Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
4 Ritual Malam 1 Suro dan Tradisinya di Berbagai Daerah
26 Juni 2024 15:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perayaan malam 1 Suro di Indonesia kerap dihiasi dengan sejumlah tradisi dan ritual. Ada banyak ritual dan tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang, mulai dari siraman, tapa mbisu, melarung sesaji, hingga upacara adat lainnya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam Majalah Adiluhung Edisi 4 (2020), tradisi malam 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram yang tercatat dalam penanggalan Islam. Tradisi ini berawal dari ketetapan Sultan Agung Hanyokrokusumo, Kesultanan Mataram Islam pada 8 Juni 1633 M.
Suro yang semula dihitung berdasarkan tahun Saka yang mengikuti peredaran matahari, akhirnya diubah menjadi tahun Hijriah yang mengikuti peredaran bulan. Momen ini biasanya diperingati pada malam hari, tepatnya ba'da (setelah) maghrib sebelum tanggal 1 Suro.
Tiap daerah memiliki tradisi yang berbeda dalam menjalankan ritual malam 1 Suro. Simak ragamnya dalam artikel berikut.
Ritual Malam 1 Suro dan Tradisi Pelaksanaannya
Di sebagian besar wilayah Jawa, sejumlah masyarakat masih memegang erat tradisi Kejawen. Setiap malam 1 Suro, mereka akan mengadakan ritual khusus yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya.
ADVERTISEMENT
Seperti disebutkan sebelumnya, setiap daerah memiliki tradisi dan ritual yang berbeda-beda. Berikut penjelasan singkatnya yang bisa Anda pahami:
1. Ngalap Berkah
Setiap malam 1 Suro, Gunung Kawi dipenuhi oleh pengunjung yang ingin ngalap berkah dari para leluhurnya. Mereka memenuhi area pemakaman (pesarean) dan melaksanakan sejumlah prosesi khusus di malam tersebut.
Sambil beristirahat di penginapan dekat makam, pengunjung biasanya mengadakan upacara ritual. Dalam keheningan malam, mereka akan melantunkan doa dan menambatkan harapan pada Tuhan yang Maha Esa.
Di waktu bersamaan, banyak pedagang yang menggelar lapak untuk menjajakan bunga, kemenyan, lilin, hio (dupa), dan perlengkapan sesaji lainnya. Sejak maghrib, area Gunung Kawi akan dipadati pengunjung dan warga setempat sampai dini hari.
2. Sedekah Gunung
Mengutip buku Internasionalisasi Bahasa Indonesia: Perspektif Lintas Negara susunan Mohammad Zain Musa, dkk., masyarakat yang tinggal di Lereng Gunung Merapi rutin mengadakan sedekah gunung tiap malam 1 Suro. Tujuannya untuk memohon keselamatan dari segala macam bala dan bencana.
ADVERTISEMENT
Saat upacara digelar, masyarakat akan menyiapkan sesajen berupa kepala kerbau. Nantinya, sesajen tersebut akan dilarung dan diterjunkan ke kawah puncak Gunung Merapi.
Di akhir acara, tetua adat akan memimpin doa bersama untuk meminta pertolongan Tuhan. Momen ini dimanfaatkan untuk mensyukuri nikmat yang sudah dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa, baik berupa hasil panen maupun hasil bumi.
3. Kirab Kerbau Kyai Slamet
Di Keraton Kasunanan Surakarta, masyarakat biasa mengadakan ritual Kirab Kerbau Kyai Slamet. Ritual ini diadakan setiap malam 1 Suro dengan cara menggiring kerbau bule kelilig kampung.
Tujuannya untuk memohon keberkahan dan keberuntungan dari hewan tersebut kepada Tuhan. Tradisi ini biasanya dibarengi dengan proses pemandian kris pusaka.
4. Padusan
Banyak warga Boyolali yang masih menjalankan ritual Pemandian di Umbul Pengging setiap malam 1 Suro. Mereka akan melakukan padusan (mandi) dan merendam diri di dalam air sampai sebatas leher.
ADVERTISEMENT
Umumnya, ritual dilakukan di malam hari, yakni mulai pukul 00.00 sampai 03.00 pagi. Masyarakat Boyolali biasa menyebutnya dengan istilah “kungkum pengging”.
(MSD)