Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
5 Teori Masuknya Hindu Buddha ke Indonesia
3 Januari 2021 15:07 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 6 Juni 2022 15:44 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Agama Hindu Buddha telah lama ada di Indonesia. Agama yang berkembang di India ini juga berhasil membangun peradaban yang maju di Nusantara.
Contohnya terlihat dari candi-candi megah seperti Borobudur dan Prambanan, serta kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang termahsyur di seantero Asia Tenggara.
Tidak ada kejelasan pasti kapan agama Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara. Namun para ahli sejarah mengajukan beberapa teori yang menjelaskan bagaimana bangsa India memperkenalkan kebudayaannya ke bangsa Indonesia.
Teori Masuknya Agama Hindu Buddha ke Indonesia
Pada dasarnya untuk mengetahui proses masuknya pengaruh agama Hindu dan agama Buddha ke Indonsia membutuhkan analisis yang mendalam.
Hal itu karena belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli mengenai siapa yang membawa agama dan kebudayaan Hindu Buddha ke Indonsia.
ADVERTISEMENT
Menurut Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia karangan Mariana, bangsa yang menyebarkan agama Hindu dan Buddha di Indonesia adalah India. Ini ditandai dengan adanya bukti hubungan dagang yang bersumber dari kitab Jataka dan kitab Ramayana.
Kemudian salah satu kitab sastra India yang dapat dipercaya, yakni Kitab Mahaniddesa. Isinya menjelaskan bahwa masyarakat India telah mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad ke-3 Masehi.
Sementara itu, kitab Geograpihike yang ditulis pada abad ke-2 juga menyebutkan bahwa ada hubungan dagang antara India dan Indonesia.
Berdasarkan dua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India. Adapun hubungan dagang tersebut terjadi secara intensif mulai abad ke 2-3 Masehi.
ADVERTISEMENT
Namun secara garis besar, para peneliti membagi proses masuknya agama dan budaya Hindu Buddha menjadi dua bagian. Pendapat pertama bertolak dari anggapan bahwa bangsa Indonesia berlaku pasif dalam proses masuknya agama Hindu Buddha.
Pihak yang pendukung konsep pertama ini selalu menganggap bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Teori pada konsep pertama meliputi Teori Brahmana, Teori Ksatria, Waisya, dan Sudra .
Sedangkan konsep kedua yang muncul lebih akhir memberikan peranan aktif ke bangsa Indonesia. Teori yang mendasari konsep kedua ini adalah Teori Arus Balik.
Agar memahami maksud dari proses dan lima teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia, simak tiap penjelasan teori tersebut di bawah ini. Berikut uraian lengkap teori masuknya Hindu Buddha ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Teori Brahmana
Menurut buku Sejarah 2 SMA Kelas XI karya Sardiman, berdasarkan teori ini para Brahmana seperti ahli ulama, ahli hukum, ahli kitab suci, dan sarjana sastra serta filsafat berperan membawa kebudayaan India ke Indonesia.
Menurut Van Leur, para penguasa mengundang para Brahmana dari India untuk dapat bertemu dengan orang-orang India yang memiliki taraf yang sama dan untuk meningkatkan kondisi negerinya. Dalam proses interaksi tersebut, para brahmana memperkenalkan kebudayaan yang berasal dari golongan mereka (brahmana).
Ini didasarkan pada peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha, terutama prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Palawa. Di India, bahasa Sanskerta hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Hanya golongan Brahmana yang menguasai penggunaan bahasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh C.C. Berg dan Mookerji. Para pendukung teori ksatria beranggapan bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh para ksatria, yakni golongan bangsawan dan prajurit perang.
Menyadur dari buku Sejarah Indonesia Paket C Tingkatan V Modul Tema 3 karya Nur Khosiah, saat itu persoalan politik terus berlangsung di India sehingga mengakibatkan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan terdesak.
Para ksatria yang kalah akhirnya mencari tempat lain sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah nusantara.
Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Buddha . Merekalah yang kemudian menjadi nenek moyang dinasti-dinasti Hindu-Buddha di Indonesia.
Teori Sudra
Menurut teori ini, kaum Sudra merupakan golongan yang dipandang rendah dalam masyarakat India. Teori ini dikemukakan oleh Van Faber.
ADVERTISEMENT
Teori Sudra beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan Sudra atau budak yang datang ke Indonesia untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Mereka menetap dan terjadilah asimilasi dan akulturasi dengan penduduk sekitar. Lambat laun masyarakat Indoneisa yang pada awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme berganti jadi memeluk agama Hindu atau Buddha.
Teori Waisya
Kaum Waisya yang berdagang ke Nusantara berlayar mengikuti angin. Jika angin tidak memungkinkan untuk kembali, mereka akan menetap sementara waktu.
Para pedagang juga menjalin hubungan baik dengan para penguasa pribumi agar perdagangan berjalan lancar. Dalam proses itulah terjadi komunikasi dan secara perlahan para pedagang turut menyebarkan budaya dan agama Hindu ke tengah-tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sejarah Indonesia Paket C Tingkatan V, di wilayah Indonesia barat, sampai sekarang masih ada suatu perkampungan, yaitu “Kampung Keling” yang merupakan tempat para pedagang-pedagang dari India menetap di Indonesia.
Teori Arus Balik
Menurut F.D.K. Bosch, masyarakat Indonesia tidak hanya menerima pengetahuan agama dari orang asing yang datang. Kebudayaan Hindu yang masuk ke Indonesia itu berdasarkan atas inisiatif dari bangsa Indonesia sendiri.
Sebab banyak orang dari Nusantara yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Di pengembaraan, mereka mendirikan sebuah organisasi yang sering disebut sanggha.
Setelah kembali di Indonesia, akhirnya mereka menyebarkan kembali ajaran yang telah didapatkan di India. Prof. Dr. Sutjipto Wiljo Suparto mengemukakan bahwa raja-raja yang tercantum dalam prasasti bukanlah orang India, melainkan orang Indonesia sendiri.
ADVERTISEMENT
(ERA dan ZHR)