Konten dari Pengguna

3 Dampak Positif Proses Masuknya Islam di Nusantara

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
11 Mei 2023 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dampak positif proses masuknya Islam di Nusantara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dampak positif proses masuknya Islam di Nusantara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan proses masuknya Islam di Nusantara. Ada yang menyatakan Islam masuk ke Indonesia lewat jalur perdagangan, pendidikan, pernikahan, dan akulturasi budaya.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu, berkembangnya agama Islam di Nusantara membawa banyak dampak positif dalam berbagai bidang. Dampak tersebut masih bisa dirasakan masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Apa saja dampak positif proses masuknya Islam di Nusantara? Berikut informasi selengkapnya.

Dampak Positif Proses Masuknya Islam di Nusantara

Ilustrasi berdoa di dalam Masjid. Foto: REUTERS/Jorge Silva
Islam berkembang di Indonesia setelah kerajaan Hindu-Budha runtuh. Setelah proses Islamisasi berlangsung, kerajaan-kerajaan tersebut digantikan oleh kerajaan Islam yang berdiri di berbagai tempat.
Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses Islamisasinya membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat di Indonesia, baik dalam aktivitas sosial, budaya, politik, maupun ekonomi.
Berikut beberapa dampak positif masuknya Islam di Nusantara yang berpengaruh bagi perkembangan Indonesia dan masih dirasakan masyarakat sampai sekarang:
ADVERTISEMENT

1. Hilangnya Sistem Kasta

Sebelum Islam datang, kedudukan masyarakat diatur dalam kasta atau tingkatan-tingkatan tertentu. Mengutip buku Sukses USBN Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs oleh Tim Ganesha Operation, ada empat golongan kasta yang dikenal pada masa Hindu-Buddha, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Ketika Islam masuk, sistem kasta tersebut dihapuskan, sehingga masyarakat memiliki derajat atau status yang sama. Dengan begitu, tidak ada masyarakat yang bisa memperlakukan rakyat lainnya dengan semena-mena hanya karena orang itu memiliki kasta lebih rendah darinya.
Meski begitu, dalam perkembangannya sistem kasta tidak bisa dikatakan hilang sepenuhnya karena raja tetap memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan rakyat. Namun, itu tidak ada hubungannya dengan kasta, melainkan lebih kepada berkembangnya sistem feodalisme.
ADVERTISEMENT

2. Pendidikan Berkembang Pesat

Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Shutter Stock
Menurut Dr. Abdurakhman dan Arif Pradono dalam buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas X, lembaga pendidikan berkembang pesat sejak awal masuknya Islam ke Nusantara. Tidak hanya di kalangan elit kerajaan, perkembangan pendidikan itu juga bisa dirasakan oleh masyarakat umum.
Pendidikan agama Islam pun diajarkan di pesantren. Para santri di pesantren diajarkan banyak hal, mulai dari bahasa Arab, tadabur Alquran, membaca kitab kuning, tauhid, fiqih, akhlak, juga tasawuf.
Pada perkembangannya, kiai memadukan ilmu agama dan ilmu umum dalam pesantren, seperti yang dilakukan di pesantren-pesantren modern zaman sekarang.

3. Hidup Masyarakat Lebih Terarah

Sebelum kedatangan Islam, mayoritas masyarakat Indonesia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap adanya roh, sedangkan dinamisme merupakan keyakinan bahwa benda memiliki kekuatan gaib. Masuknya Islam membuat kepercayaan tersebut luntur.
ADVERTISEMENT
Penyebaran Islam sendiri tidak lepas dari peran Wali Songo yang menyiarkan dakwah di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa. Kehadiran mereka membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih terarah dan tentram.
(ADS)