4 Budaya Jepang yang Unik, Salah Satunya Merayakan Hari Kedewasaan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2024 13:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Budaya Jepang yang Menarik dan Berkaitan dengan Agama. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Budaya Jepang yang Menarik dan Berkaitan dengan Agama. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jepang terkenal sebagai negara yang maju dan unggul dalam teknologi. Meski begitu, masyarakatnya masih memegang erat budaya Jepang yang diwariskan turun-menurun.
ADVERTISEMENT
Budaya Jepang banyak dipengaruhi dua agama besar, yakni Shintoisme dan Buddha. Shintoisme memang tidak familiar di telinga kita, tapi kepercayaan ini sudah eksis lebih dari 2000 tahun lalu di Jepang.
Menurut laman familysearch.org, Shintoisme sangat kental akan ritual, sehingga sebagian orang Jepang mungkin tidak menganggapnya sebagai agama, melainkan ritual semata.
Oleh karena itu, kerap ditemukan ajaran Buddha yang dipraktikkan bersama ritual Shinto. Selengkapnya, simak sederet budaya Jepang di bawah ini.

Daftar Budaya Jepang

Daftar Budaya Jepang. Foto: Unsplash
Dirangkum dari situs familysearch.org dan education.jnto.go.jp, berikut daftar budaya Jepang yang akan menambah wawasanmu.

1. Hatsu Miyamairi

Hatsu Miyamairi atau biasa juga disebut Omiyamairi berarti "kunjungan kuil". Ini merupakan budaya keluarga Jepang untuk membawa bayi yang baru lahir ke kuil Shinto.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini dilakukan pada 31 hari setelah kelahiran bayi laki-laki, dan 33 hari setelah kelahiran bayi perempuan. Tujuannya untuk menunjukkan rasa syukur atas kelahiran anak tersebut.
Bayi akan dipakaikan kimono putih atau gaun putih khusus. Kemudian mereka biasanya digendong neneknya dalam prosesi ini.

2. Seijin No Hi

Seijin no Hi (Hari Kedewasaan) adalah ritual peralihan usia dalam budaya Jepang. Ritual ini bertujuan untuk menyambut mereka yang telah berusia 20 tahun ke atas.
Dalam sejarahnya, Seijin no Hi telah dipraktikkan di Jepang sejak tahun 714 M. Pada masa itu, pangeran muda akan mengenakan jubah baru dan mengubah gaya rambutnya untuk mencerminkan usia yang beranjak dewasa.
Kemudian dalam perkembangannya, di hari perayaan ini, orang yang beranjak dewasa akan berkumpul dan mendengar pidato dari pejabat pemerintahan. Budaya ini diadakan setiap tahun pada hari senin kedua bulan Januari.
ADVERTISEMENT

3. Kanreki

Ilustrasi Budaya Jepang. Foto: Unsplash
Jepang menganggap usia sebagai hal yang harus dirayakan. Bukan hanya saat kelahiran dan usia 20-an, tapi juga di usia 60 tahun.
Kanreki secara istilah berarti "kembali" dan "kalender", maksudnya seperti kembali ke siklus awal kehidupan. Dalam kalender tradisional Jepang, seseorang yang berusia 60 tahun dianggap telah menyelesaikan satu siklus kalender.
Saat Kanreki, pria atau wanita yang merayakannya mengenakan rompi dan topi berwarna merah cerah. Mereka duduk di atas bantal merah, dan diberi kipas berwarna putih.
Semua makanan, bingkisan, dan dekorasi harus bertema merah sebagai harapan agar orang yang berulang tahun senantiasa panjang umur dan sehat.

4. Matsuri

Matsuri adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti festival. Budaya festival Jepang banyak yang berdasar pada Shinto serta kehidupan agraris mereka.
ADVERTISEMENT
Matsuri sering dilaksanakan pada hari libur tradisional. Hampir setiap wilayah dan kota memiliki setidaknya satu Matsuri di akhir musim panas, awal musim gugur, atau hari panen.
Festival-festival ini menampilkan prosesi akbar, pasar festival, dan perayaan lokal lainnya. Beberapa festival yang terkenal adalah Nebuta di Aomori, dan Eisa di Okinawa.
(DEL)