Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
6 Cara Menghindari Hoax dalam Penyebaran Informasi Palsu di Internet
17 November 2023 13:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cara menghindari hoax perlu diketahui oleh masyarakat agar tidak mudah percaya dengan berita palsu. Di zaman sekarang ini, membaca dan berbagi informasi atau berita membutuhkan kecerdasan dan pemahaman yang baik.
ADVERTISEMENT
Berita hoax yang tersebar dapat menimbulkan keributan, kecemasan, perselisihan, bahkan perkataan yang mendorong kebencian. Dengan mempertimbangkan dampak buruknya tersebut, setiap orang harus memahami bagaimana menghindari situasi ini.
Selain itu, hoax juga dapat berdampak pada kesehatan mental, seperti berita hoax dapat menyebabkan kecemasan, menimbulkan kepanikan publik, hingga mengganggu emosi dalam jangka panjang.
Jika hoax dibiarkan berlanjut, maka penyebaran informasi palsu akan memengaruhi mentalitas masyarakat dalam memahami hoax. Akibatnya, tanpa mengklarifikasi sumber atau membuat perbandingan, informasi palsu jadi mudah untuk dipercaya.
Lantas, bagaimana cara mencegah hoax? Berikut ini adalah penjelasannya.
Cara Menghindari Hoax dengan Berpikir Kritis
Mengutip laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), berikut adalah beberapa cara menghindari hoax yang bisa dilakukan masyarakat:
ADVERTISEMENT
1. Hati-Hati dengan Judul Provokatif
Berita hoax sering kali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki pembuat hoax.
Oleh sebab itu, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs web online resmi, kemudian membandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.
Dengan demikian, setidaknya Anda sebagai pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang dari berita tersebut.
2. Jangan Mudah Percaya dengan Foto atau Video yang Beredar
Di era teknologi digital sekarang ini, menipulasi tidak hanya terjadi pada narasi tekstual. Konten lain seperti video maupun foto juga sangat mudah dimanipulasi.
Pembuat hoax dapat mengedit foto dan video untuk menarik sebanyak mungkin pembaca. Mereka yang ahli dalam mengedit akan bisa melakukan pengeditan yang sulit dibedakan keasliannya bagi orang awam.
ADVERTISEMENT
Inilah mengapa masyarakat harus berhati-hati dengan foto atau video yang beredar, khususnya di dunia maya. Cara mengecek keaslian foto bisa dengan menggunakan mesin pencari Google atau drag and drop ke kolom pencarian gambar Google.
Hasil pencarian tersebut akan menampilkan gambar serupa di internet sehingga masyarakat dapat membandingkannya.
3. Cermati Alamat Situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs yang dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi (misalnya menggunakan domain blog), maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43 ribu situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang harus diwaspadai.
ADVERTISEMENT
4. Periksa Fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya, apakah dari institusi resmi atau tidak. Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keseimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sedangkan opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
5. Ikut Serta Grup Diskusi Anti-hoax
Di Facebook, terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
ADVERTISEMENT
Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
6. Hati-Hati untuk Membagikan Berita atau Informasi
Saat ini, berbagi informasi atau berita membutuhkan kecerdasan dan pemahaman yang baik. Jangan mudah kesal dan terprovokasi jika tidak mengetahui sumber informasi yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Jangan hanya berbagi, terutama saat menambahkan perkataan yang mendorong kebencian. Masyarakat harus cerdik untuk menyaring informasi mana yang berguna dan informasi palsu yang tidak berguna.
(SFR)