Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Perbedaan Isra dan Mi’raj yang Dialami Nabi Muhammad SAW
16 Februari 2023 10:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kedua peristiwa ini terjadi pada suatu malam di tahun pertama sebelum hijriah, yaitu antara 620-621 M. Dikutip dari laman Kemenag RI, al-Allamah al-Manshurfuri menyebut peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Dua peristiwa ini sangat penting dalam sejarah Islam. Sebab dari sanalah muncul perintah Allah SWT kepada umat manusia untuk menjalankan sholat wajib lima waktu.
M Syukron Kholidi dalam buku Hidup Adalah Surga menyampaikan, perjalanan ini berawal dari kegelisahan dan kesedihan Rasulullah SAW karena mendapat teror dan hujatan dari kaum kafir dan musyrik. Hal ini dialami Rasul saat ia sedang berduka sepeninggal istri dan pamannya, Siti Khadijah dan Abu Thalib untuk selama-lamanya.
Untuk menghiburnya, Allah SWT mengundang Rasul melakukan perjalanan malam yang dikenal dengan Isra Mi'raj. Saat itulah, Rasul mengalami serangkaian peristiwa yang belum pernah dialami manusia mana pun.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa saja perbedaan dari peristiwa Isra dan Mi’raj?
3 Perbedaan Isra dan Mi’raj
Melansir dari laman Balitbang Kemenag RI, setidaknya ada tiga perbedaan mendasar dari dua peristiwa penting dalam sejarah agama Islam ini yaitu pengertian, tempat kejadian, dan kendaraan yang digunakan Rasul. Berikut penjelasan lengkap masing-masing perbedaan Isra dan Mi’raj:
1. Pengertian
Kedua peristiwa ini memiliki pengertian yang berbeda. Isra adalah bentuk mashdar dari ‘asra` yusri isra-an’ yang asal katanya memiliki arti perjalanan di waktu malam.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
ADVERTISEMENT
Artinya: Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
Sementara kata Mi’raj merupakan bentuk isim alat dari ‘araja ya`ruju `urujan’ yang memiliki arti tangga. Peristiwa ini disebut dalam Al-Quran surat Al-Najm ayat 13 – 18 yang berbunyi:
وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ
اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى
لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى
Artinya: Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.
ADVERTISEMENT
2. Tempat kejadian
Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran di atas, terdapat perbedaan kedua dari Isra dan Mi'raj yakni tempat kejadiannya. Para ulama mengatakan, Isra adalah perjalanan Rasulullah dari Masjid al-Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsa di Yerusalem Palestina.
Sementara itu, Mi’raj adalah perjalanan naiknya Rasul dari Masjid al-Aqsa ke Sidratul Muntaha melewati tujuh lapis langit. Pada perjalanan inilah, Rasul menghadap kepada Allah SWT.
3. Kendaraan yang digunakan
Perbedaan juga ditemukan pada alat atau kendaraan yang digunakan Rasulullah SAW selama perjalanan. Sejarah mencatat, Rasul menaiki buraq bersama dengan malaikat Jibril dalam peristiwa Isra. Hal ini sebagaimana disampaikan hadist dari Imam Nawawi berikut ini:
“Buraq adalah nama seekor binatang yang pernah dinaiki Rasulullah SAW pada malam Isra.” (HR. Muslim).
Sementara dalam perjalanan Mi’raj, sebagaimana disampaikan M Syukron Kholidi dalam buku yang sama, Rasulullah tidak menggunakan kendaraan apapun menuju Sidratul Muntaha. Beliau menghadap Allah SWT seorang diri dengan menaiki tangga demi tangga.
ADVERTISEMENT
(NSA)