Konten dari Pengguna

Aktivitas Kelas yang Cocok Dilakukan untuk Melatih Proses Berpikir

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
27 Maret 2024 14:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aktivitas Kelas yang Cocok Dilakukan untuk Melatih Proses Berpikir. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas Kelas yang Cocok Dilakukan untuk Melatih Proses Berpikir. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Setelah guru merampungkan proses Pelatihan Mandiri di Platform Merdeka Mengajar (PMM), mereka akan dihadapkan dengan pertanyaan dalam kolom Cerita Reflektif. Salah satu pertanyannya adalah: aktivitas kelas seperti apa yang cocok Anda lakukan untuk melatih proses berpikir divergen atau konvergen pada peserta didik?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan di atas termuat dalam Modul 1 tentang Kreativitas dan Inovasi. Cerita Reflektif ini harus dikerjakan untuk menguji pemahaman guru terhadap kurikulum dalam modul tersebut.
Di samping Cerita Reflektif, ada pula Latihan Pemahaman yang berbentuk soal pilihan ganda. Keduanya bukan tes untuk menentukan kelulusan guru dalam Pelatihan Mandiri. Meski begitu, tes ini harus tetap dikerjakan sebagai latihan sebelum memasuki Post Test yang menjadi penentu kelulusan.

Jawaban Aktivitas Kelas Seperti Apa yang Cocok Anda Lakukan untuk Melatih Proses Berpikir

Jawaban Aktivitas Kelas Seperti Apa yang Cocok Anda Lakukan untuk Melatih Proses Berpikir Divergen atau Konvergen pada Peserta Didik. Foto: Unsplash
Untuk menjawab pertanyaan reflektif di atas, guru harus memahami arti cara berpikir divergen serta konvergen terlebih dahulu. Dalam jurnal Perbedaan Hasil Belajar Antara Gaya Berpikir Divergen dan Konvergen Mata Kuliah Gelombang Mahasiswa Pendidikan Fisika yang disusun Sukainil Ahzan dan Syifa’ul Gummah, dijelaskan mengenai kedua cara berpikir tersebut.
ADVERTISEMENT
Cara berpikir konvergen adalah pandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Seseorang yang berpikir konvergen akan mengumpulkan pengetahuan dari berbagai sumber untuk mencari sebuah jawaban atau solusi yang tepat.
Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Mereka mempertimbangkan banyak hal dalam pencarian solusi dan sering menyajikan jawaban yang kesannya subjektif.
Masing-masing cara berpikir memiliki keunggulan. Seseorang yang berpikir divergen cenderung mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan menemukan bermacam bentuk penyelesaian masalah. Inilah mengapa mereka kerap dianggap kreatif.
Adapun pemikir konvergen lebih unggul dalam memutuskan solusi terbaik terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Mereka mampu menghubungkan pola antar masalah untuk mencari solusi yang tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa guru harus menjawab pertanyaan Cerita Reflektif di atas?
Jawaban Aktivitas Kelas Seperti Apa yang Cocok Anda Lakukan untuk Melatih Proses Berpikir Divergen atau Konvergen pada Peserta Didik. Foto: Pexels
Guru harus menjawab pertanyaan di atas berdasarkan materi-materi yang telah diberikan dalam Pelatihan Mandiri Modul 1 tentang Kreativitas dan Inovasi. Tuliskan metode pembelajaran yang sekiranya efektif dan sesuai dengan kebutuhan mandiri.
Sebagai contoh, Anda dapat memilih metode Project Based Learning (PjBL) dengan harapan membantu murid berpikir kritis dan analitis pada saat menghadapi tugas atau proyek yang diberikan. Ini merupakan metode yang sudah banyak dipraktikkan di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat.
Mengutip buku Panduan Project Based Learning (2020) yang disusun Teknik Informatika Universitas Bina Darma, Project Based Learning merupakan pembelajaran yang memberikan tantangan kepada murid berdasarkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian mereka diminta untuk memecahkan masalah tersebut secara berkelompok.
ADVERTISEMENT
Model pembelajaran PjBL tidak menekankan pada hasil akhir, melainkan pada proses bagaimana murid menghasilkan sebuah solusi atau produk. Pendekatan ini membuat murid akan mendapatkan pengalaman yang berharga dan mendorong mereka untuk aktif dalam proyeknya.
(DEL)