Konten dari Pengguna

Alasan H.B Jassin Bersusah Payah Mengumpulkan Dokumentasi Sastra

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
12 Agustus 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dokumentasi karya sastra. Foto: Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokumentasi karya sastra. Foto: Unsplash.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hans Bague Jassin merupakan sastrawan, kritikus, dan dokumentator sastra tersohor di Indonesia. Sejak kecil, ia senang menyimpan segala dokumen kesusastraan hingga jumlahnya mencapai ribuan. Lantas, apa yang membuat H.B Jassin bersusah payah mengumpulkan dokumentasi sastra?
ADVERTISEMENT
Minat Jassin terhadap dokumentasi dimulai pada tahun 1920-an. Saat itu, usianya yang baru 10 tahun sudah gemar menyimpan buku-buku sekolahnya dengan rapi.
Kebiasaan itu pun berlanjut sampai kuliah dan bekerja di Balai Pustaka. Koleksi dokumentasi sastra Jassin dari tahun ke tahun semakin banyak.
Sampai pada akhirnya, koleksi itu dikumpulkan dalam Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang diresmikan di Taman Ismail Marzuki pada 1977.

Mengapa H.B Jassin Bersusah Payah Mengumpulkan Dokumentasi Sastra?

Ilustrasi karya sastra. Foto: Unsplash.
Kegemaran H.B Jassin dalam mengumpulkan dokumen sastra tidak terlepas dari peran sang ayah, Bague Mantu Jassin, yang memiliki perpusatakaan pribadi di rumahnya.
Jassin kecil sering membaca koleksi buku ayahnya, meski belum mengerti betul apa yang tertulis di dalamnya. Ia juga terbiasa menyiman buku-buku miliknya dengan rapi agar tidak ada halaman yang sobek.
ADVERTISEMENT
Jassin mulai menulis karya sastra saat melanjutkan pendidikan di HBS Medan. Ia kerap mendapat tugas menulis laporan setelah pulang tamasya. Dokumen-dokumen itu ia simpan bersama dengan dokumen kesusastraan miliknya yang terdiri dari novel, cerpen, surat, serta guntingan surat kabar tentang karya sastra dan pengarangnya.
Bagi Jassin, dokumentasi adalah alat untuk memperpanjang ingatan, memperdalam, dan memperluasnya. Selain itu, karya-karya sastra tersebut juga perlu dipelihara dengan baik dan sistematis
Dikutip dari buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia oleh Bambang Trimansyah (2022), modal dasar dalam memelihara dokumentasi karya sastra adalah ketekunan dan ketelitian mengikuti segala kejadian di lapangan kesusastraan, seperti penerbitan buku, tulisan-tulisan dalam majalah, dan surat kabar. Yang tidak kalah penting, dokumentator juga harus memanfaatkan dokumentasi sastra secara maksimal.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, saat ini banyak lembaga penyimpan arsip dan dokumen yang dapat diakses publik memperlakukannya sebagai barang mati. Jassin pun berharap dokumentasi sastra yang telah dibangun bisa menjadi bahan penyelidikan, lalu hasilnya diterbitkan dalam berbagai publikasi.

Profil Singkat H.B Jassin

Ilustrasi H.B Jassin. Foto: Kemdikbud.
H.B Jassin lahir di Gorontalo pada 31 Juli 1917 dari pasangan Bague Mantu Jassin dan Habiba Jau. Dikutip dari laman Kemdikbud, Jassin kecil bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Balikpapan pada 1927-1929. Tiga tahun berselang, ia merantau ke Medan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Hogere Burgerschool (HBS).
H.B Jassin menikah tiga kali. Istri pertamanya bernama Tientje van Buren, sayang keduanya harus bercerai. Pada 1946, Jassin menikah lagi dengan Arsita. Mereka dikaruniai dua orang anak bernama Hanibal Jassin dan Mastina Jassin. Namun, kebahagiaan tersebut berakhir setelah Arsita wafat pada 1962.
ADVERTISEMENT
Di tahun yang sama, Sang Paus Sastra memutuskan untuk menikah lagi dengan perempuan bernama Yuliko. Mereka dianugerahi dua orang anak bernama Yulius Firdaus Jassin dan Helena Magdalena Jassin.
Jassin meninggal dunia pada 11 Maret 2000. Ia mengembuskan napas terakhirnya setelah mengidap stroke bertahun-tahun. Ia mendapat kehormatan dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata berkat jasa-jasanya dalam merawat karya sastra Indonesia.
(GLW)