Konten dari Pengguna

3 Tokoh Muhammadiyah yang Berjasa Pada Masa Awal Pembentukan Organisasinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
10 September 2021 11:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi organisasi Islam Muhammadiyah. Foto: Arsip Muhammadiyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi organisasi Islam Muhammadiyah. Foto: Arsip Muhammadiyah
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah adalah nama organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H. Tujuan pembentukannya untuk membenarkan ajaran Islam di kalangan masyarakat Indonesia yang tidak lagi murni karena pengaruh paham animisme dan dinamisme.
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang menjadi tujuan dibentuknya organisasi ini ialah pengaruh paham modern masa kolonial Belanda yang menganut liberalisme dan sekulerisme. Beberapa paham ini dianggap bertentangan dengan konsep ajaran Islam. Sehingga jika tidak segera diatasi akan berakibat fatal nantinya.
Dalam catatan sejarah, dikenal beberapa tokoh Muhammadiyah yang berjasa dalam membentuk serta menyebarkan ajaran Islam secara murni ke masyarakat Indonesia. Siapa saja mereka? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Tokoh Muhammadiyah di Indonesia

Berikut beberapa tokoh muhammadiyah yang berjasa pada masa awal pembentukan organisasinya:
1. KH. Ahmad Dahlan
Ilustrasi ahmad dahlan. Foto: wikipedia
Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah pendiri Organisasi Islam Muhammadiyah sekaligus seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Sejak kecil, beliau memiliki nama panggilan Muhammad Darwis.
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, KH. Ahmad Dahlan lebih dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah. Ajaran yang dibawanya menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam.
Mengutip buku Mengenal Tokoh-tokoh Muhammadiyah karya Siti Nur Aidah, masa pendidikan KH. Ahmad Dahlan sudah dimulai sejak usianya masih belia. Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ia pulang kembali ke kampungnya pada tahun 1888 dan mulai menyebarkan ajaran Islam yang murni.
Kemudian pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Di Mekah, Ahmad Dahlan terus mendalami ilmu agamanya. Hingga akhirnya ia wafat pada tanggal 23 Februari 1923. Ia dimakamkan di kampung halamannya, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
2. KH. Ibrahim
Ilustrasi KH. Ibrahim. Foto: arsip Muhammadiyah
K.H. Ibrahim lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874. Ia merupakan putra dari K.H. Fadlil Rachma­ningrat, seorang Penghulu Hakim Kesul­tanan Yogyakarta pada zaman Sultan Hamengku­buwono ke VII.
Masa kecil Ibrahim selalu dibimbing oleh orang tuanya untuk mengkaji Al-Qur’an. Masa ini dimulai sejak usianya menginjak 5 tahun. Ia juga dibimbing memperdalam ilmu agama oleh saudaranya sendiri, KH. Muhammad Nur.
Kemudian Ibrahim menunaikan ibadah haji pada usia 17 tahun dan dilanjutkan dengan menuntut ilmu di Mekkah selama kurang lebih 8 tahun. Pada tahun 1902 ia pulang ke tanah air dan dipercaya melanjutkan peran Ahmad Dahlan.
K.H. Ibrahim dikenal sebagai ulama besar dan berilmu tinggi. Ia begitu dihormati dan dihargai masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Banyak orang berduyun-duyun mengaji ke hadapan beliau. Ini karena KH. Ibrahim termasuk seorang ulama besar yang cerdas,wawasannya begitu luas dan ilmu agamnya sangat dalam.
Ia bahkan hafal Al-Quran dan beberapa hadist. Ia juga pandai qira’ah dan dikenal mahir berbahasa Arab.
KH. Ibrahim memegang kuasa atas organisasi Islam Muhammadiyah tepat setelah KH. Ahmad Dahlan Wafat. Jasanya dalam masa pembentukan awal organisasi Muhammadiyah tak tergantikan.
3. KH. Hisyam
KH. Hisyam. Foto: arsip Muhammadiyah
K.H. Hisyam dilahirkan di Kauman, Yogyakarta, pada 10 November 1883. Kariernya di Muhammadiyah berlangsung selama kurang lebih seperempat abad.
Sebelum menjabat sebagai ketua pengurus besar, K.H. Hisyam menduduki jabatan Ketua Bagian Sekolahan pada masa kepemimpinan K.H. Ibrahim. Beliau digambarkan sebagai seorang yang memiliki dua macam keahlian yaitu di bidang administrasi dan manajemen.
ADVERTISEMENT
Namun diriwayatkan bahwa pokok minatnya tertuju pada bidang pendidikan dan pengajaran. Sehingga ia pun dipercaya menduduki posisi Ketua Bagian Sekolahan.
Mengutip buku Abad Muhammadiyah karya Prof. Dr. Abdul Munir, dkk., ada banyak sekali sekolah Muhammadiyah yang didirikan atas usahanya, seperti volkschool (sekolah desa), vervolgschool, standaardschool, dan HIS. Sekolah ini didirikan dengan organisasi bermutu yang senantiasa diawasinya.
Sekolah-sekolah tersebut didirikannya bukan di kota saja, tetapi juga di desa-desa. Kebijakannya dalam melancarkan usaha kesekolahan Muhammadiyah telah memodermisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah selaras dengan kebijakan pendidikan pemerintah.
Berkat usahanya, beberapa sekolah Muhammadiyah dapat memenuhi standar dan syarat yang ditentukan pemerintah sehingga memperoleh subsidi. Ia bahkan mendapatkan penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda saat itu berupa bintang tanda jasa yaitu Ridder Orde van Oranje Nassau.
ADVERTISEMENT
(MSD)