Konten dari Pengguna

5 Pahlawan dari Papua dan Kisah Perjuangannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
7 November 2024 13:46 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pahlawan dari Papua. Foto: Unsplash/Inna Safa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pahlawan dari Papua. Foto: Unsplash/Inna Safa
ADVERTISEMENT
Sebagai warga Indonesia, sudah seharusnya kita mengenal pahlawan-pahlawan yang telah berjasa untuk kemerdekaan bangsa, termasuk pahlawan dari Papua.
ADVERTISEMENT
Pulau di ujung paling timur Indonesia ini juga memiliki putra-putri yang turut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setiap pahlawan memperjuangkan kemerdekaan dengan caranya masing-masing. Ada yang terjun langsung dalam perang, bergerilya, atau memanfaatkan politik dan pendidikan.
Ingin tahu siapa saja pahlawan dari Papua? Simak uraiannya di bawah ini!

Sejarah Terbebasnya Papua dari Kekuasaan Belanda

Ilustrasi pahlawan dari Papua. Foto: Unsplash/James Tiono
Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka, perjuangan pahlawan Papua belum selesai. Perjuangan terus berlanjut hingga Papua kembali ke tangan Indonesia melalui Perjanjian New York.
Perjanjian New York merupakan perjanjian antara pemerintahan Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada 15 Agustus 1962.
Isi perjanjian tersebut memuat kesepakatan pemindahan kekuasaan atas Irian Barat dari tangan Belanda ke Indonesia melalui operasi Trikora. Operasi tersebut dilaksanakan oleh Komando Mandala yang dipimpin Mayjen Soeharto.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Sejarah SMP Kelas IX oleh Drs. Anwar Kurnia dan Drs. H. Moh. Suryana, pada Maret sampai Agustus 1962, Sekjen PBB, U Thant, mengutus diplomat Amerika Serikat, Eellsworth Bunker, untuk menengahi perselisihan Indonesia dengan Belanda.
Kemudian, pihak Amerika menginisiasi Perjanjian New York. Indonesia diwakili Dr. Subandrio dan Belanda diwakili Van Roijen dan Schurmann.
Mengutip buku IPS Terpadu untuk SMP dan MTs Kelas IX Semester 2 oleh N. Suparno dkk., isi Perjanjian New York, yaitu:
ADVERTISEMENT
Menyadur Buku Siswa Sejarah Indonesia untuk SMA/MA oleh Arif Pradono dkk., tahap pertama Pepera dilaksanakan pada 24 Maret 1969.
Dilanjutkan tahap kedua pada Juni 1969, dan tahap ketiga pada 14 Juli sampai 4 Agustus 1969.
Lalu, pada 19 November 1969, Sidang Umum PBB ke-24 menerima hasil Pepera yang menyatakan bahwa masyarakat Irian Barat ingin tetap menjadi bagian dari Republik Indonesia. Sejak saat itu, Irian Barat yang saat ini dikenal dengan nama Papua Barat kembali menjadi bagian dari Indonesia.

Daftar Pahlawan dari Papua

Pada masa penjajahan Indonesia hingga usai kemerdekaan, banyak konflik terjadi di Papua. Para pahlawan Papua memiliki peran masing-masing dalam mengusir penjajah hingga merebut kembali Papua ke tangan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menghimpun buku Ensiklopedi Pahlawan Nasional oleh Julinar Said dkk. dan Ensiklopedia Pahlawan Nasional oleh Kuncoro Hadi dkk., berikut daftar pahlawan dari Papua:

1. Frans Kaisiepo

Frans Kaisiepo lahir pada 10 November 1921, di Biak, Irian Jaya. Pada 31 Agustus 1945, ia bersama Marthey Indey dan Silas Papare melakukan upacara pengibaran bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Frans merupakan pencetus pemberontakan rakyat Biak melawan penjajahan Belanda. Ia menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke Konferensi Meja Bundar di Belanda. Akibatnya, Frans dihukum pada 1954 hingga 1962.
Kemudian, Frans mendirikan Partai Politik Irian yang menuntut penyatuan kembali Nederlands Nieuw Guinea dalam kekuasaan RI. Selain itu, Frans membantu dan melindungi para pejuang Indonesia yang menyelundup ke Papua pada masa Trikora.
ADVERTISEMENT
Pada 1964, Frans diangkat menjadi Gubernur Provinsi Irian Jaya dan Ketua DPRD. Selama menjabat, ia berusaha memenangkan Pepera, sehingga Irian Jaya dapat bersatu kembali dengan Republik Indonesia.
Frans pernah menjabat sebagai anggota MPR-RI pada 1973 hingga 1979. Pahlawan dari Papua ini meninggal pada 10 April 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cenderawasih, Biak.

