Apa Itu Childfree dan Bagaimana Dampaknya?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2021 16:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Istilah childfree belakangan ramai dibincangkan publik, usai influencer Gita Savitri membahasnya. Melalui fitur Instagram storiesnya, Gita menyatakan keputusannya untuk tidak memiliki anak. Keputusan ini diambil atas dasar kesepakatan bersama dengan sang suami, Paul Andre.
ADVERTISEMENT
Diketahui, Gita dan Paul menikah pada tahun 2018. Memasuki usia pernikahan yang ketiga, mereka memutuskan enggan memiliki anak atau biasa publik menyebutnya dengan childfree.
Mengutip Oxford Dictionary, childfree adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi tidak memiliki anak, terutama karena pilihan. Istilah ini familiar dalam agenda feminisme yang menganggap childfree sebagai pilihan perempuan untuk menentukan jalan hidupnya.
Lantas apa itu childfree dan bagaimana dampaknya bagi seseorang?
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutter Stock

Pengertian Childfree

Seperti disebutkan di awal, childfree merupakan istilah yang familiar dalam agenda feminisme. Mengutip buku Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam oleh Siti Muslikhati, feminisme adalah sebuah gerakan yang bertujuan mewujudkan kesetaraan gender secara kuantitatif. Artinya, pria dan wanita harus sama-sama berperan, baik di dalam maupun di luar rumah.
ADVERTISEMENT
Pada era reformasi, gaung feminisme menemukan momentumnya untuk mengadakan perubahan di segala bidang, termasuk dalam relasi gender. Istilah ketimpangan gender sudah menjadi bahasa baku yang dikaitkan dengan kondisi perempuan yang terpuruk, tertinggal, tersubordinasi, dan istilah lain yang sejenis.
Kondisi tersebut memacu kaum feminisme untuk menciptakan sejumlah gerakan dan agenda yang dapat memberikan kebebasan pada perempuan, salah satunya keputusan childfree. Keputusan ini digunakan perempuan untuk memilih kebebasannya menjadi ibu dan mengalami proses kehamilan serta melahirkan.
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutter Stock
Alasannya tentu beragam, mulai dari perkembangan karier hingga kondisi finansial yang tak mendukung. Bahkan melansir laman The Atlantic, saat ini alasan terbesar orang-orang memilih childfree adalah karena kondisi pandemi yang tak kunjung membaik.
Risiko PHK, masalah finansial, layanan kesehatan yang buruk, serta terbatasnya sarana dan fasilitas publik menjadi alasan pendukungnya. Hal ini semakin meyakinkan beberapa calon orangtua untuk mengambil keputusan childfree.
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah pilihan hidup, childfree tentu memiliki dampak positif dan negatifnya. Salah satu yang paling mungkin terjadi adalah stigma negatif dari masyarakat bahkan keluarga sendiri. Stigma tersebut membuka kesempatan timbulnya tekanan sosial bagi pasangan dengan keputusan childfree.
Dari sisi psikologis, keputusan childfree juga bisa menimbulkan beberapa masalah dalam pernikahan. Faktor kesepian yang mungkin terjadi di masa datang, bisa memicu konflik berkepanjangan dengan pasangan. Jika tidak diatasi, perceraian pun bisa saja terjadi.
Namun terlepas dari itu semua, childfree tetaplah pilihan yang bebas diambil oleh siapapun, tanpa terkecuali. Mempertimbangkan dampak dan risiko jangka panjang bisa menjadi pilihan yang tepat sebelum mengambil keputusan ini.
(MSD)