Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
20 Pepatah Sunda Kahirupan dan Artinya yang Penuh Makna
14 Oktober 2023 13:14 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pepatah Sunda kahirupan adalah pepatah dalam bahasa Sunda tentang makna kehidupan. Biasanya, pepatah ini mengandung nasihat dan pengalaman orang Sunda yang telah diwariskan secara turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Orientasi Estetik Gaya Pirigan Kacapi Indung dalam Kesenian Tembang Sunda Cianjur di Jawa Barat oleh J. Julia, pepatah atau peribahasa Sunda merupakan cerminan pandangan hidup bagi orang Sunda.
Sebagai contoh, pepatah Sunda yang menggambarkan hal-hal yang kurang baik bertujuan untuk mengingatkan orang-orang agar terhindar dari melakukan sesuatu yang buruk.
Selain itu, pepatah Sunda juga berisi pengingat agar masyarakat dapat hidup rukun, adil, beradaptasi dengan sesama, dan sebagainya. Lantas, apa saja contoh pepatahnya?
Pepatah Sunda Kahirupan
Dikutip dari buku Kumpulan Peribahasa Indonesia dari Aceh sampai Papua untuk SD, SMP, SMA dan Umum oleh Iman Budhi Santosa, berikut adalah beberapa pepatah Sunda kahirupan yang memiliki makna mendalam.
1. Ka luhur sieun ku gugur, ka handap sieun ku cacing. (Ke atas (langit) takut guruh, ke bawah (tanah) takut cacing.)
ADVERTISEMENT
Artinya: Gambaran orang yang mengalami rasa takut berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu (fobia). Dengan kata lain, jiwanya sulit berkembang karena selalu dihantui perasaan was-was dan akibatnya tidak pernah berani mengambil risiko apapun dalam hidupnya.
2. Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak. (Ke air jadi satu lubuk, ke darat jadi satu lembah.)
Artinya: Sikap sama-sama setuju tentang satu hal dalam adat Sunda, di mana kebersamaan sosial sangat dijunjung tinggi oleh warganya.
3. Neukteuk curuk dina pingping. (Memotong jari di atas paha.)
Artinya: Menceritakan kejelekan atau kesalahan keluarga sendiri kepada orang lain, sehingga yang bersangkutan memperoleh penilaian buruk.
4. Mapatahan ngojay ka meri. (Mengajar berenang pada itik.)
Artinya: Sindiran kepada orang yang melakukan pekerjaan atau memberi petunjuk yang sia-sia, karena yang diberi petunjuk telah mahir melakukannya.
ADVERTISEMENT
5. Dibéré sabuku ménta sajeungkal, dibéré sajeungkal ménta sadeupa. (Diberi seruas minta sejengkal, diberi sejengkal minta sedepa.)
Artinya: Ungkapan ini ditujukan pada orang yang tidak tahu diri. Sudah dikasih hati, malah berani minta yang lebih besar, lebih banyak, dan tidak layak (tak sesuai) lagi dengan kedudukannya.
6. Ngusik-usik ula mandi, ngagugahkeun macan turu. (Mengusik ular berbisa, membangunkan harimau tidur.)
Artinya: Mengungkit-ungkit masalah yang telah lalu hanya akan menimbulkan masalah (pertengkaran) lagi.
7. Nu tani kari daki, nu dagang kari hutang. (Bertani tinggal daki, berdagang tinggal hutang.)
Artinya: Ungkapan yang menggambarkan orang yang bernasib sial. Setiap usaha yang dilakukan selalu merugi (mendatangkan kesusahan), bukannya membawa keuntungan (hasil yang memuaskan).
8. Landung kandungan laér aisan. (Memanjang ke bawah kandungan jauh gendongan.)
ADVERTISEMENT
Artinya: Gambaran dari sifat orang bijak yang banyak memiliki pertimbangan. Dalam menyelesaikan persoalan dia tidak akan gegabah, dan dalam bertindak selalu memperhitungkan banyak aspek.
9. Ka luhur teu sirungan, ka handap teu akaran. (Ke atas tak bertunas, ke bawah tak berakar).
Artinya: Gambaran orang yang tidak pernah jujur dalam segala tindakan. Semua yang dikatakan atau diperbuat hanyalah untuk menipu, menutupi maksud yang sesungguhnya.
