Konten dari Pengguna

Ada di Surat Ali Imran, Ini Arti Kata Wastaghfirlahum

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
5 Desember 2024 18:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi arti kata wastaghfirlahum dalam surat Ali Imran ayat 159. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi arti kata wastaghfirlahum dalam surat Ali Imran ayat 159. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Setiap surat Al-Qur’an diturunkan untuk menyampaikan pesan melalui serangkaian kata yang bermakna, seperti halnya Surat Ali Imran yang memuat kata "wastaghfirlahum". Lalu, apa arti kata wastaghfirlahum?
ADVERTISEMENT
Surat Ali Imran adalah surat ketiga dalam Al-Qur’an, yang terdiri dari 200 ayat dan termasuk dalam kategori surat Madaniyah karena diturunkan di Kota Madinah. Adapun, kata wastaghfirlahum terdapat pada ayat 159.
Banyak orang penasaran tentang arti dari kata wastaghfirlahum. Kira-kira apakah arti dari ayat tersebut? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Mengenal Surat Ali Imran

Ilustrasi sejarah di balik turunnya surat Ali Imran. Foto: Pexels
Sebelum memahami arti dari kata wastaghfirlahum, penting untuk mengetahui latar belakang Surat Ali Imran terlebih dahulu. Menurut buku "Etika Pendidikan Islam Perspektif Tafsir Manajemen Pendidikan" karya Abdul Muhyi (2021), turunnya ayat ini berhubungan dengan peristiwa kekalahan yang dialami Nabi Muhammad dalam Perang Uhud.
Pada tahun ketiga Hijriah, pasukan Nabi Muhammad mengalami kekalahan saat bertempur melawan pasukan Quraisy di Bukit Uhud. Kekalahan tersebut disebabkan oleh ketidakpatuhan pasukan pemanah yang telah diinstruksikan untuk menjaga bukit, namun mereka justru turun untuk merebut harta rampasan perang.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, pasukan musuh berhasil mengambil alih posisi-posisi yang ditinggalkan dan melancarkan serangan balik. Meski demikian, Nabi Muhammad saw tetap menunjukkan sikap lembut dan tidak berlaku kasar terhadap mereka yang melanggar perintah.
Karenanya, ayat ini diturunkan untuk memberi contoh kepada umat Islam mengenai sikap sabar. Nabi Muhammad saw menunjukkan bagaimana menghadapi situasi sulit dengan penuh ketenangan, memaafkan, dan tetap berusaha untuk memperbaiki keadaan dengan bijaksana.

Arti Kata Wastaghfirlahum

Ilustrasi arti kata wastagfirlahum. Foto: Pexels
Kata wastaghfirlahum muncul dalam surat Ali Imran ayat 159. Ayat ini mengandung pesan penting tentang sikap Nabi Muhammad saw terhadap umatnya, terutama dalam situasi sulit. Berikut ini bunyi surat Ali Imran ayat 159 lengkap dengan Arab, latin, dan terjemahannya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
ADVERTISEMENT
Arab latin: Fabimaa rahmatin minallaahi linta lahum, walau kunta fazzan galizal-qalbi lanfaddu min ḥaulik(a), fa'fu 'anhum wastaghfir lahum wa syawirhum fil-amri), faidza 'azamta fatawakkal 'alallah(i), innallaha yuhibbul-mutawakkilin(a).
Artinya: "Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu.
Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."
Melalui bacaan Surat Ali Imran ayat 159 di atas, dapat disimpulkan bahwa arti dari kata wastaghfir adalah memohon ampunan, sementara kata lahum berarti bagi mereka. Jika kedua kata tersebut digabungkan, maka wastaghfirlahum dapat diartikan sebagai memohon ampunan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Perintah untuk memohon ampunan diberikan kepada Nabi Muhammad saw sebagai bentuk pengampunan terhadap umatnya yang melakukan kesalahan.
Hal tersebut juga menunjukkan sikap kelembutan dan kasih sayang Nabi Muhammad. Ia tetap memaafkan dan berdoa untuk umatnya meskipun mereka telah melanggar perintah.
(RK)