamanya sehingga lisan menjadi tali penyambung antara satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk menjaga lisan dengan cara tak banyak berbicara, kecuali hal-hal baik yang diperlukan, bahkan menganjurkan umatnya selalu berzikir kepada Allah.
"Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir kepada Allah, sesunggunya memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras." (HR Tirmidzi)
Menjaga lisan dengan baik akan mendapat kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT, bahkan disediakan surga baginya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut.
"Barang siapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada diantara kedua tulang rahangnya yakni mulut atau lidah, serta kedua kakinya, yakni kemaluannya maka saya memberikan jaminan surga untuknya." (HR Bukhari)
ADVERTISEMENT
Bagi mereka yang tidak menjaga lisan akan mendapat ancaman neraka. Sebagaimana hadis berikut: "Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci Allah yang dia tidak merenungi akibatnya, maka dia terjatuh dalam neraka jahanam." (HR Bukhari)
Derajat lain yang didapatkan jika menjaga lisan adalah setara dengan bersedekah. Ibadah utama bulan suci Ramadhan adalah berpuasa, umat Islam dianjurkan menjauhi larangan Allah.
Namun ada hal yang dilarang tetapi kadang diabaikan oleh orang puasa yaitu berkata kasar dan bergunjing serta berbohong. Meskipun, terkadang ucapan tersebut dimaksudkan untuk bercanda. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah beliau bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian di suatu hari sedang berpuasa, maka janganlah dia berkata kotor dan berbuat kebodohan dan sia-sia. Bila dia dicaci oleh orang lain atau diperangi, maka hendaklah dia mengatakan, "Sesungguhnya saya sedang berpusa."" (HR Muslim)
ADVERTISEMENT
Begitu jelas ajaran Islam melarang berkata kotor saat sedang berpuasa. Berpuasa tetapi tidak menjaga lisannya tidak mendapat nilai dari puasanya, sesuai hadits Rasulullah SAW berikut:
"Orang yang tidak menjauhi perkataan dusta dan mengamalkan dusta, maka tak ada hajat bagi Allah untuk menilai ibadah puasanya, meskipun ia bersusah payah menjauhi makanan dan minuman." (HR Bukhari)
Ada lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu. Kualitas ibadah puasa ditentukan dari hati, ucapan, pendengaran, penciuman dan segenap jiwa raga yang sama-sama dipuasakan.
Sumber: Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
2. Keutamaan Menjaga Lisan
Saat berpuasa, umat Islam diperintahkan untuk menjaga hawa nafsu dari segala sesuatu yang membatalkan atau bahkan mengurangi nilai ibadah yang tengah dijalani.
Dalam haditsnya, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menjaga lisan saat berpuasa. Perintah ini sebagaimana yang tertuang dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رِوَايَةً قَالَ إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: Dari Abu Hurairah, beliau bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian di suatu hari sedang berpuasa berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan berbuat kebodohan dan sia-sia. Bila dia dicaci oleh orang lain atau diperangi, maka hendaklah dia mengatakan, "Sesungguhnya saya sedang berpusa."" (HR Muslim)
ADVERTISEMENT
Masih dalam redaksi hadits yang sama, riwayat lain dari Abu Dawud disebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW berkata, "Puasa adalah tameng, apabila salah seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor, dan melakukan perbuatan bodoh. Apabila terdapat seseorang memusuhinya atau mencelanya maka hendaknya dia mengatakan, "Aku sedang berpuasa."" (HR Abu Dawud)
Berdasarkan pada dua hadits sahih di atas, kewajiban bagi orang yang berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, melainkan lebih dari itu yakni menjaga diri dari ucapan kotor. Mengapa yang dilarang terlebih dahulu adalah berkata kotor atau tidak baik?
ADVERTISEMENT
Menurut Alfred Korzybski, penggagas teori general semantik menyebutkan manusia memiliki kemampuan untuk menyimpan pengalaman dan pengetahuan lewat fungsi bahasa sebagai penghubung waktu. Bahasa mengikat waktu dan bahasa mengikat umur manusia bersama.
Sederhananya dapat dikatakan bahwa tutur kata mempengaruhi kejiwaan secara individu maupun sosial. Oleh karenanya bahasa memiliki peran kuat dalam mempentuk pribadi seseorang.
Jauh sebelum ditemukannya teori general semantik, Nabi Ibrahim telah mencontohkan kepada keturunannya untuk bertutur kata dengan baik. Sebagaimana doanya kepada Allah SWT dalam surat Asy Syuara ayat 84:
وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ
Artinya: "Jadikanlah aku sebagai buah tutur yang baik di kalangan orang-orang (yang datang) kemudian." (QS Asy Syuara: 84)
Lebih lanjut, sejatinya perintah untuk berkata baik dan meninggalkan ucapan kotor tak hanya berlaku ketika seseorang tengah menjalankan puasa.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, puasa menjadi satu momentum untuk membiasakan diri berkata dan berbuat baik. Karenanya diharapkan setelah usainya Ramadhan, terbentuklah ketakwaan yang semakin mendekatkan umat Islam kepada Allah SWT.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah: 183)
Derajat takwa tentu tidak akan mudah diraih. Dimulai dari membiasakan berbicara baik, maka akan berpengaruh pada perilaku dan tindakan. Ini juga yang disebut dengan akhlakul karimah. Upaya mempangun karakter baik melalui ucapan yang baik pula.
Demikianlah keutamaan menjaga lisan saat puasa yang termaktub dalam hadits. Mulai sekarang mari mulai berbenah, menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan ikhlas karena Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Tujuannya hanya satu, yaitu menghantarkan diri semakin dekat dengan-Nya. Pada akhirnya melalui perantara ini, atas seizin Allah SWT dapat menghantarkan bagi setiap Muslim yang menunaikan puasa mencapai derajat insan yang bertakwa. Wallahu’alam.
Sumber: Majelis Ulama Indonesia
(NSF)