news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

4 Amalan 10 Hari Terakhir Ramadhan Sesuai Ajaran Nabi Muhammad SAW

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
19 Maret 2025 10:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi amalan 10 hari terakhir Ramadhan. Foto: unsplash/Mufid Majnun
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi amalan 10 hari terakhir Ramadhan. Foto: unsplash/Mufid Majnun
ADVERTISEMENT
Dalam sejumlah riwayat shahih disebutkan bahwa Lailatul Qadar turun pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Untuk meraih keutamaannya, umat muslim pun berlomba-lomba mengerjakan ibadah wajib dan sunnah di momen istimewa ini.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, malam Lailatul Qadar membawa limpahan rahmat, ampunan dosa, serta pahala berlipat ganda bagi siapa saja yang menghidupkannya dengan ibadah. Itu mengapa, umat muslim dianjurkan untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
Ada banyak amalan yang bisa kerjakan. Namun, amalan tersebut harus dijalankan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan supaya mendapatkan ridha-Nya.
Lantas, apa saja amalan 10 hari terakhir Ramadhan yang dianjurkan? Untuk mengetahuinya, simaklah informasi yang disajikan dalam artikel berikut.

Amalan 10 Hari Terakhir Ramadhan

Ilustrasi amalan 10 hari terakhir Ramadhan. Foto: Pexels/Thirdman
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan, bahkan disebut lebih baik dari seribu bulan. Pada malam ini, setiap ibadah yang dilakukan umat muslim akan dilipatgandakan pahalanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Qadr ayat 2-3:
ADVERTISEMENT
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ۝٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ۝٣
Artinya: "Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan." (QS Al-Qadr: 2-3)
Bicara soal waktunya, dalam hadis Nabi Muhammad SAW disebutkan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Beliau bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada tanggal gasal dari 10 terakhir bulan Ramadhan."
Untuk menjumpai malam Lailatul Qadar, Nabi Muhammad SAW melakukan berbagai ibadah dan amalan kebaikan. Disadur dari buku Menghidupkan 10 Malam Terakhir Ramadhan oleh Syaikh 'Abdullah Al-Jarullah, berikut beberapa amalan 10 hari terakhir Ramadhan yang dicontohnya Nabi SAW:

1. I'tikaf

Nabi Muhammad melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar. Hal ini dijelaskan dalam hadis dari Aisyah r.a.:
ADVERTISEMENT
"Bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau." (HR Bukhari dan Muslim)
Pada malam-malam tersebut, beliau menghentikan semua kesibukan dunianya, mengosongkan pikirannya, dan mengasingkan diri demi bermunajat kepada Allah SWT. Selama i'tikaf, ibadah yang dapat dilakukan antara lain salat malam, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan berdoa.
Dengan i’tikaf, seorang muslim dapat lebih fokus mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meraih keutamaan malam Lailatul Qadar.

2. Salat Malam

Rasulullah SAW mengajak keluarga dan sahabatnya untuk mengerjakan salat malam pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Sedangkan, pada malam-malam lainnya, beliau tidak melakukannya secara khusus.
Dalam hadis Abu Dzar r.a. disebutkan: "Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam melakukan salat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga, dua puluh lima, dan dua puluh tujuh dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak (salat) keluarga dan istri-istrinya pada malam dua puluh tujuh saja."
ADVERTISEMENT
Hadis tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya membangunkan keluarga dan sahabatnya untuk mengerjakan salat malam. Dengan begitu, mereka pun dapat meraih keutamaan Lailatul Qadar.

3. Menjauhkan Diri untuk Berhubungan Suami Istri

Ilustrasi Lailatul Qadar. Foto: Unsplash/Andres Garcia
Nabi Muhammad SAW tidak mendekati istrinya pada malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan. Artinya beliau juga tidak melakukan hubungan suami istri pada waktu itu.
Dalam hadis Anas r.a. disebutkan, "Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi istri-istrinya (tidak menggauli mereka)."
Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW menjalankan i’tikaf pada malam-malam tersebut. Berdasarkan dalil dari nash dan ijma', orang yang sedang i’tikaf tidak diperkenankan untuk melakukan hubungan suami istri. Allah SWT berfirman:
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ ۝١٨٧
ADVERTISEMENT
Artinya: "Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa." (QS Al-Baqarah: 187)

4. Mandi antara Maghrib dan Isya'

Pada malam-malam yang diharapkan turunnya Lailatul Qadar, umat muslim dianjurkan untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian, dan mengenakan pakaian terbaik. Anjuran ini sesuai dengan kebiasaan Rasulullah SAW yang mandi antara maghrib dan isya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah r.a., "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhi diri dari (menggauli) istri-istrinya, serta mandi antara maghrib dan isya."
Namun, berhias secara lahir tidaklah sempurna tanpa diiringi dengan berhias secara batin, yakni dengan bertaubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin menghadap Allah SWT sebaiknya memperindah diri, baik secara lahir maupun batin.
يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ ۝٢٦
Artinya: "Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat." (QS Al-A'raaf: 26)
ADVERTISEMENT
(NSF)