2. Silas Papare

Pahlawan dari Papua selanjutnya adalah Silas Papare yang ikut mengibarkan bendera Merah Putih bersama Frans Kaisiepo. Silas Papare juga termasuk pelopor pejuang Papua yang gigih memperjuangkan pengembalian Irian Barat ke Republik Indonesia.
Pada 29 September 1945, Silas membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) bersama mantan Digulis Harjono dan Suprapto untuk membela dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan serta dapat menangani pemulangan para tawanan perang.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada 23 November 1946, Silas mendirikan Partai Kemerdekaan Irian yang mengakibatkan dirinya dipenjara di Biak. Ia juga sempat menjadi delegasi RI ke Konferensi Meja Bundar serta membentuk Badan Perjuangan Irian dan Kompi Irian 17 di Markas Angkatan Darat.
Silas Papare adalah sosok yang membentuk Provinsi Irian Barat sebagai tandingan Provinsi Irian yang dibentuk Pemerintah Belanda.

3. Marthen Indey

Marthen Indey adalah pahlawan dari Papua yang lahir pada 16 Maret 1912. Ia mengenal istilah nasionalisme pertama kali pada saat bertugas sebagai Polisi Hindia Belanda di Tanah Merah.
Akhir Desember 1945, kelompok Marthen Indey mempersiapkan pemberontakan untuk melenyapkan kekuasaan Belanda di Irian Barat. Marthen juga pernah menjadi anggota Komite Indonesia Merdeka yang didirikan Silas Papare.
ADVERTISEMENT
Pada 1962, Marthen menyusun kekuatan gerilya dan membantu menyelamatkan anggota Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang didaratkan di Irian Barat selama Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora).
Marthen juga sempat menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Irian Jaya pada 1963 hingga 1968. Kemudian, ia menjabat sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan mayor tituler.

4. Johannes Abraham Dimara

Johannes Abraham Dimara merupakan putra asli Irian, keturunan kepala kampung, Wiliam Dimara. Saat usianya 13 tahun, ia diangkat anak oleh orang Ambon bernama Elisa Mahubesi dan dibawa ke Ambon.
Saat Jepang mulai masuk ke Indonesia, Johannes masuk menjadi anggota Heiho. Kemudian, usai kemerdekaan Indonesia, jiwa nasionalismenya mulai tumbuh.
Johannes Abraham Dimara bersama 40 anggota pasukan gerilyawan melakukan infiltrasi ke Irian Barat pada pertengahan Oktober 1954. Tujuan infiltrasi tersebut adalah membangkitkan perlawanan penduduk terhadap Belanda.
ADVERTISEMENT
Namun, rencana tersebut telah diketahui Belanda dan terjadi pertempuran antara gerilyawan Republik Indonesia dengan tentara Belanda. Akibatnya, 11 gerilyawan gugur dan dipenjara.
Johannes terus membantu perjuangan tentara Indonesia hingga diangkat menjadi ketua Organisasi Pembebasan Irian Barat (OPI). Johannes sempat ditahan Belanda selama lebih 6 tahun.
Saat presiden Soekarno mengumandangkan Trikora, Johannes menyeru kepada seluruh rakyat Irian Barat untuk mendukung penyatuan Irian Barat dengan Indonesia.
Atas jasa-jasanya, Johannes Abraham Dimara mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2000, sebulan setelah ia wafat.

5. Machmud Singgirei Rumagesan

Machmud Singgirei Rumagesan adalah Pahlawan Nasional yang lahir pada 27 Desember 1885. Machmud adalah raja muda Fakfak yang menjabat pada usia 21 tahun sebagai Raja Sekar.
Machmud terlibat konflik dengan sebuah perusahaan maskapai perminyakan asal Belanda, yakni Maatschppij Colijin. Mulanya, perusahaan Maatschppij Colijin difasilitasi Raja Machmud Singgirei Rumagesan dengan bantuan rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga, perusahaan setuju ketika pembayaran diberikan kepada Raja Rumagesan untuk didistribusikan. Namun, ternyata seiring berjalannya waktu hal tersebut tak sesuai dengan perjanjian yang menyebabkan rakyat pun turut marah.
Pada masa transisi Jepang, Machmud Singgirei Rumagesan dicari dan diberi sebuah gelar, Minanu Tokyo. Gelar tersebut adalah hinaan terhadap Machmud Singgirei Rumagesan karena dianggap tak bisa membaca.
Kemudian, Jepang datang ke daerahnya dan memintanya untuk tunduk kepada pemerintah Jepang. Pada 1945, saat Jepang kalah, sekutu masuk ke Irian dan meminta raja-raja Papua untuk mengibarkan bendera Belanda.
Pada 1 Maret 1946, Raja Machmud meminta rakyatnya untuk menurunkan bendera Belanda dan menantang Belanda. Hal tersebut juga dilakukan raja-raja Papua lain, seperti Raja Aituarauw.
Karena tindakan tersebut, terjadi pertempuran besar yang membaut Raja Machmud ditangkap dan dibawa ke Sorong. Meskipun begitu, raja tetap memberikan pengaruh besar untuk memberontak melawan penjajahan.
ADVERTISEMENT
(NSF)