10. Kawas nanggeuy endog beubeureumna. (Seperti menyangga merah telur.)
Artinya: Pencerminan dari besarnya rasa kasih sayang seseorang terhadap sesuatu, misalnya pada anak. Di mana ia benar-benar merawat dan menjaganya dengan hati-hati, takut jatuh, takut rusak, seperti membawa kuning telur di telapak tangannya.
11. Banda sesampiran nyawa gagaduhan. (Harta benda hanya hiasan, nyawa hanya pemberian.)
ADVERTISEMENT
Artinya: Pandangan yang menyatakan bahwa harta dan nyawa adalah pemberian Tuhan semata-mata, dan manusia harus pasrah jika sewaktu-waktu diambil kembali.
12. Sato busana daging, jalma busana élmu. (Binatang pakaiannya daging, manusia pakaiannya ilmu.)
Artinya: Nilai harga binatang (misalnya ayam, kambing, dan sapi) ditentukan berdasarkan dagingnya (gemuk atau kurus). Sementara nilai (harga) manusia ditentukan oleh ilmu yang dimiliki.
13. Nyeungeut damar di suhunan. (Menyalakan pelita (lampu) di puncak rumah.)
Artinya: Sindiran bagi orang yang suka pamer kekayaan dengan cara banyak memberi pada orang lain agar mendapat pujian, tetapi pada keluarga sendiri sangat pelit.
14. Mun kiruh ti girang komo ka hilirna. (Apabila sudah keruh sejak hulu, di hilir akan lebih keruh lagi.)
ADVERTISEMENT
Artinya: Perumpamaan terhadap kehidupan sosial politik sebuah negara atau lingkungan tertentu, jika pemimpinnya tidak baik, rakyat yang dipimpinnya akan berbuat jauh lebih tidak baik lagi.
15. Kudu ngukur kana jujur, nimbang kana awak. (Mengukur dengan jujur, menimbang sesuai badan.)
Artinya: Segala tingkah laku disesuaikan dengan keadaan diri sendiri. Jangan berlebihan, karena sikap seperti itu akan mengundang kecaman banyak orang.
16. Gunung luhur beunang diukur, laut jero beunang dijugjugan, tapi haté jelema najan déét teu kakobét. (Tinggi gunung serta dalamnya laut dapat diukur, tapi hati orang tak dapat diduga.)
Artinya: Mengetahui isi hati yang terpendam dalam diri seseorang sangat sulit, karena apa yang tampak dalam perilaku mereka dengan apa yang dirasakan bisa berbeda.
ADVERTISEMENT
17. Sakuru-kuruna lembu, saréngréng-réngréngna banténg. (Sekurus-kurusnya lembu, selemah-lemahnya banteng.)
Artinya: Orang yang tadinya kaya, jika suatu saat mengalami kekurangan tentu tidak akan begitu sengsara karena masih menyimpan harta yang lebih besar dari apa yang dimiliki orang lain.
18. Ngingu kuda kuru, ari geus lintuh nyépak. (Memelihara kuda kurus, begitu lengah menyepak.)
Artinya: Ungkapan yang menggambarkan, bagaimana seseorang yang tulus membantu mengangkat kehidupan orang yang sangat miskin, namun ketika kehidupannya sudah membaik malah berani kurang ajar terhadap orang yang dulu menolongnya.
19. Uncal tara ridu ku tanduk. (Kancil (kijang) tak direpotkan dengan tanduk.)
Artinya: Segala ilmu pengetahuan maupun ketrampilan tidak akan merepotkan atau memberatkan manusia (pemiliknya).
20. Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salengkah. (Ke depan mengambil sepanjang tapak kaki, ke belakang mengambil selangkah.)
ADVERTISEMENT
Artinya: Menggambarkan orang yang bersikap hati-hati dalam menjalani kehidupan. Seluruh perbuatannya diperhitungkan dengan untung-ruginya dan baik-buruknya, untuk menghindari timbulnya permasalahan yang tidak diinginkan.
Itulah 20 pepatah Sunda kahirupan beserta artinya yang bisa dijadikan bahan referensi.
(SFR)